LB/LT: 120 m2/180 m2
Laporan Majalah IDEAedisi Khusus 2015
IDEAonline - Berbicara soal arsitektur, bukan saja berbicara soal fisik. Lebih dari itu, arsitektur juga mencakup sisi psikologis. Sebuah rumah, harus mampu mewadahi kebutuhan pemiliknya, fisik maupun mental.
Oleh karena itu, penting bagi seorang arsitek untuk mempertimbangkan gaya hidup pemilik rumah. Alfi Syahrifat & Irma Syahrifat.
Baca Juga: Tidak Hanya Atap Rumah, Kantilever Bisa Dimanfaatkan dengan Beragam
Keduanya adalah arsitek yang juga sepasang suami istri. Di rumah mereka, yang disebut dengan Thin Hose, mereka aplikasikan idealisme Studio AI dalam meningkatkan kualitas ruang.
Berangkat dari Gaya Hidup
Bagaimana caranya? Seperti yang telah disebutkan di awal, yakni dengan mengidentifikasi gaya hidup pribadi
Ada beberapa poin penting perihal gaya hidup yang Alfi & Irma soroti. Namun, yang paling utama adalah soal perkembangan kedua buah hati mereka.
“Kami mau anak-anak bisa main dengan bebas. Kotor ya kotor. Rumah harus menjadi tempat bermain yang nyaman bagi mereka,” ujar Irma.
Karena inilah, Alfi & Irma kemudian memperbanyak ruang luar, seperti taman belakang dan halaman depan. Taman belakang memiliki luas hingga sekitar 62 m².
Sementara, halaman depan yang juga berfungsi sebagai carport luasnya kurang lebih mencapai 60 m².
Berangkat dari Gaya Hidup
Poin penting kedua adalah konsep taman aktif. Dengan luas yang besar, Alfi & Irma tidak ingin taman menjadi tempat pasif atau sekadar jadi tempat menjemur.
Baca Juga: Meski Bujet Minim Jangan Sepelekan Keamanan, