Follow Us

Bagian Tengah Dijebol, Dua Hunian Ini Direnovasi untuk Dijadikan Satu, Hasilnya Etnik Banget

Saffa Fauziah Kamila - Sabtu, 25 Januari 2020 | 11:00
Ubah Tampilan dari Modern ke Konsep Etnik

Ubah Tampilan dari Modern ke Konsep Etnik

IDEAonline- Hobi mengumpulkan barang etnik, rumah pun diubahnya dari desain asli yang modern, jadi desain etnik.

Bagaimana serunya menata benda koleksi di rumah ini?

Tak sulit mencari rumah milik pasangan Djoko Wahono dan Rini Yuanita ini.

Berada di jajaran rumah berkonsep modern di salah satu perumahan di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, rumah ini terlihat cukup menonjol dengan desain etniknya.

Bahkan, sepintas rumah ini tampak didesain etnik sejak awal dibangun, bukan hasil renovasi.

Ini karena perubahan yang dibuat pemilik terbilang sangat signifikan.

Awalnya, desain rumah ini sama dengan rumah tetangga kanan-kiri, yaitu berkonsep modern.

Baca Juga: Tips Memilih Tanaman Indoor, Ini Kriteria yang Cocok untuk Tiap Ruang

Ubah Tampilan dari Modern ke Konsep Etnik

Ubah Tampilan dari Modern ke Konsep Etnik

Pada tahun 2004 rumah ini direnovasi dan diganti konsepnya menjadi etnik.

Perubahan ini bukan tanpa alasan.

Djoko dan Rini memang mendambakan konsep rumah yang mengusung suasana desa, walau sebenarnya mereka tinggal di kota.

“Rumah dengan konsep etnik dan bercita rasa desa ini, kami anggap yang paling pas dan nyaman,” ucap Djoko.

Baginya, ada semacam kerinduan yang tidak mereka peroleh saat tinggal di rumah dengan konsep modern.

Konsep Kuat Kuatnya aura etnik dengan nuansa pedesaan ini sangat terasa walau kaki belum melangkah ke bagian dalam rumah.

Tampilan fasad hasil renovasi benar-benar berubah menjadi etnik.

Dari kejauhan, pagar bermaterialkan batu kali yang dikolaborasikan dengan kayu bantalan rel kereta api menjadi elemen pertama yang menyapa tamu yang berkunjung.

Dinding utama fasad yang awalnya dari pasangan bata berplester diubah menjadi dinding bata ekspos.

Begitu juga dengan lantainya.

Lantai jalan masuk dari luar menuju ke dalam bangunan, dibuat dari bantalan rel kereta yang dikombinasikan dengan batu alam berjenis koral seukuran kepalan tangan anak-anak.

Sedangkan lantai terasnya dilapisi tegel asal Yogyakarta yang dipadupadankan dengan paving block.

Baca Juga: Mau Buang Air Besar Tak Ada Kamar Mandi, Komedian Cantik Ini Ceritakan Kisah Pahitnya Dulu Saat Nahan Mules, ‘Jalan Sampai 50 Meter’

Bagian Tengah Dijebol, Dua Hunian Ini Direnovasi untuk Dijadikan Satu, Hasilnya Etnik Banget
FOTO JOU ENDHY PESUARISSA

Bagian Tengah Dijebol, Dua Hunian Ini Direnovasi untuk Dijadikan Satu, Hasilnya Etnik Banget

Konsep etnik ini makin dikuatkan dengan kehadiran furnitur meja dan kursi kayu “jebak” tempo dulu yang diletakkan di teras dan pintu gebyok asli Ngawi, Jawa Timur.

Ditambah lagi dengan aksesori menarik yang menguatkan kesan pedesaan, seperti congklak, pot tanaman dari kayu, timbangan untuk pot tanaman, lampu gantung, serta lampu petromak.

Penggila Barang Etnik Tak hanya di bagian luar, konsep etnik melekat kuat di interior rumah ini.

Khususnya saat melihat lantai, furnitur, dan aksesorinya.

