Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Menghitung "Multiplier Effect" Proyek Jembatan Selat Sunda

Devi F. Yuliwardhani - Rabu, 04 September 2013 | 00:00
Menghitung Multiplier Effect Proyek Jembatan Selat Sunda
Devi F. Yuliwardhani

Menghitung Multiplier Effect Proyek Jembatan Selat Sunda

"Dari sisi properti, daya tariknya tentuoverviewdari JSS itu sendiri. Ini akan saling mendorong dengan pertumbuhan pariwisata, seperti resor, hotel, atau restoran," ujar Ir Fauzi Buldan, pemerhati arsitektur dan properti dari Ikatan Alumni Arsitektur Institut Sains dan Teknologi Nasional (INIARS ISTN) usai jumpa pers Simposium Nasional Arsitektur Jembatan Selat Sunda di Jakarta, Senin (2/9/2013).

Tidak menutup kemungkinan, lanjut Fauzi, jembatan bentang panjang seperti JSS akan menimbulkan gerakan-gerakan ekonomi baru, mulaihome industryhingga perusahaan-perusahaan besar, dari resor-resor tradisional hingga wisata kelas atas. Hanya, lanjut Fauzi, karena harga tanah tidak bisa dikontrol oleh pemerintah, akan banyak bermunculan spekulan."Tentu, ada negatif dan positifnya. JSS akan menciptakan kelas-kelas ekonomi baru di kedua daerah yang terhubung," kata Fauzi.

Seperti diberitakan sebelumnya, rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) dapat dijadikan sebagai momentum untuk membuka paradigma berpikir para arsitek Indonesia agar lebih inovatif. Arsitek harus lebih ekspansif membedah secara ilmiah JSS ini dari berbagai sisi.

"Dengan kajian ini para arsitek profesional bisa merancang lebih komprehensif, mulai dari konsep pembangunan hingga teknologinya. Arsitek juga harus bisa masuk ke sektor riil," ujar Jane Katharina, Ketua Ikatan Alumni Arsitektur Institut Sains dan Teknologi Nasional (INIARS ISTN) pada jumpa pers Simposium Nasional Arsitektur Jembatan Selat Sunda di Jakarta, Senin (2/9/2013).

Jane mengatakan, simposium ini diharapkan bisa menjadi wadah mengubah paradigma tersebut, yaitu mengundang kepedulian arsitek dan insinyur Indonesia bagi tumbuh dan berkembangnya dunia teknologi rancang bangun, salah satunya melalui rencana proyek JSS tersebut.

Simposium ini akan digelar di Gedung Bidakara, Jakarta, Kamis (5/9/2013) nanti, dan akan menghadirkan salah satunya Ir Ben Usagani, seorang praktisi teknis dengan spesialisasi bidang sipil konstruksi laut. Ben akan memaparkan hasil kajiannya mengenai teknik konstruksi yang mungkin bisa digunakan untuk pembangunan JSS berdasarkan lawatannya ke beberapa negara.

"Apakah nantinya akan menggunakan tipesuspension bridge, self anchor bay bridgeataucable stay bridge,kami akan analisa dan itu kembali pada kemampuan pemerintah Indonesia. Ini merupakan pertimbangan besar memilihnya, salah satunya faktor biaya yang tidak sedikit," ujar Ben.

Khusus untuk Selat Sunda, Ben memisalkan, JSS bisa menggunakan kombinasi duasuspension bridgedengan dukungancable stay bridge.Hanya, dibutuhkan peralatan besar untuk operasionalnya."Tetapi kita tak punya alat besar untuk pekerjaan ini. Yang memungkinkan adalah menyewa alat dari Belanda, harganya sekitar 100.000 Euro (Rp 1,4 miliar) per hari. Tingginya 85 meter dan mampu mengangkat beban 8.500 ton. Tapi, China juga punya alat itu, mungkin lebih murah," ujarnya.

Sumber: properti.kompas.com

Editor : iDEA





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular