Salah Kaprah Rumah Tahan Gempa, Ini Pemahaman yang Benar Kata Ahlinya

Rabu, 08 Agustus 2018 | 11:10
kompas.com

Kerusakan akibat gempa Lombok

iDEAonline- Minggu (5/8/2018) petang Indonesia kembali diguncang gempa.

Gempa berkekuatan 7,0 SR ini mengguncang Lombok Utara dan berpotensi tsunami.

Dilansir dari Kompas, dalam update terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Senin (6/8/2018) pukul 04.00 Wita berjumlah 82 orang.

Mayoritas korban tewas akibat tertimpa bangunan.Sebagai negara yang terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik, Indonesia menjadi negara yang rawan gempa.

Bahkan dari tiga lempeng tersebut, lempeng pasifik disebut sebagai lempeng yang paling aktif. Disebut juga 'Ring of Fire'. Pada daerah ring of fire ini sering terjadi gempa bumi, gunung meletus dan tsunami.

Baca juga:Agar Rumah Sehat, Benda-benda ini Sebenarnya Wajib Dibersihkan

Sebagai negara yang termasuk daerah ring of fire ini, Indonesia memang seharusnya sudah memiliki rumah dengan konstruksi yang kuat.

Bangunan harus tahan terhadap getaran gempa.

Rumah tahan gempa terkadang di salah artikan karena kurangnya pemahaman yang berbeda.

Ada yang beranggapan rumah tahan gempa ini justru tidak rusak total.

Kenyataannya tidak seperti itu.

tribunnews

Rumah tahan gempa di Jogja

Dilansir dari Tribunnews Jogja, prinsip dari rumah tahan gempa adalah struktur rumah harus bisa menahan getaran gempa sehingga memberikan cukup waktu kepada penghuninya untuk keluar menyelamatkan diri.

Sedangkan persepsi masyarakat terhadap rumah tahan gempa adalah rumah yang tidak rusak karena gempa.

Baca juga:Gempa 7,0 SR Guncang Lombok, Tilik Hunian Tahan gempa di Nigeria!

Selain itu salah satu hal yang diperhatikan dari struktur penyusun rumah tahan gempa adalah penggunaan beton bertulang.

Beton bertulang adalah perpaduan antara beton dan baja.Prinsip bangunan menggunakan struktur beton bertulang ini dianggap bisa menahan dampak gempa yang parah dan bisa memberikan cukup waktu bagi penghuninya untuk keluar menyelamatkan diri.

Sementara itu, Ahli konstruksi Agus Sutanto mengatakan teknologi bangunan tahan gempa Jepang tetap bisa dibuat menjadi lebih ekonomis tanpa mengurangi prinsip ketahanannya terhadap gempa.

Prinsip dasar konstruksi tahan gempa Jepang, lanjut dia, mampu meredam dampak guncangan dari pergerakan lempeng bumi itu.

Baca juga : Rawan Gempa, Jepang Buat Rumah Tahan Gempa Dengan Material Styrofoam!

Penerapannya, papar Agus, antara lain memakai material kayu yang memiliki kekuatan tarik, dapat dibongkar pasang (knock down), pengerjaan yang lebih presisi, serta perencanaan di pabrikasi dan menggunakan prinsip modul.

Dari keseluruhan prinsip dasar tersebut dapat dihasilkan sebuah adaptasi berupa barrataga yang memiliki pengikat-pengikat praktis—yang biasanya—terbuat dari beton untuk memperkokoh bangunan.

Selain itu, ada kolom-kolom vertikal dengan jarak tiga meter, yang memperkuat fondasi bangunan. (*)

Baca juga : Mau Jadikan Hunian sebagai Tempat Berlibur? Tiru Gaya Tropis Minimalis dari @Mikysetiawan

Editor : Alfa

Baca Lainnya