IDEAonline - Berperan besar dalam perancangan masterplan kota Bandung kuno,Charles Prosper Schoemaker adalah salah satu dari tiga arsitek besar di Hindia Belanda sebelum perang dunia II.
Dalam rancangannya, Schoemaker berupaya memadukan unsur budaya timur dan barat dalam desainnya.
Tak heran, kalau desain bangunanya menjadi landmark di Bandung hingga saat ini.
Kira-kira apa saja ya? Yuk, intip.
1. Observatorium Bosccha
Baca Juga:Trik-Trik Ini Ampuh Kurangi Panas dalam Rumah Lho, Yuk Cari Tahu!
Dibangun pada tahun 1925 hingga 1927, bangunan bergaya art deco ini dipengaruhi oleh rancangan arsitek Frank Lloyd Wright.
Sebagai salah satu observatorium tertua di Indonesia, Boscha berada di bawah naungan Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Institut Teknologi Bandung.
2. Gedung Merdeka
Siapa yang tak tahu gedung merdeka? Sebagai salah satu tempat bersejarah, bangunan ini menjadi saksi diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
Bersama dengan Van Galen Last, Schoemaker kembali merancang bangunan ini dengan gaya art deco.
Baca juga : 3 Material Ini Buat Proses Pembangunan Rumah Cepat Selesai Lho!
3. Penjara Sukamiskin
Baca Juga: Berhijab, Anak Jihan Fahira Pilih Tinggal di Asrama Sekolah Seperti Ini
Tempat para napi tipikor ini ternyata juga dibangun oleh Schoemaker loh.
Dengan gaya arsitektur modern fungsional, ia membangun penjara ini bersama muridnya, Soekarno. Ironisnya, penjara ini juga pernah memenjarakan Soekarno.
Model bangunan ini mirip dengan penjara Alcatraz yang populer pada akhir era abad ke-19 dan awal abad ke20.
4. Hotel Preanger
Dibangun tahun 1889, Hotel Preanger diperuntukan untuk para tuan tanah yang berkunjung ke Bandung pada zaman itu.
Kembali mengusung gayaart deco,Schoemaker mengonstruksi bangunan ini pada 1928.
Dengan komposisi bertingkat dengan pola asimetris, bangunan ini dilengkapi menara pada bagian tengahnya.
Menara tersebut sarat dengan unsur dekoratif dan memiliki banyak ornamen berpola geometeris, zig-zag, dan abstrak.
Baca juga : Proses Renovasi Rumah Zohri Hampir Selesai, Seperti Ini Penampakannya
5. Villa Isola
Dibangun di lahan seluas 120.000 meter persegi, Villa Isola berdiri pada tahun 1933.
Berada di antara Lembang dan Bandung, Villa Isola memiliki atap mendatar yang menabrak kebiasaan bentuk atap kerucut di bangunan.
Uniknya, perbedaan tinggi lahan membuat bangunan ini memiliki perbedan jumlah lantai jika dilihat dari sisi yang berlawanan.
Dari sisi utara, Villa Isola terlihat memiliki tiga lantai. Sedangkan jika dilihat dari sisi selatan, bangunan ini terdiri dari empat lantai.
