Laporan Reporter IDEAonline, Rebi
IDEAonline - Indonesia memiliki beragam bangunan bersejarah nan megah, salah satunya bangunan peninggalan Kolonial Belanda.
Semarang merupakan salah satu kota yang memiliki banyak bangunan peninggalan Kolonial Belanda.
Ini tidak lain karena Semarang merupakan salah satu pelabuhan tempat singgah pada masa perdangan maupun kolonial.
Akhirnya di Semarang terbentuk kawasan yang kini disebut Kota Lama Semarang.
Salah satu bangunan pada kawasan Kota lama Semarang yang masih bertahan hingga sekarang adalah bangunan Gereja Blenduk.
Gereja Blenduk (Blendug/mBlendhug) adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah.
Gereja ini sebenarnya bernama Gereja Protestan Indonesia Barat Immanuel, nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah.
Gereja ini memang memiliki kubah yang besar dan cukup menonjol di antara bangunan lainnya.
Yuk intip kemegahan Gereja Blenduk dengan gaya arsitekturnya yang khas ini!
Menurut Arina Jasmine dalam Gereja Blenduk Semarang: Perpaduan Dua Gaya Arsitektur Eropa, Gereja Blenduk dibangun pada tahun 1753 oleh bangsa Portugis yang pada saat itu sedang menduduki Indonesia.
Terletak di Jalan Letjend. Suprapto 32, gereja ini mengalami renovasi besar-besaran saat Belanda menguasai Indonesia.
Baca Juga : Saksi Bisu Masa Kolonial, Begini Cantiknya Kota Lama Semarang dan Kemegahan Arsitektur Eropa
Ketika pertama kali dibangun, gereja berbentuk rumah panggung Jawa dengan atap sesuai arsitektur Jawa.
Kemudian direnovasi bentuk dan ukurannya dengan 2 menara dan atap kubah oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde.
Cyndhy Aisya dalam Karakter Spasial Bangunan Gereja Blenduk, Gereja Blenduk memiliki denah berbentuk heksagonal dan terdapat transep pada setiap penjuru mata angin yang digunakan sebagai pintu masuk.
Transep adalah suatu area yang melintang ke bagian tengah yang bentuknya menyerupai salib.
Bagian paling menonjol pada Gereja Blenduk ini tentunya adalah bagian kubah.
Kubah diaplikasikan di atas bangunan utama atau tengah dengan ukuran yang paling besar.
Kubah berbentuk setengah bola dan warna merah bata.
Kubah ini terbuat dari perunggu dan rusuknya terbuat dari kayu jati
Kubah ini memiliki paduan bentuk antara setengah heksakaidekahedron dan setengah lingkaran, dengan kuncup berujung bulat.
Menurut Arina Jasmine, Gereja Blenduk ini merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Barok dan Neoklasik.
Bangunan utama yang dibuat pada masa Barok dengan elemen utama gereja bernuansa barok, sedangkan bangunan tambahan, yaitu menara, kanopi selatan, dan kubah yang dibuat pada masa Neoklasik.
Gaya Neoklasik juga diperkuat dengan bentuk bangunannya yang simetris, dinding yang tebal, plafon yang tinggi serta lantai marmer.
Pada masa sekarang, Gereja Blenduk menjadi objek wisata Semarang karena arsitekturnya yang menarik.
Selain itu gereja ini juga masih aktif menjadi tempat peribadatan setiap hari Minggu. (*)