IDEAOnline-Kedai kopi saat ini ada di mana-mana, dengan membawa kekhususan masing-masing.
Dari mulai jenis kopi yang dijual dan aneka pilihannya, menu pelngkap, serta desain kedai.
Dikutip dari hasil riset oleh PT Toffin Indonesia saat ini memasuki gelombang keempat dalam milestones industri kedai kopi, di mana market size bisnis kedai kopi melonjak tajam.
Hal ini ditandai dengan menjamurnya kedai kopi yang menawarkan kopi RTD (ready to drink) berkualitas dengan harga terjangkau.
Hasil riset ini memaparkan perjalanan industri kedai kopi di Indonesia sudah sampai melewati 4 fase sampai hari ini.
Pertama dimulai tahun 1985 di mana jenis kopi RTD hanya disediakan oleh kedai kopi tradisional atau warung kopi.
Hanya sedikit kedai kopi modern yang menyediakan menu sama seperti Olala dan Exelco.
Di awal kehadirannya memasuki pasar Indonesia, Dunkin lebih dikenal sebagai gerai donat dibanding kedai kopi.
Baca Juga: Mewah tapi Casual, Cek Café Bergaya Industrial Satu Ini!
Fase kedua tahun 2001, di mana kebiasaan mengonsumsi kopi sebagai kebutuhan fungsi0nal berubah menjadi kebutuhan emosional.
Di fase ini menikmati segelas kopi di gerai Starbucks atau Coffee Bean misalnya, berfungsi menaikkan gengsi.
Fase ketiga ada di tahun 2013, pelanggan mulai memerhatikan khusus pada proses seduhan kopi yang dibuat oleh kedai kopi artisan seperti Tanamera (diluncurkan 2013).
Di fase ini kehadiran mesin kopi menjadi referensi visual bagi pelanggan.
Tahap keempat terjadi tahun 2016 di mana market size bertumbuh besar.
Semakin banyak pelanggan kopi yang tumbuh akibat naik daunnya produk kopi RTD ala kafe yang diperkenalkan oleh gerai coffee to go dengan harga yang lebih terjangkau.
Baca Juga: Arborea Cafe, Kedai Kopi Hits di Tengah Rerimbunan Pohon Kota Jakarta
Pertumbuhan konsumsi kopi di Indonesia antara lain didorong oleh tingginya konsumsi kopi kalangan muda/pemula kopi yaitu dari gererasi Z (10-24 th) dan generasi Y (25-39 tahun)yang saat ini mendominasi demografi penduduk Indonesia.
Karakter generasi ini salah satunya adalah saling terhubung.
Mereka menggunakan teknologi komunikasi untuk memenuhi konsumsi mereka.
Hal ini ditangkap sebagai peluang oleh para pelaku industri kedai kopi dengan menyajikan kemudahan dalam order,pengiriman dan transaksi secara online.
Baca Juga: Menerapkan Suasana Cafe, Tilik Kantor Karya Delution yang Sempat Mejeng di Ajang HDII Award 2017
Namun di tengah semaraknya kemudahan transaksi online, kehadiran pengunjung ke kedai pun tak kurang banyak.
Dari sekian banyak alasan mereka memilih datang langsung ke kedai ternyata kualitas rasa kopi yang disahikan tetap menjadi alasan utama.
Sedangkan harga yang terjangkau, tempat yang nyaman, banyaknya produk yang ditawarkan, dan adanya promosi, adalah faktor-faktor penentu pilihan konsumen berikutnya.
Dan dari riset ini, di luar dugaan, ternyata rekomendasi teman, kedai yang sedang viral, dan interior yang instagrammable menjadi alasan terakhir dalam memilih kedai kopi.
Baca Juga: Gugat Cerai Gading Marten, Ternyata Gisella Anastasia Juga Jalankan Bisnis Cafe Khusus Ibu dan Anak
Lebih jelas hasil riset meemaparkan daftar urutan prosentase beberpa alasan di atas, sebagai berikut.
Kedai dengan kopi enak (79,35%),harga terjangkau (73,87%),tempat nayman (62,90%),banyaknya variasi menu (53,23%),promo menarik (50,32%), kedai yang menyediakan kopi favorit (44,19%), tersedianya fasilitas Wifi (38,70%),pelayanan cepat (35,48%), desain kedai instagrammable (34,52%),rekomendasi teman (27,74%), dan lasan karena kedai yang sedang viral di media sosial (23,55%).
Dari hasil di atas, disimpulkan oleh PT Toffin Indonesia ada 6 kunci sukses bisnis kedai kopi, yaitu produk inovarif, rasa sesuai dengan lidah konsumen, harga value for money namun tetap kompetitif,lokasi strategis, tempat nyaman, marketing dan promosi yang tepat dan inovatif, antara lain dengan strategi influencer marketing, dan inovasi dalm penjualan dan distribusi, menggunakan platform ride hailing.
Baca Juga: Loona Cafe, Kafe Unik di Kebon Jeruk Jakarta, Sarangnya Para Penggemar K-pop!
Tak hanya rasa dan harga tapi juga konsep produk dan value.
Seperti yang dilakukan oleh para pebisnis kopi yang sudah ada, mengangkat konsep emosional juga jadi trik menarik minat pengunjung.
Contohnya Janji Jiwa dan Kopi Kenangan, serta penamaan menu (mis. Kenangan Mantan), pun kemasan yang dibuat menarik.
Lokasi kedai dan tempat yang nyaman ternyata bukan jadi alasan pertama pengunjung mendatangi kedai kopi pilihannya.
Namun, dengan menempati posisi ke 3 dan 4, faktor ini tetap harus direncanakan dengan cermat bagi kamu semua yang ingin mencoba peruntungan di bisnis kedai kopi ini.
Adapun lokasi yang dipandang jadi pilihan di antaranya adalah dekat perkantoran, kampus, transportation hub seperti stasiun kereta api adalah strategis.
Baca Juga: Paduan Cita Rasa Meksiko dan Juga Kenyamanan Dalam Ruang, Ini Dia Cafe Sierra Madre!
"Agar economic scalenya mas hitunganuk, traffic di lokasi ini harus mencapai 3.000 kepala per hari," ujar Andreas Chang, CEO Tahta Coffee.
Sari Sutedja, Founder Upnormal Coffee Roaster menekankan tempat instagrammable dan fasilitas internet juga jadi pertimbangan karena Gen Z membeli kopi tidak hanya diminum tapi juga untuk difoto dan diupload.
Terkait kenyamanan kedai, desaininterior punya peran, di mana akan berpengaruh kepada ambience gerai yang bisa menjadi magnet bagi pengunjung.
Tempat instagrammable dan fasilitas internet juga jadi pertimbangan. Gen Z membeli kopi tdk hanya diminum tapi juga untuk difoto dan diupload (Sari Sutedja, Founder Upnormal Coffee Roaster).
Nah, Idea Lovers, siap membuka bisnis kedai kopi sebagai resolusi tahun 202o ini?
Baca Juga: Loona Cafe, Kafe Unik di Kebon Jeruk Jakarta, Sarangnya Para Penggemar K-pop!