Saksi Bisu Pembantaian 10.000 Orang Tionghoa, Ini Tampilan dalam Vihara Toasebio

Selasa, 04 Desember 2018 | 18:40
Rebiyyah Salasah

Liputan Vihara Toasebio

IDEAonline - Kawasan Glodok dikenal sebagai kawasan Pecinan.

Dulunya, kawasan Glodok merupakan bekas tempat isolasi kaum Tionghoa pada masa kolonial Belanda.

Pada abad 17, VOC menempatkan masyarakat Tionghoa dalam satu wilayah yang kini dikenal sebagai Pecinan.

Strategi ini diterapkan untuk menjaga kemanaan pasca-Perang China yang diawali dengan pembantaian 10.000 orang Tionghoa dalam Benteng Batavia.

Toasebio Rebiyyah Salasah

Liputan Vihara Toasebio

Baca Juga : Atasi Masalah Lingkungan, Desainer Ini Ciptakan Alternatif Bahan Kulit

Di kawasan ini terdapat banyak bangunan bersejarah di antaranya tempat ibadah.

Salah satu tempat ibadah yang ada di kawasan ini adalah Vihara Dharma Jaya (Toasebio).

Vihara ini didominasi warna merah dengan dua atap organemn naga dan burung di sudut atapnya.

Rebiyyah Salasah

Liputan Vihara Toasebio

Di bagian belakang dibangun gedung tambahan yang bertingkat.

Vihara ini terletak di Jalan Kemenangan III, Kota Tua, Glodok dan merupakan salah satu klenteng tua yang masih berdiri di Jakarta.

"Bangunan ini dibangun tahun 1754 setelah pernah dibakar oleh VOC. Berarti tahun ini, sudah berusia 264 tahun," ujar Tawi Masali, pengurus Vihara.

Baca Juga : Catat! 6 Hal Ini Wajib Dihindari saat Membersihkan Perabot Kalau Tak Mau Memperburuk Situasi

Vihara ini nampak megah dan asri dengan dominasi warna merah dan kuning pada pilar dan atap vihara.

Rebiyyah Salasah

Liputan Vihara Toasebio

Tampak lampion-lampion memenuhi langit-langit bangunan.

Bangunan masih asli dan tidak ada perubahan yang berarti sejak tahun 1754.

Hanya dilakukan renovasi-renovasi kecil untuk mejaga bangunan tetap kokoh.

Bersama Vihara Dharma Bhakti, Vihara Dharma Jaya merupakan vihara tertua tidak hanya di Glodok tapi di Jakarta. (*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya