Rancangan hunian yang mengedepankan interaksi penghuni dengan alam sekitarnya benar-benar disuguhkan di rumah ini. Kebutuhan untuk berinteraksi itu diujudkan melalui permainan layout, organisasi ruang, konversi fungsi lahan, sistem pendukung, dan elemen bukaan. Semua itu dirancang saling berhubungan dan saling mendukung, sehingga tercipta hunian yang ramah lingkungan.
Massa bangunan terlihat mendominasi lahan horizontal, sehingga lahan seluas 264m2 itu nyaris tak bersisa. Tantangan ini yang mendorong untuk diterapkannya prinsip eko desain. Sang arsitek, Budi Pradono, piawai merancang hunian ini menjadi ramah lingkungan. Langkah awalnya adalah mengonversi lahan hijau pada setiap elemen bangunan.
Konversi lahan hijau yang paling menarik berada di lantai dua. Ada taman dan kolam ikan koi sebagai titik pusat ruangan, dengan pembatas area berupa kaca. Pohon tabebuia, talas-talasan, dan hamparan rumput gajah mini membangun suasana hijau yang menyejukkan. Kesejukkan dapat dinikmati dari ruang keluarga, ruang duduk, ruang tamu, ruang makan, dan mushola.
Bukan cuma dinding, atap pun hijau dengan rimbunnya tanaman kacang-kacangan berbunga kuning. Ini bisa dilihat pada atap ruang untuk petugas keamanan. Begitu pula di balkon atau teras lantai tiga. Area ini ditutup rumput gajah mini, sedangkan dindingnya dirambati tanaman merambat.Sebenarnya ada juga olahan taman di area entrance. Di sini terdapat pohon bambu, yang berjajar di dekat tangga. Bambu-bambu ini berfungsi sebagai buffer, sekaligus suara alami, gesekan bambu ketika tertiup angin. Di situ juga ada teras dengan lantai kayu ulin.
Bagaimana cara merawat taman tersebut? Untuk penyiraman taman vertikal dipasang pipa-pipa yang menyalurkan air langsung ke dalam boks kayu tadi. Cara ini praktis, dan kebutuhan air bagi tanaman pun terukur. Sistemnya juga terpadu, dengan konsep recycle. Air bekas siraman atau air hujan bisa disalurkan melalui pipa-pipa dan ditampung dalam tangki yang ditempatkan di bawah tanah. Air ini kemudian diproses menjadi air yang layak untuk disiramkan lagi pada tanaman.
Foto: iDEA/Richard Salampessy