Baca Juga: Desain Smoking Room Bandara di Bandung Bisa Buat Kamu Tobat Merokok
Hotel ini awalnya merupakan guest house yang dibangun pada tahun 1889 untuk para tuan tanah (preanger planters) yang berkunjung ke Kota Bandung. Kemudian pada tahun 1928, hotel ini direkonstruksi oleh Schomaker dengan gaya art-deco. Gedung ini memiliki komposisi bertingkat dengan pola asimetris, dan dilengkapi menara pada bagian tengahnya. Menara tersebut sarat dengan unsur dekoratif dan memiliki banyak ornamen berpola geometeris, zig-zag, dan abstrak. Menara ini juga menjadi pusat perhatian bagi pengunjung hotel. Tahun 2014 hotel ini berganti nama menjad Prama Grand Preanger. Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "6 Karya Schoemaker yang Tak Lekang Zaman",
https://properti.kompas.com/read/2018/08/13/141801921/6-karya-schoemaker-yang-tak-lekang-zaman. Penulis : Rosiana HaryantiEditor : Hilda B Alexander
Penjara Sukamiskin Penjara dengan gaya arsitektur moderen fungsional ini dirancangan oleh Schoemaker bersama muridnya, Soekarno. Ironisnya, penjara ini juga pernah memenjarakan Soekarno. Model bangunan ini mirip dengan penjara Alcatraz yang populer pada akhir era abad ke-19 dan awal abad ke20. Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "6 Karya Schoemaker yang Tak Lekang Zaman",
https://properti.kompas.com/read/2018/08/13/141801921/6-karya-schoemaker-yang-tak-lekang-zaman. Penulis : Rosiana HaryantiEditor : Hilda B Alexander
Penjara Sukamiskin Penjara dengan gaya arsitektur moderen fungsional ini dirancangan oleh Schoemaker bersama muridnya, Soekarno. Ironisnya, penjara ini juga pernah memenjarakan Soekarno. Model bangunan ini mirip dengan penjara Alcatraz yang populer pada akhir era abad ke-19 dan awal abad ke20. Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "6 Karya Schoemaker yang Tak Lekang Zaman",
https://properti.kompas.com/read/2018/08/13/141801921/6-karya-schoemaker-yang-tak-lekang-zaman. Penulis : Rosiana HaryantiEditor : Hilda B Alexander
Penjara Sukamiskin Penjara dengan gaya arsitektur moderen fungsional ini dirancangan oleh Schoemaker bersama muridnya, Soekarno. Ironisnya, penjara ini juga pernah memenjarakan Soekarno. Model bangunan ini mirip dengan penjara Alcatraz yang populer pada akhir era abad ke-19 dan awal abad ke20. Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "6 Karya Schoemaker yang Tak Lekang Zaman",
https://properti.kompas.com/read/2018/08/13/141801921/6-karya-schoemaker-yang-tak-lekang-zaman. Penulis : Rosiana HaryantiEditor : Hilda B Alexander
Bangunan ini merupakan salah satu tempat bersejarah di Indonesia, karena menjadi saksi diselengarakannya Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Bersama dengan Van Galen Last, Schoemaker merancang bangunan ini dengan gaya art deco. Gedung yang dibangun pada tahun 1926 ini sebelumnya bernama Societeit Concordia, dan menjadi tempat berkumpulnya orang-orang terkemuka. Tempat ini digunakan sebagai pertunjukan bagi saudagar teh yang dikenal dengan sebutan “Preanger Planters”. Bangunan ini pernah dirombak oleh Schoemaker pada tahun 1921. Selama masa penjajahan Jepang, gedung ini berubah naman menjadi Dai Toa Kaman dan menjadi pusat kebudayaan. Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "6 Karya Schoemaker yang Tak Lekang Zaman",
https://properti.kompas.com/read/2018/08/13/141801921/6-karya-schoemaker-yang-tak-lekang-zaman. Penulis : Rosiana HaryantiEditor : Hilda B Alexander
