Bagaimana Prediksi Tren Hotel Hingga Tahun 2025? Ini Jawabannya

Minggu, 28 Oktober 2018 | 09:40
Celvin Leowardi

Hotel kapsul dengan sentuhan budaya Indonesia

IDEAonline- Jakarta, 26 Oktober 2018, pameran HOSPITALITY Indonesia 2018 digelar di Jiexpo, Kemayoran.

Acara ini berlangsung selama 4 hari dari tanggal 25-27 Oktober 2018.

Menghadirkan berbagai macam ekshibitor, dari bidang desain interior, mebel dan kerajinan sertahotel supply.

Selain booth-booth yang memamerkan produk terbaik dari tiap perusahaan, juga terdapat seminar Design Day yang membahas masalah masa depan industri perhotelan di Indonesia.

Seminar ini bertajuk "Hospitality Beyond 2025"

Baca Juga : Tak Ambil Sepeserpun Uang Penjualan Rumah Uje, Ummi Pipik Nyatanya Mampu Beli Hunian Semewah Ini!

IDEA/Agnes

Hospitality Beyond 2025

Seminar yang diadakan di IDEA Space, Hall C1 dalam pameran HOSPITALITY Indonesia 2018 ini membahas potensi dan peluang industri hospitality.

Dalam seminar dengan topik bahasan yang menarik ini menghadirkan narasumber sepertiRiza Perdana Kusuma – President Director of IFPRO, Lea Aviliani Aziz – President of HDII and Vice President of APSDA, Rudy Dodo – Owner of Trivium Design Group, dan Alvin Tjitrowirjo – Founder & Creative Director alvinT Studio.

Riza Perdana Kusuma yang telah berpengalaman yang sangat berpengalaman dalam bidang pelayanan mengatakan bahwa, zaman sekarang memang sudah terdigitalisasi.

Suatu saat,front linerhotel akan digantikan oleh mesin yang bisa bertanggung jawab dalam melayani tamu.

Baca Juga : Tinggal di Polandia, Seperti Inilah Apartemen Mewah Striker Timnas U-19

IDEA/Agnes

Rudy Dodo dan Riza Perdana Kusum

"Tapi ada satu hal yang tidak bisa kita dapatkan dari mesin, yaitu empati. Kalau dari mesin, kita hanya bisa mendapatkan sesuatu yang formal ya karena sudah diatur seperti itu.

Sedangkan kalau masih menggunakanfront linerseperti sekarang, kita masih bisa mendapatkan senyum yang ramah dan pelayanan yang memuaskan.

Itulah yang membuat kita lebih 'manusia'" ujarnya.

Dari segi desain sendiri, pada 2025, desain hotel bisa ditentukan dari sekarang.

Kita bisa melihat banyak sekali desain yang mengikuti tren, tapi apakah desain itu bisa bertahan hingga 5 tahun mendatang?

Dok. Hospitality 2018

Talk show membahas prediksi Hospitality Beyond

“Desain hotel bukan tergantung dari tren tetapi kualitas dan durability dari hotelnya sendiri, minimal setelah lima tahun bisa dilihat ketinggalan jaman atau tidak. Tren hotel juga dilihat dari pasar dan segmen masing-masing hotel,” ujar Lea Aviliani Aziz selaku Ketua Himpunan Desainer Interior Indonesia.

Lea Aziz juga mengungkapkan bahwa mahasiswa desain interior yang sedang menjalani program kerja di perusahaannya memiliki karakteristik desain yang sama.

Tidak ada keunikan desain yang bisa membedakan dan desain yang bertahan lama.

Baca Juga : Somasi Kakak Kandung dan Keponakan, Tampilan Rumah Mewah Dewi Perssik Jadi Sorotan!

IDEA/Agnes

Salah satu projek dari Rudy Dodo

Rudy Dodo, Owner dari Trivium Design Group menuturkan bahwa belum bisa memprediksi tren hotel yang akan terjadi pada 2025.

Namun yang pasti, hotel itu menjual rasa.

"Semisal ke Bali ya rasa Bali, pantai ya rasa pantai. Apapun yang terjadi nanti beyond 2025, tetap rasanya yang dijual. Everything is Possible, karena hospitality itu jualan rasa," tutur Rudy Dodo – Owner of Trivium Design Group.

Dodo - sapaan akrab Rudy Dodo, juga sempat memberikan pengalamannya terkait dengan hotel yang sedang didesainnya.

Baca Juga : Sering Ganggu Tidur, Kebiasaan Ngorok Bisa Hilang Hanya dengan Cara Ini!

IDEA/Agnes

Rancangan Lobi Hotel Kempinski

Salah satunya adalah Hotel Kempinski di Bali yang lobinya saja memiliki luas 2000 meter persegi.

Terkait dengan perkembangan teknologi yang juga bisa berkaitan erat dengan industri perhotelan pada 2025 di Indonesia, Alvin Tjitrowirjo mengungkapkan,

“Dengan perkembangan teknologi dan artificial intelligence, maka hal ini akan mengubah the whole term of hospitality.

Desainer harus punya single-minded plus, artinya desainer harus yakin bahwa produknya bagus dan akan menghasilkan pasarnya tersendiri,” ujar Alvin Tjitrowirjo.

Jadi, bukan desainer yang menyesuaikan pasar, tapi bisa menghasilkan pangsa pasar tersendiri.

Hal ini karena keunikan apa yang sudah dibuat.(*)

Tag

Editor : Maulina Kadiranti