Menilik Asal Muasal Gaya Minimalis dan Sisi Negatif di Dalamnya!

Rabu, 08 Mei 2019 | 13:00
Arsitek: Le Corbusier.

Villa Savoye Arsitek: Le Corbusier.

Laporan TabloidRUMAH 207

IDEAonline- Cuci otak Gaya Minimalis datang dari arsitektur barat, yang bernama Gaya Internasional.

farnsworthhouse.org

Farnsworth House in Plano, Illinois

Gaya minimalis yang berkembang di Indonesia kerap dimaknai negatif dan positif.

Negatifnya, gaya ini dianggap tidak relevan jika berdiri di negeri yang iklimnya tropis.

Baca Juga : Melanggar Aturan Tak Melulu Salah, Justru Bikin Rumah Makin Cantik dan Minimalis

Beberapa penolakan pun muncul karena pemakaian kaca yang lebar tidak didukung shading atau teritisan yang “baik”, dan atapnya cenderung datar (dak) yang dianggap tidak tanggap hujan.

Namun profokasi positifnya, gaya ini memberikan nilai “fungsional” yang layak diterima, yakni kesederhanaan.

Jika gaya minimalis kini mencuci otak hingga telinga tak asing mendengarnya, apakah Anda tahu asal-usul gaya itu?

Baca Juga : Rumah Menghadap Barat Terasa Lebih Panas, Begini Meminimalisirnya!

Melepaskan Masa Klasik

Kata minimalis mengandung arti sederhana, simpel, minim, atau sesuatu yang menginginkan sebuah “pengurangan”.

Ini benar, karena arsitektur bak sebuah peradaban yang selalu berevolusi.

Seperti di musik ada jazz, blues, pop, rock, yang kian berkembang pada masanya.

Arsitektur pun demikian.

Maka muncullah babak baru, yakni paham modern setelah masa arsitektur Klasik Yunani dan Romawi.

Arsitek Le Corbusier.

Banyak aliran modern muncul di era 1960-an, contohnya Bauhaus, Art Deco, De Stijl, dan ada salah satu gaya yang dianggap tidak memiliki ideologi, yakni International Style atau Gaya Internasional yang dipelopori arsitek Swiss yang bernama Le Corbusier.

Kompas.com

Jendela rumah minimalis Swadaya House di Jakarta karya SUB.

Kesederhanaan Diutamakan

Karakteristik International Style merupakan perpanjangan tangan dari arsitektur modern yang bertentangan dengan arsitektur klasik.

Yakni menghindari ornamen (ornament is crime), bentuk mengikuti fungsi (form follow function), atap datar, polos, dan penonjolan “kesederhanaan”.

Baca Juga : Hidup Minimalis Sedang Tren, Rumah Mungil Ini Bisa Kamu Bangun Sendiri

Perubahan klasik ke arah modern diyakini akan membawa paradigma berarsitektur yang lebih maju.

Misalnya menghindari ornamen atau detail sama saja menghemat waktu ketika kita hendak membangun rumah, di samping biaya, maintenance dan aspek penting lainnya.

Lantas mengapa gaya ini bisa masuk ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia?

Provokasi International Style

Le Corbusier pernah melakukan perjalanan ke Semenanjung Balkan, lalu menggambar banyak sketsa untuk mengkaji teori perkembangan arsitektur modern.

Berbekal kajian dan kemampuan provokatifnya, arsitek Gedung PBB di New York ini menganggap bahwa “di mana pun dan kapan pun bangunan itu sama”.

Baca Juga : Seluas 21.000 m2, Propan Raya Resmikan Gedung Baru di Kawasan Ciputra International

Artinya, sebuah bangunan mampu beradaptasi pada budaya, adat, dan iklim yang berbeda.

Walau semula pernyataannya ditentang, ironisnya ide tersebut banyak dipakai para arsitek untuk berkaca.

Jadi, mengapa ada minimalis, karena adanya doktrinasi gaya arsitektur yang bernama Gaya Internasional atau International Style.

Namun entah mengapa, banyak orang tertarik dengan “minimalis”.

Apa mungkin karena bentuknya, atau memang karena arsitektur telah menjadi life style?

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya