IDEAOnline-Mas Dian, MRE dalam sebuah bukunya menyebutkan keberadaan lima malaikat yang menjadi pelindung rumah.
Di Ji Zhu sebagai Malaiakat Penjaga Fondasi Rumah atau sering dianggap sebagai Dewa Bumi yang melambangkan elemen Tanah dalam rumusan Wu Xing/Lima Unsur.
Men Shen atau Malaikat Pintu yang biasanya terdiri dari dua orang jenderal Tiongkok zaman dulu, yang melambangkan anasir Yin dan Yang dan elemen Kayu.
Zao Jun Gong atau Malaikat Dapur, melambangkan elemen Api.
Zhong Liu Shen atau Malaikat Penunggu Talang, melambangkan elemen Logam.
Jing Shen atau Malaikat Penunggu Sumur, melambangkan elemen Air.
Di antara 5 Dewa di atas, fi gur Zao Jun atau Dewa Dapur yang paling popular dan kedudukannya dianggap lebih tinggi dari Malaikat penunggu yang lainnya.
Posisi Zao Jun hanya sebagai dewa pelindung rumah tangga biasa, jadi jabatannya dalam organisasi para dewata hanya sebatas malaikat pelindung biasa yang bertugas untuk mencatat semua kejadian baik dan buruk yang terjadi pada rumah tangga yang ditempatinya.
Baca Juga: Renovasi Dapur Sambut Lebaran, Ini Letak Kompor yang Baik Menurut Feng Shui
Baca Juga: 3 Posisi Kamar Tidur Ini Menyalahi Feng Shui, Cari Tahu Biar Beruntung
Hasil catatan tersebut setiap satu tahun sekali dilaporkan langsung ke Tuhan Yang Maha Mulia/Yu Huang Shang Di untuk dinilai kualitasnya, agar berkah dan hukuman dapat diberikan sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang dalam keluarga yang menjadi teritorial Dewa Dapur.
Jadi tugas Dewa Dapur sebagai penjaga api juga merangkap sebagai mata-mata Tuhan untuk mengawasi setiap perbuatan dari keluarga yang dijaganya.
Yang luar biasa adalah, biarpun kedudukan Dewa Dapur/Zao Jun ini hanya sebatas dewa kecil saja, tetapi dia punya wewenang untuk bertemu langsung dengan Tuhan/Yu Huang Shang Di setiap akhir tahun menjelang perayaan tahun baru Yin Li/Cina untuk menyampaikan laporan.
Fasilitas ini tidak dimiliki oleh para dewata lainnya,
Masyarakat Tiongkok kuno sangat takut dan menghormati Dewa Dapur, sebab itu setiap hari selalu sembahyang di altar pemujaan Dewa Dapur yang ada di dapur, serta rajin membersihkan dapur dari kotoran agar Dewa Dapur menurunkan berkah dan tidak marah dengan penghuni rumah.
Setiap tanggal 24 bulan 12 Yin Li/ Imlek (1 minggu sebelum pergantian Tahun Baru Imlek), Dewa Dapur akan naik/pergi ke singasana langit untuk menyampaikan laporan pada Tuhan atas semua pengamatan yang dicatat selama satu tahun.
Baca Juga: Ada Lima Malaikat Pelindung Rumah Menurut Mitologi Cina, Jadi Terkuak Pentingnya Dapur!
Baca Juga: Pikir-pikir Lagi Jika Desain Dapur Setelah Carport, Feng Shui: Mengundang Skandal
Peristiwa kenaikan Dewa Dapur di Indonesia disebut sebagai hari “Toa Pek Kong naik” dan selalu dirayakan dengan upacara khusus oleh setiap keluarga yang memujanya.
Pada hari kenaikan Toa Pek Kong biasanya akan diiringi angin ribut yang bertiup kencang.
Fenomena alam ini sudah menjadi siklus dalam perubahan musim.
Saat mengantar Toa Pek Kong naik, masyarakat akan mengadalan sesajian khusus untuk melepas kepergiannya.
Baca Juga: Ambil Saja Bumbu Dapur, Begini Cara Mudah Atasi Noda Bandel di Karpet
Sesajian dengan menu utama berasa manis (bahkan kelewat manis) sengaja disajikan, bahkan pada bagian mulut dari gambar atau patung Dewa Dapur juga diolesi dengan madu.
Semua ini dilakukan dengan harapan agar Dewa Dapur mau mengatakan sesuatu yang manis/baik-baik saja kepada Sang Khalik/Shang Di.
Makanan ketan yang dicampur dengan larutan gula yang kental dimaksudkan agar Dewa Dapur saat akan mengatakan yang buruk mulunya menjadi lengket sulit ngomong.
Hal ini dilakukan dengan harapan semua keburukan dan kesalahan yang dilakukan baik yang disengaja maupun tidak, laporannya tidak jelas terdengar dan hukuman tidak dijatuhkan.
Hal ini dilakukan dengan harapan semua keburukan dan kesalahan yang dilakukan baik yang disengaja maupun tidak, laporannya tidak jelas terdengar dan hukuman tidak dijatuhkan.
Baca Juga: Dapur dengan Banyak Pintu Tidak Baik Menurut Feng Shui, Ternyata Ini Alasannya!
Sepuluh hari kemudian, yaitu pada tanggal 4 bulan 1 Imlek/Yin Li, Toa Pek Kong atau Dewa Dapur akan turun dan bertugas kembali ke bumi.
Sekali lagi akan dilakukan upacara sembahyang untuk penyambutan.
Baca Juga: Ambil Saja Bumbu Dapur, Begini Cara Mudah Atasi Noda Bandel di Karpet
Kisah mitologi di atas bagi sebagaian orang hanyalah cerita untuk penghantar tidur, namun kalau kita mau meneliti melalui kaca mata filosofi s berdasarkan kebijaksanaan purba, ternyata isinya sangat sarat dengan anjuran untuk berbuat kebaikan agar pahalanya berlimpah.
Dengan adanya sistem pengawas yang tidak tampak itu, manusia dididik untuk mengontrol perilakunya sendiri agar senantiasa takut untuk berbuat jahat dan lebih suka berlaku baik terhadap sesama.
Sekecil apapun kejahatan yang dilakukan akan diketahui oleh “yang tidak tampak”.
Metode ini nimimum akan lebih bisa mencegah hawa nafsu manusia saat akan berbuat kejahatan.
Masalah sesajian dengan rasa manis dan lengket dan arak yang memabukkan, serta uang
sembahyangan yang diperuntukkan sebagai uang jalan, hal ini merupakan“kreativitas” atau “keramahan” dari budaya orang Timur untuk menutupi kelemahannya.
Mereka sadar akan kesalahan atau kekurangan yang dimilikinya.
Dari kisah ini, banyak orang berkata bahwa manusia itu menggunakan akalnya kelewat “pandai”, Malaikat pun berani diperdaya apalagi manusia biasa saja.
Selain itu, cerita mitologi di atas adalah sebuah pendidikan (ala Cina kuno) tentang pentingnya menjaga kebersihan dalam ruang dapur, agar kesehatan keluarga bisa diwujudkan.
Baca Juga: Bumbu Dapur ini Bersihkan 5 Sarang Kuman Kamar Mandi, Nomor 4 Jarang Diketahui!
Baca Juga: Begini Buat Dapur Tidak Pengap Tanpa Cookerhood, Pakai Bumbu Dapur!
(*)