IDEAonline-Bagaimana memadukan keindahan arsitektur lama dengan desain kekinian, merupakan pencapaian terbesar pada renovasi hunian ini.
Negeri matador menjadi pilihan destinasi wisata bagi banyak pejalan dunia.
Salah satu daya tariknya adalah jejak-jejak arsitektur dari zaman keemasan Renaissance yang akan memanjakan mata.
Inilah yang tidak ingin dilenyapkan oleh biro arsitek asal Spanyol, Egue y Seta, saat menanganiproyek renovasi sebuah hunian yang berlokasi di Sant Joan, Barcelona.
Baca Juga: Jarang Terpikirkan, Ternyata Ini Fakta Kemana Air Toilet Disembunyikan dan Dibuang
Rumah dengan ukuran 75 m2 ini tergolong mungil.
Ini menjadi tantangan tersendiri bagi si arsitek.
“Kami ingin menciptakan layout yang menarik, sehingga menciptakan ruang lebih luas dan pencahayaan lebih baik.
Kami juga ingin membuat samar batas yang ada, sehingga ruang menjadi lebih layak huni,” ujar si arsitek.
Baca Juga: Kenali Keunikan Anak Lewat Warna Kesukaan, Inilah 4 Inspirasi Kamarnya
Ruang Sosial
Demi memudahkan pengaturan kembali layout ruangnya, si arsitek membagi zona rumah ini menjadi 2 bagian terpisah, yaitu zona untuk publik dan zona untuk pribadi.
Untuk zona publik, ruang-ruangnya dibiarkannya terbuka tanpa batas.
Ruang duduk, ruang makan, dan dapur didesain “menyatu”.
Ruang duduk terlihat atraktif. Dinding bata ekspos yang menghiasi salah satu bidangnya mengingatkan kita akan kemegahan sejarah dan arsitektur Spanyol.
Karpet Persia dihamparkan sebagai “batas” antara ruang duduk dengan ruang makan di sebelahnya.
Dengan motifnya yang khas, karpet ini menambahkan warna dan tekstur menarik pada ruang.
Ruang makan terletak bersebelahan dengan ruang tamu.
Lampu yang tergantung di atas meja makan menjadi penambat mata.
Terlebih lagi, lampu ini tergatung pada langitlangit yang terbuat dari balok kayu dengan lengkungan khas kubah Catalan.
Sementara itu, meja panjang dipilih untuk mengisi salah satu sudut ruang, yang difungsikan sebagai meja kerja.
Ruang untuk bersosialisasi ini terlihat semakin menarik dengan tegel kuno bermotif tradisional yang telah dipoles kembali.
Baca Juga: Berbagi IDEA Ciptakan Ambience dan Ruang Khusus dengan Olah Lantai
Tidak jauh dari situ, dapur segera terlihat.
Tidak ada pintu yang menghalangi ke area ini.
Dinding blackboard segera menjadi pusat perhatian di dapur.
Coretan kapur di bidang ini membuat dapur terlihat lebih artistik.
Di dapur yang tidak luas ini, multifungsi menjadi kunci.
“Di sini, tentu kita bisa memasak. Tetapi di sini pula kita bisa makan, mencuci baju, membaca koran, bekerja, ngobrol dengan teman, dan banyak kegiatan lain,” jelas si arsitek.
Ruang Pribadi
Sementara, di zona privat, terdapat bedroom yang juga memiliki akses untuk ke kamar mandi dan walk in closet.
Warna dominan putih dipilih untuk kamar tidur ini. Namun, agar tidak “datar”, headboard didesain istimewa.
Pixilated grafis penuh warna karya Christian Zuzunaga menghiasi area belakang kepala tempat tidur.
Cushion pun berbalut fabric dengan motif yang sama.
Selain itu, si arsitek menyisipkan keintiman visual antara kamar tidur dan kamar mandi.
Kedua area ini dibatasi dinding kaca dengan bingkai kayu Venesia, sehingga memungkinkan cahaya masuk ke semua ruang.
Baca Juga: Berperan Estetis dan Edukatif, Jangan Salah Memilih Lampu Kamar Anak
Kamar mandi dirancang dengan apik.
Keramik dalam warna putih dan turkois yang melapisi dinding dan lantai membuat suasana kamar mandi sejuk.
Ukuran 10 cm x 10 cm pada keramik dipilih agar ada kaitan dengan pola pixelated pada dinding kamar tidur.
Pembaruan gaya desain serta penataan ulang ruang-ruang pada hunian ini membuahkan karya yang tidak saja indah namun ber nilai tambah.
Jejak sejarah arsitektur tetap terjaga, sementara kebutuhan gaya hidup masa kini tetap dapat terakomodasi.
Artikel ini tayang di majalah IDEA edisi 144
(*)