iDEAonline.co.id - Sekadar hidup dari penghasilan tiap bulan kini tidak lagi cukup bagi sebagian orang. Berinvestasi menjadi cara yang dipilih untuk kesejahteraan keluarga, atau kepastian di hari tua. Namun, saat memilih investasi pertimbangkan juga apa yang cocok dan terbaik.
Chairman IARFC Indonesia dan Senior Financial Advisor, Aidil Akbar membandingkan dua moda investasi yang banyak diincar masyarakat yakni reksadana dan properti.
"Reksadana itu menjadi salah satu pilihan investasi yang lebih simpel, lebih layak, dan lebih cepat. Cuma kemudian, tidak hanya investasi, kita mengharapkan kenaikan pengembalian (return), tapi bisa juga adareturn income. Nah, itu hanya bisa didapatkan dari investasi properti," ujar Aidil dalam acara seminar finansial yang diselenggarakan Sinarmas Land di Jakarta, Senin (23/6/2014).
Aidil mengaku, dia memulai investasi properti dengan mengumpulkan modal dari reksadana. Karena itu, kedua investasi ini harus saling mengisi. Sebagai perencana keuangan, Aidil menyarankan kliennya untuk memiliki semua jenis investasi. Agar ketika terjadi hal-hal tidak terduga, investor masih memiliki jalan keluar.
"Saya saja main properti diawali dengan investasi reksadana dulu. Baru ketika dananya sudah terkumpul, sebagian dipakai buat uang muka, dan sebagainya, kemudian larinya ke properti. Saya hanya pegang 30 persen investasi properti karena masalah likuiditas. Karena, kalau darifinancial plannermusti adaemergency fund, dana likuid, dan itu ada rasio yang disebut denganliquid asset to total asset ratio. Harus ada rasio tertentu yang kita pegang dalam investasi kita," terangnya.
Aidil menyimpulkan bahwa dari saat memilih investasi darikedua investasi ini, tidak ada yang lebih unggul. Keduanya, atau bahkan semua jenis investasi, saling melengkapi. Namun begitu, dia tidak menampik bahwa investasi properti bisa sangat menjanjikan sebagai investasi jangka panjang. Terutama, jika investasi properti tersebut dilakukan di lokasi yang tepat."Tapi dalam jangka panjang memang di beberapa lokasi tertentu, investasi properti menjanjikan. Bahkan, tiga sampai lima tahun terakhir ini bukan naik lagi, ini meledak. Sayangalaminsendiri," pungkasnya.
Sumber: properti.kompas.com