IDEAOnline- Dari sejumlah kota tersebut, yang mengalami penurunan muka tanah paling tinggi yakni Pekalongan, Semarang, dan Jakarta.
Peneliti Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan riset skenario pada kawasan Pantai Utara (Pantura) Jawa yang potensial tenggelam pada 2031.
Profesor Riset bidang Meteorologi pada Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Eddy Hermawan mengatakan, berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tentang perubahan iklim, kenaikan muka air laut (rob) secara global sekitar 3 milimeter per tahun.
"Hasil itu relatif kecil. Tapi jika dikombinasikan dengan faktor land subsidence (penurunan muka tanah) dampaknya (tenggelam) bisa jauh lebih luas dan berbahaya," katanya dalam diskusi virtual pada Rabu (06/10/2021).
Menurut dia, berdasarkan hasil analisis data satelit terkini menunjukkan bahwa kawasan pesisir Pantura Jawa mengalami penurunan muka tanah paling tajam.
"Kondisi geologi daerah pesisir dengan tanah yang lembut secara alamiah membuat tanah terus turun," cetus Eddy.
Baca Juga: Penggunaan Air Tanah Bakal Dilarang di Jakarta, 3 SPAM Ini Disiapkan Pemerintah
Kondisi itu terkonfirmasi oleh data Badan Geologi Kementerian ESDM 2019, sebagian besar Pantura Jawa memiliki kondisi geologi tanah lunak.
Berbeda dengan kawasan Pantai Selatan Jawa dengan struktur geologi cenderung keras dan padat. Sehingga jauh lebih aman.
"Hampir semua kena di Pantura. Seperti Tangerang, DKI Jakarta, Bekasi, Karawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, hingga Surabaya," terangnya.
Dari sejumlah kota tersebut, yang mengalami penurunan muka tanah paling tinggi yakni Pekalongan, Semarang, dan Jakarta.
Berdasarkan perhitungan laju land subsidence secara vertikal selama periode 2015-2020, Pekalongan dan sekitarnya alami penurunan bervariasi antara 2,1- 11 cm per tahun.