Follow Us

Rusunawa Jatinegara Dibangun Bulan Depan

Devi F. Yuliwardhani - Jumat, 25 Oktober 2013 | 00:00
Rusunawa Jatinegara Dibangun Bulan Depan
Devi F. Yuliwardhani

Rusunawa Jatinegara Dibangun Bulan Depan

Direktur Pengembangan Permukiman Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Amwazi Idrus mengutarakan hal tersebut saat acara Peringatan Hari Habitat Dunia, di Jakarta, Kamis (24/10/2013).

"Kami punya proyek percontohan di lima kota, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar. Khusus untuk Jakarta berada di tepi Sungai Ciliwung. Kami bantu Pemprov DKI Jakarta menata permukiman di sini. Tapi kan persoalannya adalah tanah. Sekarang, Ciliwung akan dinormalisasi, dikembalikan area tepi sungainya menjadi selebar 50 meter, kemudian pemukiman kumuh di atasnya akan kami rapikan. Solusinya, Pemprov DKI Jakarta menyediakan tanah di Jatinegara, bekas gedung Kantor Teknis, Dinas Teknis DKI, kami yang membangun," papar Amwazi.

Menurut Amwazi, pihaknya akan membantu Pemprov DKI membangun rusunawa setinggi 16 lantai. Meski awalnya tidak sependapat dengan ketinggian rusunawa yang mencapai 16 lantai, namun dia mengakui bahwa ketinggian tersebut perlu lantaran harga tanah di DKI Jakarta sudah mahal.

"Kami bangun rusun 16 lantai, masyarakat dipindahkan ke sana, Sungai Ciliwung akan dibersihkan, bekas permukiman yang ditinggalkan kami rapikan lagi, dan kami bangunkan rusunawa untuk mereka," tandas Amwazi.Rusunawa setinggi 16 lantai tersebut hanya akan digunakan 14 lantai. Dua lantai di bawahnya merupakan ruang serbaguna komunal yang bisa digunakan oleh penghuni rusunawa. Fitur lain yang tersedia adalah ruang parkir motor dan akses mobil terbatas. Meski diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu, akses mobil terbatas ini penting untuk memberikan ruang bagi ambulans, pemadam kebakaran, dan aparat lainnya.

Selain itu, rusunawa dengan kapasitas 560 kepala keluarga ini memiliki fitur unik lainnya. Setiap unit rumah dilengkapi "jendela" yang bisa dimanfaatkan untuk berdagang. "Yang menarik, setiap unit rumah ada jendela yang biasa digunakan untuk jualan. Selain itu, kami sadar bahwa kegiatan menjemur bisa digunakan para ibu-ibu untuk bersosialisasi. Maka, kami tidak menyekat antara satu balkon dan balkon lainnya. Penghuni bisa menjemur sembari berbincang," ujarnya. Hal tersebut dipandang penting, untuk memudahkan masyarakat yang tinggal di sana beradaptasi. Pasalnya, Amwazi mengakui, tidak mudah mendidik masyarakat untuk menggunakan elevator dan kloset. Jika mereka langsung dibuat berjarak dengan kebiasaan lamanya, proses adaptasi akan semakin sulit.

Kita tunggu saja groundbreaking rusunawa senilai Rp 160 miliar tersebut awal bulan depan.

Sumber: http://properti.kompas.com

Editor : Devi F. Yuliwardhani

Latest