Namun, sebaliknya, kondisi ruang yang kurang layak seperti ventilasi dan penyaringan udara yang terbatas, dapat membuat sebuah ruangan menjadi tempat dengan risiko tinggi.
Penelitian menunjukkan bahwa udara yang kita hirup di dalam ruangan bisa lebih berpolusi hingga 2-5 kali dari udara luar dan sering kali tercemar oleh partikel ultrafine PM2,5, alergen, bakteri, gas berbahaya serta lembapnya udara.
Padahal, di masa pandemi ini, kita menghabiskan waktu yang sangat banyak di dalam ruangan setiap harinya.
Dr. Hermawan Saputra, SKM., MARS., CICS, Ahli Kesehatan Masyarakat dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan, di lingkungan luar ruangan, udara terus bergerak dan bersirkulasi. Namun, udara di dalam ruangan cenderung lebih stagnan karena tertutup.
Di lingkungan dalam ruangan juga ditemukan polutan seperti debu, tungau, bulu hewan peliharaan dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus.
“Banyak selaki unsur di dalam rumah yang berpegaruh pada kesehatan seperti berbagai peralatan yang kita gunakan (karpet, sarung bantal, dll), chemical, asap dan debu , bulu dari hewan piaraan,” ujarnya.
Hermawan menyebut pentingnya higienitas, kebersihan, dan pengondisian udara di dalam ruang.
Baca Juga: Ternyata Polusi di Dalam Rumah Bersumber dari Benda Ini, Atasi Segera!
Rekayasa Udara dalam Ruang
Hermawan mengatakan, bakteri dikenal sangat tangguh bahkan di bawah cuaca atau suhu ekstrem, oleh sebab itu kita perlu memanfaatkan teknologi seperti air purifier untuk membantu membersihkan udara di dalam ruangan.
Di kota seperti Jakarta, rumah dan bangunan cenderung tertutup dengan ventilasi yang minim. Di sinilah kita perlu berhati-hati.