Peringati Hari Santri Nasional, Yuk Lihat Pesantren Unik di Lasem!

Senin, 22 Oktober 2018 | 11:00
Tribunnews

Peringatan Hari Santri Nasional di Jakarta

IDEAonline-Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober.

Presiden Jokowi menandatangani Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tentang penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional pada Kamis (15/10/2015).

Jokowimengungkapkan alasannya menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional adalah sebagai bentukpenghargaan negara kepada para santri dan ulama.

Berbagai kegiatan dilakukan untuk memperingati Hari Santri Nasional mulai dari tausyiah, lomba hingga kirab budaya.

Baca Juga : Lasem Heritage Field School, Cara Mengenal Warisan Arsitektur dan Budaya

Untuk menyambut Hari Santri Nasional, tidak ada salahnya IDEA Lovers untuk menilik tampilansebuah pondok pesantren yang terbilang cukup unik di Lasem, Kabupaten Rembang.

Selain dikenal sebagai Kota Tiongkok Kecil, Lasem juga dikenal dengan sebutan Kota Santri.

Sebutan ini disematkan tak lain karena kehadiran pondok pesantren di Lasem yaitu Ponpes Al Hidayat dan Ponpes Kauman.
Ponpes Kauman merupakan salah satu pesantren yang cukup unik.
Ponpes Kauman bangunannya masih kental bergaya Tionghoa.
Rebiyyah/ IDEAonline

Pondok Pesantren Kauman, Lasem

Ponpes Kauman dipimpin oleh seorang kyai bernama Gus Zaim.
Gus Zaim membeli sebuah bangunan bercorak Tionghoa pada tahun 2001.
Dua tahun kemudian, ia mulai menempati bangunan tersebut untuk tempat tinggal keluarganya. Akhirnya, tahun 2005 mulai berdatangan santri ke rumah Gus Zaim.
Tahun 2007, pondok pesantren Kauman akhirnya secara permanen berdiri.
Bangunan rumah milik Guz Zaim ini merupakan contoh wujud akulturasi budaya dalam hal hunian.
Ada beberapa bagian rumah yang memperlihatkan budaya Tionghoa, Jawa, Belanda/Indis.
Pada bagian depan rumah terdapat beranda depan yang biasanya digunakan Gus Zaim untuk menerima tamu.
Dengan dua jendela dan satu pintu, dinding rumah dihiasi berbagai macam pigura foto.
Bagian pintu depan rumah milik Gus Zaim terdapat tulisanMandarin.
Menurut Gus Zaim, tulisan tersebut sudah ada sejak dia membeli rumah itu.
"Mempertahankan yang lama tanpa menolak kehadiran yang baru", ujar Gus Zaim.
Gus Zaim memilih untuk mempertahankan bentuk rumah beserta ornamen-ornamennya sama seperti ketika dia membelinya pertama.
Menurut Gus Zaim, selain bentuk akulturasi, usahanya tersebut dilakukan juga sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan.
Di atas pintu terdapat lubang ventilasi berupa mandala yang dikeliling panah-panah berjumlah dua belas.
Menurut Pratiwo, ventilasi berupa mandala melambangkan kemudahan rezeki.
Hal ini merupakan bentukharapan agar pemilik rumah mendapatkan rezeki dari arah manapun.
Bagian utama rumah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar santriwati.
Bagian beranda rumah digunakan untuk kegiatan memasak.
Di belakang rumah terdapat bangunan bertingkat dua yang diperuntukan untuk kelas dan asrama.
Terdapat juga sebuah bangunan kecil yang disebut geladak lengkap dengan ornamen dan corak arsitektur Tionghoa. (*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya