Laju pertumbuhan penduduk di Makassar, Sulawesi Selatan, semakin padat seiring tumbuhnya kota itu menjadi magnet ekonomi di Kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonominya mencapai rata-rata 8,5 persen per tahun, jauh di atas pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 5,9 persen.
Pertumbuhan tersebut memicu tingginya kebutuhan investasi, khususnya investasi sektor properti perumahan (landed house), apartemen, hotel, dan pusat belanja. Karena itulah, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terus menggaungkan pembangunan metropolitan baru di kawasan timur Indonesia,Mamminasata yang mencakup wilayah Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar.
Sesuai rencana Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sulawesi Selatan, konsep pengembangan baru tersebut bisa dilalui oleh dua jalur arteri, yaitu jalurbypassMamminasatadan terusan Jalan Abdullah Dg Sirua. Sesuai perencanaan, proyek ini diprediksi mampu menampung sedikitnya 300 ribu jiwa di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Pattasalang dan Moncongloe.
Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, pada HUT REI ke-42 di Makkasar, Selasa (18/3/2014) malam, mengatakan bahwa tahun depan proyek tersebut mulai dirancang. Rencananya, Pemprov Sulsel akan menggandeng Realestat Indonesia (REI) untuk merealisasikannya.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat REI, Eddy Hussy, membenarkan hal itu. Meskipun masih dalam perencanaan, ia mengaku optimistis megaproyek ini bisa terealisasi.
"Tawaran kerjasama ini perlu lebih dimatangkan lagi, apalagi kepengurusan REI 2013-2016 memiliki bidang yang khusus menangani pengembangan konsep kota baru," ujar Eddy.
Menanggapi hal tersebut, Ketua DPD REI Sulsel, Muhammad Arief Mone, mengatakan bahwa industri properti di Makassar saat ini mulai mengarah pada pengembangan produk untuk segmen menengah atas. Adapun untuk kalangan menengah bawah akan bergeser ke pinggiran kota, yaitu Maros dan Gowa.
"Karena harga tanah semakin tinggi, maka pengembang yang masuk lebih menyasar segmen menengah atas," kata Arief.
Saat ini harga lahan di tengah kota Makassar tak ubahnya dengan kenaikan harga lahan di kota-kota besar lain di Indonesia. Di sekitar kawasan Pantai Losari, misalnya, harga lahan mencapai Rp 20 juta sampai Rp 50 juta per meter persegi.
Karena itulah, lanjut Arief, pengembangan properti untuk kalangan menengah atas tersebut akan menyasar subsektor properti, antara lain apartemen, kondominium hotel (kondotel), dan perumahan. Kawasan pengembangan itu akan lebih berpusat di tengah Kota Makassar, yaitu Kawasan Tanjung Bunga dan Panakukkang.
Sumber: properti.kompas.com