Bagi Britt Marsieta, rumah adalah tempat untuk mendapatkan kenyamanan.Tak heran, rumah ini terasa sejuk walaupun tanpa AC. Ventilasi udara dan bukaan berupa jendela didesain berukuran besar dan tinggi oleh arsiteknya, Andi Pratamadari biro arsitek ANDP. Itu sebagai solusi untuk mendapatkan cahaya alami yang menerangi ruang-ruang di dalam rumah. Tak butuh pencahayaan buatan untuk menerangi ruang-ruang utama pada siang hari. Kamar tidur, ruang keluarga, dan ruang tamu, masing-masing memiliki akses pada cahaya matahari dan view luar rumah.
Wajar bila rumah berukuran 350m2ini mendapatkan akses cahaya maksimal karena Britt dan Fachry memilih lahan sudut. Britt memang ingin rumah yang hemat energi, simpel, dan modern.Kata Britt, rumahnya kental bergaya Jepang, yang ringan, simpel, dankompak. Budaya Jepang memang menginspirasi pasangan ini untuk desain rumahnya. Sungguh beruntung mereka menemukan arsitek Andi untuk membangun rumah idaman mereka itu.
Desain arsitektur karya Andi mengutamakan kesimpelan. Ia juga selalu memperhatikan penggunaan elemen-elemen yang dapat memasukkan cahaya alami secara maksimal. Banyaknya cahaya alami yang masuk rumah menjadi modal untuk menciptakan kenyamanan. Di rumah ini, sang arsitek mengolah bentuk bangunan berupa rongga-rongga antarruang. Setiap batas ruang memiliki ruang perantara, yang membuat aliran udara dan cahaya bisa tersalurkan dengan baik. Contohnya di area tangga, sebagai ruang perantara lantai satu dan lantai dua. Ruang sekitar 30m2 ini memiliki cukup intensitas cahaya, sehingga tak gelap.
Di kamar tidur utama di lantai dua ada jendela yang cukup lebar dan rendah. Ketika sang penghuni tidur akan terlihat pucuk-pucuk pohon dengan latar belakang hutan buatan. Hutan buatan ini menjadi salah satu keunggulan di lokasi ini.
Untuk bukaan di kamar tidur anak dan ruang kerja, dibuat jendela pada lubang dinding dan pintu ke balkon. Dari balkon, view ke arah hutan buatan terlihat maksimal. Begitu juga dengan masuknya cahaya dan aliran udara, sehingga kamar terasa nyaman.
Akses terhadap pemandangan luar memang penting untuk rumah ini. Britt dan Fachry yang mencintai budaya Jepang, menerapkan konsep Zen, yang menempatkan semuanya secara seimbang. Kebutuhan visual dalam ruangan harus sama besar dengan kebutuhan mata untuk melepaskan diri dan melihat "dunia luar". Untuk menyikapi hal tersebut, dipilih tirai pelindung yang tak biasa. Tirai ini terbuat dari bahan metal ringan, yang "menyaru" menjadi pintu geser. Sosoknya mirip dengan kerai berbingkai metal. Warnanya putih, sehingga membaur dengan elemen rumah. View pun terlihat lebih jelas.
Rumah ini memiliki kualitas visual yang sama antara ruang luar dan dalam. Di luar dengan keistimewaan view hutan buatan, sedangkan di dalam dengan desain simpel yang terinspirasi dari budaya Jepang.
Foto: Dok. iDEA/Melo
Sumber: iDEA Book, "Rumah Masa Kini"