Kehadiran barang bekas yang penuh kenangan bisa menghadirkan kesan unik di rumah. Setidaknya itulah yang dilakukan oleh Thomas Tjahyo. Ia memanfaatkan ratusan batu bata merah hasil bongkaran rumah tua untuk tembok kamar. Bukan dimanfaatkan sebagai struktur utama dinding, pria itu malah mengkreasikannya menjadi pelapis dinding kamar utama.
"Hampir 2-3 tahun belakangan, saya mencari-cari batu bata sisa bongkaran rumah tua. Kebetulan waktu itu tidak jauh dari rumah ada yang menjualnya. Saya tahu batu bata itu kualitasnya bagus dan lebih kokoh dibanding batu bata yang dijual di pasaran. Akhirnya, setelah proses tawar-menawar saya berhasil memboyongnya ke rumah," tutur Tjahyo.
Tujuan Tjahyo menyusun batu bata ekspos adalah ingin menampilkan sosok kamar berkesan alami sekaligus homy. Ketidaksempurnaan tekstur dan warna khas bata merah memang sengaja tidak ditutupi acian semen dan pasir. Justru, bongkahan berwarna terakota tersebut disusun membentuk pola sederhana.
Tjahyo tidak sendirian. Ia meminta saran arsitek Indra S yang juga sahabatnya. Kata Indra, bata itu disusun dengan cara ditumpuk dan diberi lis. Biar keren, bagian tengah bata dipotong sebagian sehingga membentuk pola segitiga. Sisanya dibiarkan sesuai bentuk aslinya. "Garis yang membentuk pola segitiga jadi aksen bata. Tampilan bata tidak monoton," ujar Indra.
Bata berukuran 25cmx15cm, dengan tebal 6cm lebih besar dua kali lipat dari bata biasa. Yang unik juga, pada satu sisis bata itu terdapat cap cetakan produksi. "Saya sengaja menampilkan cetakan bata agar kelihatan bahwa itu batu bata lama, bukan bata biasa," ungkap Tjahyo. Susunan bata ekpsos itu memang menghadirkan kesan vintage, yang mengingatkan pada rumah masa lalu. Klasik!
Foto: iDEA/Adeline Krisanti