iDEAonline.co.id - Isti Dhaniswari, desainer produk yang juga seorang trend researcher berpendapat, tren furnitur tidak terbatas kepada pengertian seperti fashion, yang usianya pendek dan cenderung melompat dari satu sensasi ke sensasi lainnya. Tren furnitur memiliki pengertian lebih sebagai sebuah produk dari pola pikiran manusia, yang haluannya berubah akibat situasi atau kejadian, yang memengaruhi perilaku dan sikapnya. Tren furnitur tidak terikat pada sekedar material, bentuk, warna, dan finishing, melainkan seluruh cerita yang mengakibatkan elemen-elemen tersebut tervisualisasi.
Melalui buku Trend Forecasting "Résistance" yang ditulisnya untuk 2016, Isti berpendapat bahwa cepatnya penyebaran informasi melalui ponsel dan gawai masih menjadi latar belakang yang kuat. Misalnya, mengenai sumberdaya alam di Indonesia, yang membuat furnitur rotan mendapat perhatian khusus dari konsumen. Namun, minat serius dari konsumen Indonesia baru tampak setelah banyaknya berita "Lukis Chair" karya Abie Abdillah yang dipilih menjadi koleksi Cappellini.
Menurut Isti, yang juga founder dari web trendlogbook.com, tahun ini masyarakat memiliki kekhawatiran akan tempat tinggalnya yang semakin tidak nyaman. Sehingga, masyarakat berusaha mencari solusi yang dapat memberikan alternatif habitat hidup yang lebih nyaman, aman, dan sehat. Lahirlah kemudian furnitur eksperimental dari bahan-bahan, proses, dan bentuk yang tidak konvensional, dengan warna-warna bumi dengan aksen hi tech. Produk-produk ini menjadi penarik perhatian dan diburu konsumen, misalnya "Anne Chair" Ross Lovegrove dan "Panton Chair" Jump Studio.