Follow Us

Jadi Ancaman bagi Bumi dan Makhluk Hidup, Apa Sih Pemanasan Global Itu?

Kontributor 01 - Minggu, 17 Mei 2020 | 10:00
Pemanasan global.
rottadana

Pemanasan global.

IDEAOnline-Untuk memahami pemanasan global, mari simak dulu proses pemanasan yang alami.

Manusia, hewan, dan tumbuhan yang ada di bumi, membutuhkan panas untuk bisa hidup.

Dikutip dari Global Warming: A Very Short Introduction (2004), panas berasal dari pancaran atau radiasi matahari.

Sebagian panas ini ditahan di bumi oleh gas-gas yang ada di atmosfer.

Atmosfer bumi terdiri dari sekitar 78 persen nitrogen, 21 persen oksigen, dan 1 persen gas lainnya.

Sebagian gas-gas dalam 1 persen itu disebut gas rumah kaca.

Apa saja yang termasuk gas rumah kaca?

Ada uap air, karbon dioksida, ozon, metana, dan dinitrogen oksida.

Gas rumah kaca di langit ini bekerja seperti selimut.

Mereka menjaga suhu bumi tidak terlalu dingin, sekitar 35 derajat celsius.

Tanpa gas ini, suhu di bumi bisa sangat dingin, mencapai -20 derajat celsius.

Proses inilah yang membedakan bumi dengan planet lainnya.

Planet lainnya tak punya "selimut" yang pas seperti bumi.

Manusia, hewan, dan tumbuhan, tak bisa bertahan hidup di planet-planet lain.

iklim

Baca Juga: Krisis Iklim Masih Berlangsung Selama Covid-19, Tahun 2020 Bakal Jadi Tahun Terpanas Dalam 10 Tahun Terakhir

Efek rumah kaca terjadi karena udara panas yang terperangkap di dalam ruangan.
dok. mit24h.com

Efek rumah kaca terjadi karena udara panas yang terperangkap di dalam ruangan.

Penyebab Pemanasan Global

Pemanasan global adalah proses peningkatan suhu bumi yang berlebihan.

Penyebabnya, gas rumah kaca yang tentu juga berlebihan.

Dalam 200 tahun terakhir, manusia menghasilkan karbon dioksida yang berlebih.

Kita menghasilkan karbon dioksida lewat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas bumi.

Pembakaran yang masif ini dimulai sejak abad ke-18, ketika dunia memasuki Revolusi Industri.

Gas rumah kaca yang makin tebal ini membuat panas matahari lebih banyak terperangkap di bumi.

Akibatnya, bumi makin hangat.

Dibanding masa sebelum Revolusi Industri, bumi makin panas sekitar 1,1 derajat celsius.

Inilah yang dimaksud dengan pemanasan global.

Baca Juga: Inilah Kebijakan Pemerintah di Sektor Properti Terkait Bangunan Hijau, Bagaimana Cara Menilainya?

Laut dengan jembatan terpanjang di China, ketenangannya terwakili dari warna turqouise.
bbc

Laut dengan jembatan terpanjang di China, ketenangannya terwakili dari warna turqouise.

Dampak Pemanasan Global

Pemanasan ini memberi dampak yang berbahaya bagi para penghuni bumi.

Secara langsung, peningkatan suhu membuat es atau gletser di kutub bumi meleleh.

Es itu meleleh menjadi air di lautan.

Kenaikan permukaan air laut membuat tanah yang tadinya daratan, kini menjadi laut.

Dikutip dari The Uninhabitable Earth: Life After Warming (2019), pada 2017, terungkap bahwa dua gletser di Antartika Timur meleleh hingga 18 juta ton per tahun.

Hal yang sama terjadi di Greenland.

Es di sana meleleh hampir sejuta ton setiap harinya.

Jika pemanasan terus berlangsung, bukan tak mungkin seluruh es di kutub akan mencair.

Beberapa prediksi menyebut daratan akan mulai hilang dalam waktu 30 tahun dari sekarang.

Baca Juga: Arsitektur Lokalitas pada Desain Hunian Bantu Atasi Krisis Iklim, Ini Penerapannya!

Tinggal di kawasan urban harus siap dengan kepadatan kota.

Tinggal di kawasan urban harus siap dengan kepadatan kota.

Siapa Saja yang Akan Terdampak?

Kemungkinan sebagian besar dari populasi manusia.

Dua per tiga kota besar dunia ada di pesisir. Separuh populasi manusia tinggal di kota-kota itu.

Saat ini, lebih dari 600 juta atau manusia hidup berjarak 10 meter dari laut.

Mereka terpaksa harus mencari tempat tinggal baru dalam waktu dekat jika pemanasan global tak ditekan. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemanasan Global: Proses, Penyebab, dan Dampaknya".

Baca Juga: Tak Hanya Polusi, Pencemaran dan Krisis Air Jadi Bagian dari Dampak Perubahan Iklim

#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork

(*)

Source : Kompas.com

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya

Latest