iDEAonline – Dikenal sebagai kawasan industri, koridor Cikarang-Karawang menjadi wilayah garapan perusahaan lokal dan asing untuk mengembangkan usaha serta bisnisnya.
Tak mengherankan bila perkembangan kedua kawasan ini sangat pesat karena ditunjang berbagai pengembangan infrastruktur.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI), Hartono Sarwono, tidak hanya industri, sektor yang juga ikut berkembang adalah kawasan terpadu.
Hal ini terbukti dari banyaknya pengembang swasta yang melirik Cikarang dan Karawang dalam mengembangkan properti skala besar dan mengincar pekerja di kawasan industri.
"Orang asing kan juga banyak yang bekerja di sana. Market-nya tidak terlalu besar sih, tapi yang paling banyak pekerja sampai manajernya," ujar Hartono kepada KompasProperti, Senin (17/7/2017).
Hartono menuturkan, properti yang diperuntukan bagi kelas karyawan berkembang pesat. Ini karena tanah masih murah sehingga banyak pengembang swasta yang mengincarnya dalam skala besar.
Apalagi saat ini juga tengah dibangun Jalan Tol Jakarta-Cikampek Elevated yang diyakini dapat mengurangi kapasitas Tol Jakarta-Cikampek sehingga tidak terlalu padat seperti sekarang.
Hartono menambahkan, banyak pengembang swasta ini sudah mulai membebaskan lahan di Cikarang dan Karawang bertahun-tahun lalu. Harga lahannya sangat murah berkisar Rp 10.000-Rp 20.000 per meter persegi.
"Kalau sekarang sudah mahal apalagi sudah banyak pengembang besar yang masuk," sebut Hartono.
Sebagai gambaran, pengembang yang memiliki proyek pengembangan di Karawang adalah PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) yakni Grand Taruma.
Di Grand Taruma, APLN tengah memasarkan rumah kebun dengan luas tanah sekitar 300 meter persegi dengan bangunan rumah kecil 38 meter persegi.
Setelah Grand Taruma, APLN juga berencana mengembangkan superblok baru di dekat Grand Taruma, yang dinamakan Taruma City.
Superblok ini akan dibangun di atas lahan seluas 5,6 hektar, di Jalan Kertabumi, yang merupakan pusat bisnis, perdagangan, dan perkantoran.
General Manager Grand Taruma Rina Irawan mengaku, harga tanah meroket lebih dari 1.000 persen setelah adanya proyek di Sukamakmur, Telukjambe.
" Harga tanah dulu di sini sekitar Rp 700.000 per meter persegi. Setelah ada Grand Taruma, naik jadi Rp 1,7 juta, kini rata-rata sekitar Rp 10 juta per meter persegi," kata Rina.
Tidak hanya APLN, Lippo Group juga gembar-gembor dengan proyek bernama Meikarta di timur Cikarang.
Jika sesuai rencana, setidaknya bakal ada 100 gedung tinggi dengan ketinggian masing-masing gedung sekitar 35 hingga 45 lantai.
Ke-100 gedung itu terbagi dalam peruntukan huian sebanyak 250.000 unit, perkantoran strata title, 10 hotel bintang lima, pusat belanja dan area komersial seluas 1,5 juta meter persegi.
Proyek ini menempati lahan seluas 500 hektar yang sudah dikuasai sejak kurun 1990-an, yakni saat Lippo Group memulai inisiasi kota mandiri berbasis industri Lippo Cikarang.
Di Cikarang sendiri harga lahan saat ini sudah menyentuh level Rp 10 juta hingga Rp 12 juta per meter persegi.
Berita ini dipublikasikan Kompas.com dengan judul “Dikuasai Swasta, Harga Lahan di Cikarang dan Karawang Meroket Tajam”