Terkini: Jumlah Korban dan Rumah Rusak Akibat Longsor Sukabumi Bertambah

Rabu, 02 Januari 2019 | 12:50
Twitter BNPB

Longsor terjadi di Kampung Cimapag, Desa Sinaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Bara

IDEAonline -Longsor terjadi di Kampung Cimapag, Desa Sinaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin (31/12/2018).

Dilansir Kompas.com, hingga Selasa (1/1/2019) pukul 11.45 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) menyebutkan jumlah korban akibat longsor tersebut terus bertambah.

Dari 107 kepala keluarga yang terkena longsor, 9 orang diketahui meninggal dunia, 4 orang luka-luka yang dirawat di RS Pelabuhan Ratu, dan 34 korban masih dicari.

Pencarian terhadap 38 orang korban yang diduga masih tertimbun longsor masih etrus dilakukan.

Kompas.com

Longsor Sukabumi

Baca Juga : Longsor Sukabumi di Tahun Baru, 25 Rumah Rusak dan 4 Warga Meninggal

Karena alat berat sulit didatangkan ke lokasi bencana, maka pencarian dilakukan secara manual.

Lokasi bencana memiliki akses jalan yang semput, berbukit, dan medannya berat.

Hal ini juga menyebabkan bantuan logistik maupun ambulan terhambat kedatangannya.

Sementara itu, selain korban meninggal dan luka-luka, longsor juga menyebabkan puluhan rumah rusak karena tertimbun.

Baca Juga : Kenali Titik Rawan Longsor, Banjir, Kecelakaan, dan Kemacetan Jelang Arus Mudik

Dilansir Tribunnews.com, hingga Selasa (1/1/2019), Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, tanah longsor itu telah menimbun 35 rumah penduduk.

Bencana tanah longsor sendiri terjadi sekitar pukul 17.00 WIB.

Longsor terjadi saat hujan deras mengguyur wilayah Sukabumi.

Semnetara itu, menurut Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) Kasbani dalam keterangan tertulisnya, gerakan tanah yang terjadi di Kampung Cimapag, Desa Sinaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat merupakan jenis gerakan tanah yang diperkirakan berupa longsoran rombakan.

"Jenis gerakan tanah diperkirakan berupa longsoran bahan rombakan," kata Kasbani.

Baca Juga : Diduga Lapuk, Pohon Berusia Puluhan Tahun Ini Tumbang Menimpa Rumah Warga Hingga Rusak Berat!

Dikatakan, gerakan tanah yang terjadi pada Senin (31/12/2018) tersebut terjadi setelah hujan yang mengguyur selama beberapa jam di wilayah tersebut.

Menurutnya, morfologi daerah bencana perbukitan dengan kemiringan lereng terjal hingga sangat terjal.

"Lokasi bencana berada pada ketinggian lebih dari 650 - 800 meter diatas permukaan laut. Disebelahnya terdapat alur sungai kecil," paparnya.

Kasbani melanjutkan, berdasarkan Peta Geologi Lembar Sukabumi, Jawa (Sudjatmiko, 1992), daerah bencana disusun oleh satuan breksi tapos, breksi gunungapi, dan aglomerate.

Baca Juga : Cita-cita Jadi Caleg, Tsunami Banten Renggut Nyawa Herman Seventeen, Rumahnya Sering Jadi Tempat Kajian

Berdasarkan Peta Potensi Terjadi Gerakan Tanah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat bulan Desember 2018 (PVMBG), daerah bencana sebagian besar masuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah-tinggi.

"Artinya daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali," katanya.

Kasbani memperkirakan, ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah di wilayah tersebut, yakni karena hujan dengan intensitas tinggi yang turun sebelum kejadian gerakan tanah, kemiringan lereng terjal, dan material penyusun lereng yang bersifat poros dan mudah menyerap air. (*)

Baca Juga : Istri Hanya Kenakan Pakaian Dalam Saat Diselamatkan, Udin Tak Sempat Tolong Ibu dan Anaknya Saat Rumah Roboh Terhempas Tsunami

Editor : Alfa

Baca Lainnya