Pada Awalnya Adalah Warna Bunga

iDEAonline.co.id-Demikian cara Anson Low, AIFD CFD, pengajar dan creative directorNobleman Institute of Floral Design Pte.ltd, Singapura, berinteraksi dengan bunga. Baginya, saat melihat bunga, ia akan tahu apa yang dilakukan. Alam akan 'mengajarinya' untuk mendesain. Bagi Anson, mengamati alam secara detail adalah ide yang tak terbatas untuk sebuah rangkaian bunga. Setiap hari selalu berbeda, bahkan untuk hal yang sudah kerap kita lihat.

"Misalnya saat kita melihat jendela, ada satu tanaman tumbuh di sana. Kita bisa memindahkan desain itu ke dalam sebuah rangkaian," kata Anson. Jendela dan tanaman yang tumbuh adalah komposisi dari alam yang bisa kita terjemahkan ke dalam desain. Dari tanaman itu, kita bisa melihat bagaimana mereka tumbuh. Apakah ia kekurangan air, tidak terawat, atau tumbuh subur. Pengetahuan itu yang kita bawa dalam suatu rangkaian. Menurut Anson, merangkai bunga sama halnya dengan tahu bagaimana alam menumbuhkan dirinya. Prinsip itu yang ia pelajari saat awal ia belajar merangkai bunga. Rangkaian ikebana merupakan proyek awal ia merangkai. Walau pun ia belajar banyak hal. Hanya ikebana mengajarkan bagaimana bunga-bunga yang sedikit bisa bercerita banyak.

Di sini, bunga dan daun punya ragam warna bunga. Tapi ia tidak bisa mengontrolnya. Karena warna bunga tergantung oleh musim. Bila tidak sedang musimnya, maka bunga tidak ada. Atau ada, hanya warnanya beda. Semakin mendekat ke bunga, ia semakin merasakan hubungan manusia dengan tanaman. "Manusia bisa marah kepada bunga, tapi bunga tak pernah marah pada manusia," katanya sambil tersenyum. Hanya bunga punya aturan sendiri yang tidak bisa dikontrol manusia. Bagiamana ia tumbuh, berbunga, dan menghasilkan warna sesuai dengan kalender musim. Itulah yang menjadikannya penasaran. Kemudian ia belajar merangkai bunga.