Follow Us

Yuk, Olah Sampah jadi Kompos

Febrina Syaifullana (@vinna_mooo) - Selasa, 29 Oktober 2013 | 10:00
Yuk Olah Sampah jadi Kompos
Febrina Syaifullana (@vinna_mooo)

Yuk Olah Sampah jadi Kompos

Jakarta, misalnya, pada 1985 menghasilkan sampah sejumlah 18.500 m3 per hari (walhi.or.id). Tahun 2000 meningkat menjadi 25.700 m3 per hari. Jika dihitung, dalam setahun volume sampah tahun 2000 mencapai 170 kali ukuran Candi Borobudur (volume Candi Borobudur sekitar 55.000 m3). Terbayang 'kan mau dibuang ke mana sampah sebanyak itu?

Begitulah nasibnya kalau sampah tidak didaur-ulang. Daur ulang ini bisa dilakukan sejak dari rumah. Ada banyak caranya. Tapi intinya, mengubah sampah organik (semisal sampah daun dan sisa makanan) menjadi kompos. Sedangkan sampah non-organik (seperti kertas, plastik, dan gelas) bisa diserahkan ke pemulung.

Salah satu cara mengubah sampah menjadi kompos yaitu menggunakan mini komposter. Inilah yang sedang digalakkan oleh Yayasan Pepulih. Yayasan ini membikin seperangkat mini komposter yang bisa dipakai untuk mengolah sampah organik menjadi kompos. Alat yang berupa tong plastik dan dilengkapi keran di bagian bawah ini praktis, relatif tidak memakan tempat.

Sampah organik yang sudah dipilah dimasukkan ke mini komposter. Sampah berukuran besar lebih bagus kalau dicacah dulu menjadi kecil-kecil. Sampah ini kemudian dibasahi atau disemprot dengan larutan bakteri pengaktif. Bakteri ini dibikin dari campuran 10 cc aktivator dan 25 g gula merah plus seliter air. Bisa pula dengan sesendok bokashi super. Atau boleh juga campuran keduanya. Penyiraman ini dilakukan setiap kita memasukkan sampah ke dalam mini komposter.

Setelah penuh, sampah tadi dikeluarkan, diaduk-aduk, dan diangin-anginkan hingga setengah kering atau tidak becek. Namun, harus diingat, jangan dijemur di bawah sinar Matahari. Sampah yang sudah jadi kompos itu pun siap digunakan untuk memupuk tanaman kita.

Lalu apa gunanya keran?

Di dalam tabung mini komposter terdapat sekat yang diberi lubang-lubang kecil. Fungsinya sebagai penyaring larutan bakteri pengaktif. Air tirisan yang dinamakan lindi ini juga bermanfaat. Jadi, keran itu gunanya untuk mengeluarkan air lindi yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk cair. Caranya, encerkan air lindi dengan perbandingan 1 : 10 dan semprotkan atau siram ke tanaman.

Dengan menggunakan mini komposter setidaknya kita tidak perlu membeli pupuk kompos buat tanaman. Sudah begitu, lingkungan kita menjadi bersih. Soalnya, mini komposter ini dilengkapi dengan tutup jadi tidak dikerubungi lalat.

Sebagai catatan, jangan meletakkan mini komposter sembarangan. Sebab, keran yang terpasang di tabungnya bisa mengundang minat anak-anak untuk memainkannya. Air lindi yang baunya menyengat akan menimbulkan persoalan tersendiri jika sampai terkena tangan atau badan anak-anak iseng itu.

Foto: backyardcomposter.net

Sumber: intisari-online.com

Editor : Febrina Syaifullana (@vinna_mooo)

Latest