Bangunan ini merupakan salah satu tempat bersejarah di Indonesia, karena menjadi saksi diselengarakannya Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Bersama dengan Van Galen Last, Schoemaker merancang bangunan ini dengan gaya art deco. Gedung yang dibangun pada tahun 1926 ini sebelumnya bernama Societeit Concordia, dan menjadi tempat berkumpulnya orang-orang terkemuka. Tempat ini digunakan sebagai pertunjukan bagi saudagar teh yang dikenal dengan sebutan “Preanger Planters”. Bangunan ini pernah dirombak oleh Schoemaker pada tahun 1921. Selama masa penjajahan Jepang, gedung ini berubah naman menjadi Dai Toa Kaman dan menjadi pusat kebudayaan. Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "6 Karya Schoemaker yang Tak Lekang Zaman",
https://properti.kompas.com/read/2018/08/13/141801921/6-karya-schoemaker-yang-tak-lekang-zaman. Penulis : Rosiana HaryantiEditor : Hilda B Alexander
Observatorium Bosccha Dibangun pada tahun 1925 hingga 1927, bangunan ini mengedepankan gaya art deco. Gaya ini dipengaruhi oleh rancangan arsitek Frank Lloyd Wright. Gedung ini juga merupakan salah satu observatorium tertua di Indonesia. Kini Observatorium Bosscha berada di bawah naungan Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, serta menjadi pusat penelitian, pendidikan, dan pengembangan ilmu astronomi di Indonesia. Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "6 Karya Schoemaker yang Tak Lekang Zaman",
https://properti.kompas.com/read/2018/08/13/141801921/6-karya-schoemaker-yang-tak-lekang-zaman. Penulis : Rosiana HaryantiEditor : Hilda B Alexander
Villa Isola dibangun tahun 1933 di lahan seluas 120.000 meter persegi. Berada di antara Lembang dan Bandung tempat ini dibangun untuk kediaman pribadi seorang Indo-Eropa, Dominic Willem Berretty. Namun setelah kematian Berretty, bangunan ini beralih fungsi menjadi hotel. Kini Villa Isola merupakan bagian dari Universitas Pendidikan Indonesia dan digunakan sebagai kantor rektorat. Bentuknya yang tidak lazim membuat bangunan bergaya art deco ini menjadi salah satu landmark Kota Bandung. Villa Isola bahkan memiliki atap mendatar yang menabrak kebiasaan bentuk atap kerucut di bangunan. Atap mengerucut ini merupakan solusi panasnya hawa di daerah tropis. Uniknya, perbedaan tinggi lahan membuat bangunan ini memiliki perbedan jumlah lantai, jika dilihat dari sisi yang berlawanan. Dari sisi utara, Villa Isola terlihat memiliki tiga lantai. Sedangkan jika dilihat dari sisi selatan, bangunan ini terdiri dari empat lantai. Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "6 Karya Schoemaker yang Tak Lekang Zaman",
https://properti.kompas.com/read/2018/08/13/141801921/6-karya-schoemaker-yang-tak-lekang-zaman. Penulis : Rosiana HaryantiEditor : Hilda B Alexander
Villa Isola dibangun tahun 1933 di lahan seluas 120.000 meter persegi. Berada di antara Lembang dan Bandung tempat ini dibangun untuk kediaman pribadi seorang Indo-Eropa, Dominic Willem Berretty. Namun setelah kematian Berretty, bangunan ini beralih fungsi menjadi hotel. Kini Villa Isola merupakan bagian dari Universitas Pendidikan Indonesia dan digunakan sebagai kantor rektorat. Bentuknya yang tidak lazim membuat bangunan bergaya art deco ini menjadi salah satu landmark Kota Bandung. Villa Isola bahkan memiliki atap mendatar yang menabrak kebiasaan bentuk atap kerucut di bangunan. Atap mengerucut ini merupakan solusi panasnya hawa di daerah tropis. Uniknya, perbedaan tinggi lahan membuat bangunan ini memiliki perbedan jumlah lantai, jika dilihat dari sisi yang berlawanan. Dari sisi utara, Villa Isola terlihat memiliki tiga lantai. Sedangkan jika dilihat dari sisi selatan, bangunan ini terdiri dari empat lantai. Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "6 Karya Schoemaker yang Tak Lekang Zaman",
https://properti.kompas.com/read/2018/08/13/141801921/6-karya-schoemaker-yang-tak-lekang-zaman. Penulis : Rosiana HaryantiEditor : Hilda B Alexander