IDEAOnline-Saat ini hampir semua negara perhatian tersita pada kasus Covid-19, pencegahan dan penanganan agar tak meluas.
Lockdown di beberapa negara dan PSBB di Indonesia, berefek pada penurunan suhu dan polusi udara di tahun ini.
Namun nyatanya penurunan polusi udara dan emisi karbon sulit memengaruhi iklim dalam jangka panjang.
Krisis iklim masih berlangsung. Karenanya ilmuwan mendesak agar semua orang jangan melupakan krisis iklim yang sedang berlangsung dan butuh penanganan.
Sepuluh tahun terakhir merupakan dekade dengan suhu panas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Menurut ahli meteorologi, di tahun 2020 ini kita masih melanjutkan tren tersebut.
Analisis suhu selama kuartal pertama tahun 2020 menempatkan tiga bulan pertama (Januari-Maret) sebagai periode terpanas kedua sejak 1998.
Kuartal pertama ini pun memberi gambaran untuk sembilan bulan ke depan.
Administrasi kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) memprediksi bahwa tahun 2020 memiliki peluang 74,67 persen menjadi tahun terpanas.
Baca Juga: Sertifikasi Greenship, Apa Kriterianya dan Pantas Diberikan untuk Bangunan seperti Apa?
Kemudian memiliki peluang 99,94 persen menjadi kandidat lima besar tahun terpanas, dan lebih dari 99,99 persen masuk dalam 10 tahun terpanas.
Dilansir IFL Science, Rabu (28/4/2020), pada bulan Maret 2020, Bumi lebih hangat dibanding rata-rata bulan sebelumya.
Secara khusus, bagian timur AS dari pegunungan Rocky, Asia Tengah dan Asia Timur, kemudian bagian selatan Amerika Selatan mencatat suhu 2,0 derajat Celsius lebih tinggi dibanding rata-rata bulan sebelumnya sejak 1998.
Suhu panas selama bulan Maret tercatat di 42 juta kilometer persegi.
Itu sekitar 8,17 persen luas permukaan Bumi.
Januari 2020 adalah rekor terpanas Januari.
Februari adalah bulan Februari terpanas kedua dalam catatan, setelah Februari 2016 menjadi rekor suhu terpanas di seluruh dunia termasuk di Antartika.
Maret juga merupakan Maret terpanas kedua, setelah Maret 2016.
"Maret 2020 menandai bulan Maret ke-44 berturut-turut dan bulan ke-423 dengan suhu, setidaknya secara nominal, di atas rata-rata abad ke-20," tulis laporan NOAA.
Baca Juga: Perbaiki Mutu Udara dan Lingkungan dengan Taman Atap, Rumah Lebih Hemat dan Nyaman
Perbedaan suhu global selama tiga bulan pertama tahun 2020 dan rata-rata suhu abad ke-20 cukup konstan, meski tahun 2016 mengalami peningkatan suhu karena fenomena El Nino yang sangat kuat.
Ahli meteorologi menyebutkan, suhu panas di tahun 2020 mendekati suhu tahun 2016.
Baca Juga: Benarkah Bikin Taman Atap Butuh Dana Besar? Ternyata Biar Aman Harus Lakukan Ini!
Sayangnya, penurunan polusi udara dan emisi karbon dioksida selama masa lockdown dan PSBB yang dilakukan beberapa negara kecil kemungkinan membuat suhu tahun ini lebih dingin. Mungkin ada jeda, tapi sangat singkat dan penurunan polusi udara disebut sulit untuk memengaruhi iklim dalam jangka panjang.
Oleh sebab itu, para ilmuwan mendesak semua orang untuk tidak melupakan krisis iklim yang sedang berlangsung dan butuh penanganan. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Diprediksi, 2020 Menjadi Tahun Terpanas dalam Satu Dekade Terakhir
(*)