IDEAonline - Sebagaipekerja kantoran, kita pasti banyak menghabiskan waktu dalam ruangan di sebuah gedung perkantoran bertingkat, berkarpet, berdinding kaca, serta ber-AC.
Sepintas, udara di ruangan kantor yang sejuk memang terlihat bersih.
Baca Juga: Biar Awet, Rupanya Ini 3 Teknik Pengawetan Kayu Secara Tradisional
Padahal, justru dalam ruangan seperti inilah kesehatan orang kantoran justru sering terganggu.
Studi kasus
Beberapa minggu terakhir, Anton sering mengeluh pusing-pusing diikuti bersin-bersin.
Gejala penyakit yang mirip flu ini muncul saat ia berada di kantor dan hilang dengan sendirinya setelah pulang kerja dan meninggalkan kantor.
Ia sudah memeriksakan kesehatannya ke dokter dan dinyatakan terkena flu biasa.
Baca Juga: Engga Sangka Ampas Kelapa Ampuh untuk Mengawetkan Kayu, Ini Caranya!
Namun, pusing-pusingnya masih sering muncul, padahal obat yang diberi dokter nyaris habis.
Di rumah, hal yang sama juga terjadi. Pendingin yang baru dipasang membuatnya tidak betah tinggal lama-lama di rumah. Sick Building Syndrome (SBS)
Keluhan yang dialami Anton dan beberapa orang lain kerap kali kita temui di berbagai perkantoran.
Hanya saja, kita sering mengabaikannya atau menganggap hal tersebut sebagai gejala flu biasa.
Akan tetapi, menurut dr. Faisal Yatim, DTM&H, MPH, praktisi epidemik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, gejala yang dialami Anton merupakan gejala dari sick building syndrome (SBS) atau gangguan kesehatan terkait dengan gedung.
“SBS keluhannya mirip orang terkena influenza, seperti sakit kepala, iritasi mata, badan cepat letih, perut terasa kembung, hidung berair, tenggorokan gatal, kesulitan dalam berkonsentrasi, kulit terasa kering serta batuk kering yang tidak kunjung sembuh.
Baca Juga: Berkolaborasi dengan Kemenristekdikti, Intip Persiapan Asia Young Designer Awards 2019
Hanya saja pada SBS keluhannya tidak permanen. Ketika keluar ruangan gejalanya hilang,” ujar dokter yang menulis buku tentang SBS ini.
Penyebab dan Solusi SBS
Menurut dr. Hendrawati Utomo, MS, SpOk, spesialis okupasi yang juga ahli masalah polusi udara dalam ruang, penyebab utama dari sick building syndrome adalah ventilasi ruangan yang tidak memadai.
“Ventilasi udara yang kurang baik disertai suhu AC yang kelewat dingin, yaitu berkisar antara 20—23oC, menyebabkan bakteri-bakteri merugikan seperti Chlamydia, Escheriachia dan Legionella sp leluasa berkembang biak dan terisap oleh penghuni kantor dan akhirnya singgah di saluran pernafasan,” ujarnya.
Baca Juga: Hemat Tempat dan Ringkas, Ternyata Begini Asal-usul 'Kursi Puff' Kursi Berbentuk Bulat
• Hindari menyalakan AC secara nonstop dan penyemprotan pewangi ruangan secara berlebihan.
• Sesekali, istirahatkan AC agar kuman tidak keenakan berkembang biak di tempat lembap ini.
Tanaman Penyerap Polutan
Selain memperbaiki sirkulasi udara dan manajemen AC, risiko SBS juga juga dapat diminimalisasi dengan meletakkan tanaman di dalam ruangan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) awal 1970-an.
Penelitian NASA menemukan 50 jenis tanaman yang mampu mengurangi konsentrasi polutan di dalam ruangan, terutama tiga polutan utama, yaitu benzena, trikhloroetilen (TCE), dan formaldehid.
Bintang Nugroho dari Green Building Council Indonesia (GBCI) atau sering juga disebut Konsil Bangunan Hijau Indonesia (KBHI) mengatakan, sejumlah tanaman yang dimaksud NASA ada di Indonesia,
misalnya lidah mertua (Sanseviera), palem bambu, kuping gajah (Aglaonema), beringin, garbera yang biasa kita jadikan bunga potong, puring (Janet crane), dan hanjuang (Marginata).
Selain berfungsi menyerap polutan, tanaman hijau juga bermanfaat secara psikologis.
“Tanaman juga dapat mengurangi tingkat stres yang sering terjadi di kantor.
Baca Juga: Pilih yang Kurang dari 20 Cm, Simak Tips Wajib Tahu saat Pilih Tanaman Hias Indoor
Jika sudah stres, berujung pada malas untuk datang ke kantor.
Efek menenangkan dari tanaman dapat menjaga tingkat produktivitas dan memupuk suasana menyenangkan,” ujar Bintang.
Agar kehadiran tanaman dalam ruangan memberikan manfaat yang optimal, Bintang menyarankan agar meletakkan tanaman pada posisi yang benar.
(*)