Intip Arsitektur dan Interior Gereja Santa Maria Tak Bercela, Korban Ledakan Bom di Surabaya

Minggu, 13 Mei 2018 | 08:15
idea

Bagian depan dan arsitektur gereja santa maria tak bercela di Surabaya

iDEAonline-Pada Minggu (13/5) pagi, kita terkejut mendapatkan kabar Gereja KatolikSanta Maria Tak Bercela di Ngagel, Surabaya, Jawa Timur mendapatkan musibah. Pada sekitar pukul 07.30, terdapat ledakan keras di lingkungan gereja.

Ledakan pertama itu diikuti oleh ledakan berikutnya, yang terjadi di lingkungan gereja lainnya.

Terlepas dari peristiwa keji yang merenggut jiwa umat, ada baiknya kita mengintip gaya arsitektur dan interiorGereja KatolikSanta Maria Tak Bercela di Ngagel itu.

Berdirinya Gereja KatolikSanta Maria Tak Bercela di Ngagel, Surabaya, Jawa Timurtak terlepas dari paroki Santa Maria Tak Bercela atau yang dikenal dengan paroki Ngagel. Pada 1958, Keuskupan Surabaya membeli kaveling tanah di kawasan Ngagel. Tahun itu sekaligus menjadi penanda berdirinya paroki Ngagel.

Altar dan interior Gereja Santa Maria Tak Bercela di Ngagel, Surabaya
Pada 9 April 1968 dimulai penggalian pondasi diatas tanah kosong yang telah tersedia tersebut. Dan pada tanggal 8 Desember 1968 bertepatan dengan pesta nama “Santa Maria Tak Bercela”, gereja baru yang merupakan sebagian dari bangunan SDK “Santa Clara” di Jalan Ngagel Madya nomer 1 Surabaya, diberkati oleh Mgr. J.A.M. Klooster CM selaku Uskup Surabaya.

Seperti dikutip dari situs web resmi Gereja Santa Maria Tak Bercela smtb.net pada tanggal 19 September 1971 dimulai penggalian pondasi untuk pembangunan gereja tahap I dengan pembiayaan dari sebagian digali dari swasembada umat dengan cara mengadakan bazaar amal dan usaha – usaha lainnya.

Biaya pembangunan juga berasal dari sumbangan para dermawan dan juga dari Walikota Surabaya melalui Sub Direktorat Kesejahteraan Rakyat (Kesra); dan sebagian lagi dari dana yang berhasil dikumpulkan oleh Pastur H.A. Massen CM selama cuti di Belanda.

Dengan begitu, pembangunan gereja tahap I dapat dilaksanakan dengan singkat. Dan pada tanggal24 Desember 1972– gereja tahap I diberkati penggunaannya oleh Uskup Surabaya Mgr. J.A.M. Klooster CM dan pengguntingan pita dilakukan oleh Ibu Soekotjo, istri Walikota Surabaya. Gereja ini mempunyai daya tampung sekitar 700 umat.

Maria Groto di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Surabaya
Dikarenakan daya tampung gereja sudah tidak dapat menampung umat yang melakukan ibadah disana, maka rencana pembangunan gereja tahap II mulai disusun walaupun dana belum cukup tersedia dari anggaran yang direncanakan.

Dengan modal tekad yang kuat pada tanggal 23 Oktober 1974, para umat mulai menggali pondasi untuk bangunan gereja tahap II. Segala daya dan dana dikerahkan dengan penuh semangat pengabdian; walaupun penuh dengan tantangan yang harus dihadapi. Pada akhirnya, pembangunan pondasi dan dinding – dindingnya dapat diselesaikan.

Karena kelelahan maka Pastur H.A. Massen CM terpaksa dengan berat hati meninggalkan pekerjaan yang belum selesai tersebut untuk berobat di Belanda karena penyakit yang dideritanya.

Biarpun begitu, dengan adanya kerja keras para panitia pembangunan beserta umat yang sadar akan tanggung jawabnya maka pembangunan gereja tetap diteruskan sehingga kerangka atap dapat dipasang.

Sekembalinya dari berobat, pastur H.A. Massen CM langsung melanjutkan pembangunan gereja tahap II dan akhirnya dengan pertolongan Bapa Yang Maha Kasih serta bantuan tak terhingga dari para umat paroki Ngagel; pembangunan gereja tahap II dapat diselesaikan dan diberkati oleh Mgr. J.A.M. Klooster CM.

Upacara peresmian dengan pengguntingan pita yang dikukuhkan oleh seorang Pejabat Kotamadya Surabaya dan disaksikan oleh Bimas Katolik, Kanwil Depag Dati I Jawa Timur.

Gedung gereja tahap II kemudian dipergunakan sebagai Gedung Pertemuan dan dapat disatukan dengan gereja tahap I; sehingga merupakan ruangan ibadah kebaktian yang dapat menampung sekitar 1.500 umat dengan balkon keliling kiri – kanan – belakang.

Menurut peneliti arsitektur Sylvi Sugianto periode pembangunan yang berbeda dari gereja Kelahiran Santa Perawan Maria dan gereja Hati Kudus Yesus dengan gereja Santa Maria Tak Bercela memberikan sentuhan gaya yang berbeda pula pada ketiga gereja tersebut.

Bermula dari fakta tadi, Sylvi mengangkat pembahasan mengenai kecenderungan gaya ketiga gereja Katolik di Surabaya tadi.

Untuk mengetahui kecenderungan gaya yang ada, Sylvi memakai landasan teori gaya dari berbagai zaman serta sejarah arsitektur yang mengupas sejarah gaya bangunan beserta karakteristik dan perkembangannya dari zaman ke zaman.

Berdasarkan landasan teori itu, Sylvi dalam laporannya mengulas ketiga gereja tersebut dengan fokus penelitian: elemen pembentuk interior (plafon, kolom, dan jendela) serta elemen pengisi interior (meja altar, gong, jalan salib, railing tangga).

Dari pembahasan tadi, akhirnya Sylvi menarik kesimpulan yang menjawab rumusan masalah yang ada, yaitu elemen pembentuk interior ketiga gereja Katolik tersebut cenderung mengandung unsur gaya Gothic dengan pengaruh gaya arsitektur Kolonial Belanda sedangkan elemen pengisi interior cenderung mengandung unsur gaya Modern dengan pengaruh lokal Jawa.

Tag

Editor : iDEA