Djoko mengakui bahwa dirinya adalah penggila barang etnik.

“Saya mengumpulkan barang-barang ini mulai tahun 1998 hingga sekarang.

Jumlahnya, mungkin sudah mencapai ribuan,” ucap Djoko yang setiap akhir pekan biasa nongkrong di Taman Puring (Mayestik), Jatinegara, Senen, Kota, Ciputat, untuk sekadar mengamati barang antik yang dijual di pasaran.

Jika ada yang disukai baru ia beli.

Baca Juga: Seluas 119 Meter Persegi, Hasil Renovasi Rumah Ini Wujudkan Hunian dengan Tampilan Lebih Nyaman

Bagian Tengah Dijebol, Dua Hunian Ini Direnovasi untuk Dijadikan Satu, Hasilnya Etnik Banget
FOTO JOU ENDHY PESUARISSA

Bagian Tengah Dijebol, Dua Hunian Ini Direnovasi untuk Dijadikan Satu, Hasilnya Etnik Banget

Tak hanya Djoko, sang isteri yang pada awalnya hanya sebatas suka, sekarang mulai mencintai barang etnik.

Bahkan, Rini-lah yang belakangan lebih aktif mencari barang etnik ini.

“Saya pikir barang-barang ini memiliki nilai seni yang tinggi.

Selain itu, juga memiliki nilai investasi yang menarik,” ucapnya

Pasangan ini memiliki sebuah patokan dalam mencari barang.

“Barang yang dibeli harus memiliki nilai fungsional, tidak sekadar cantik,” ucap Djoko.

Tak heran, jika aksesori yang dikumpulkan lebih banyak berupa lampu, jam, setrika, peralatandapur, dan furnitur interior, yang juga dapat digunakan untuk mempercantik rumahnya.

Terbatas, Tak Hilangkan Kreativitas Dengan begitu banyak barang, Djoko dan Rini merasa belum sempurna memajang hasil perburuan mereka.

Padahal, rumah yang ditempati saat ini sudah gabungan dari 2 rumah yang didesain menjadi 1.

“Ini rumah awalnya adalah 2 rumah tipe 45 yang digabungkan.

Bagian tengahnya dibobok, bagian belakangnya dijebol dan dibangun beberapa ruang baru,” ucap Djoko.

Semua aktivitas yang sifatnya publik berada di bagian tengah.

Baca Juga: 6 Hal yang Dibutuhkan Pada Saat Memperlancar Renovasi Tumbuh

Bagian Tengah Dijebol, Dua Hunian Ini Direnovasi untuk Dijadikan Satu, Hasilnya Etnik Banget
FOTO JOU ENDHY PESUARISSA

Bagian Tengah Dijebol, Dua Hunian Ini Direnovasi untuk Dijadikan Satu, Hasilnya Etnik Banget

Djoko merasa beruntung.

Sekalipun ia tidak membeli kedua rumah ini secara sekaligus, ruang keluarga bangunan lama dan bangunan baru memang sudah berdempetan.

Jadi ia tidak usah mengubah banyak layout rumah asal.

Ruang yang dibobok pun pada akhirnya menjadi ruang terbuka yang difungsikan menjadi ruang tamu, ruang keluarga, ruang pajang, ruang makan, ruang menjahit, dan dapur.

Bahkan, ruang ini menjadi tempat ibuibu kompleks berkumpul.

Baca Juga: Cara Menghitung Biaya Pembuatan Taman, Kepoin Komponen Termahalnya!

Ditanya apakah berniat menjual barang antiknya, Djoko menjawab, untuk saat ini belum terpikirkan.

Bagi ia dan keluarganya, barang antik beserta rumahnya adalah koleksi yang membuat rumahnya terlihat lebih hidup dan menarik.

“Lewat desain, furnitur, dan koleksi barang antik di rumah ini, kami merasa bisa mengenang sekaligus merasakan seperti tinggal di desa,” ucap Djoko menutup pembicaraan.

Artikel ini tayang di majalah IDEA edisi 197

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya

Latest