Sejarah mencatatkan, biji rosela dibawa oleh budak Afrika ke daerah Eropa pada tahun 1687.
Sejak itu, tanaman rosela mulai dibudidayakan di negara beriklim tropis dan subtropis di berbagai negara di benua Eropa dan Amerika.
Kelopak merah pada rosela juga banyak diekspor oleh Jerman ke Amerika dan Eropa, untuk dijadikan pewarna makanan alami.
Daunnya yang berwarna hijau dengan kelopak besar banyak juga dikonsumsi menggantikan bayam, dengan rasa yang lebih pedas.
Masing-masing negara telah memanfaatkan berbagai komponen dari pohon rosela untuk berbagai tujuan.
Bisa Tanam di Halaman
Rosela bisa menjadi salah satu produkhome farming(kebun di halaman rumah) yang mudah ditanam dan dirawat.
Bentuk pohonnya menyerupai perdu dengan batang-batang halus panjang yang berwarna kemerahan. Rosela bisa tumbuh hingga memiliki tinggi 2,4 m.
Ida Amal, pengurus Banten Berkebun (komunitas yang bertujuan menciptakan lahan hijau di tengah kota) menjelaskan, jika tanahnya gembur dan subur, bunga rosela bisa dipanen dalam waktu kurang lebih 5-7 bulan.
Potonglah bunga rosela pada bagian batangnya supaya batang yang terpotong ini dapat merangsang pertumbuhan tunas baru.