IDEAonline - Seperti yang dilansir media-media kenamaan seperti harian “Jakarta Post”, banyak keluhan dari para generasi millennial bahwa memiliki rumah idaman mereka itu seperti sesuatu yang sangat tidak mungkin.
Mereka begitu pesimis dapat membeli rumah idaman akibat dari tingginya kenaikan harga tanah di kota-kota besar, terutama di Jakarta.
Baca Juga : Hanya Seluas 32 M, Apartemen Konsep Open Plan Ini Miliki Banyak Sudut Tersembunyi! Cocok untuk Millenial
Maka, konsep hunian vertikal seperti apartemen menjadi pilihan generasi ini untuk bertempat tinggal, termasuk Aiken Setiawan (30 th) dan Anindya Harahap (30 th).
Sebelum memiliki apartemen, pasangan muda ini mengaku bahwa selama dua tahun awal pernikahan, mereka tinggal satu atap bersama orang tua.
Setelah itu barulah mereka memutuskan untuk belajar hidup mandiri dengan membeli sebuah apartemen.
Menyesuaikan dengan dana yang dimiliki, mereka akhirnya memutuskan untuk membeli apartemen mungil dengan ukuran 24 m2 di kawasan Bintaro.
Baca Juga : Mau Buat Apartemen Imutmu Lebih Maksimal? Kepoin Layout Idealnya!
“Meski kecil, tapi kami suka konsep tinggal di apartemen karena lebih ringkas.
Ukurannya yang mungil, hanya 24 m2 memungkinkan saya untuk bersih-bersih sendiri setiap hari tanpa perlu ART.
Jadi esensi hidup mandirinya lebih terasa,” cerita Anindya.
Ukuran hunian yang termasuk mikro ini juga bukan halangan bagi Nindya – sapaan akrabnya – untuk melakukan banyak kegiatan.
Aktivitas sehari-hari tetap ia jalani seperti biasa, layaknya tinggal di rumah yang besar.
Memasak dua sampai tiga kali sehari, mencuci pakaian, hingga “berkebun” pun ia lakukan.
Semua kegiatan ini dapat berjalan, menurut Nindya, berkat desain dan penataan furnitur yang tepat.
Baca Juga : Tasya Farasya Bingung Kenapa Botol Kecap ada di Kamar Mandi, Hotel Seharga Rp 3 Juta di Jepang Jadi Sorotan!
Hampir seluruh furnitur, mulai dari kitchen set, lemari, rak, hingga meja kerja, semuanya Nindya kerjakan sendiri.
Idenya ia dapatkan dengan rajin-rajin melihat Pinterest. “Karena ruangannya kecil, jadi penting (menggunakan) furnitur custom agar ruangan tidak terasa sesak atau sempit,” ujarnya.
Nindya berpesan, jangan terintimidasi dengan kata custom yang memberikan kesan membuat bujet renovasi membengkak.
Justru, Nindya sudah membuktikan bahwa dengan membuat sendiri, bujet menjadi lebin minim.
Baca Juga : Liburan ke Jepang, Tasya Farasya Buktikan Kenyamanan di Hotel Seharga Rp 50 Juta, 'Remote TV Kok Diumpetin?'
Meskipun ia harus mengeluarkan usaha lebih seperti mencari material, memikirkan konsep, hingga datang langsung ke tukangnya.
Pertama adalah memperhatikan ketebalan dari furnitur, misalnya lemari atau kabinet yang memiliki ketebalan standar 60 cm.
Di ruangan kecil, ukuran ini akan terasa terlalu tebal sehingga memakan ruang. Nindya membuat furnitur dengan ketebalan 35-40 cm sehingga hasilnya lebih pas dan “manis”.
Gimana menurut IDEA lovers, selamat mencoba! (*)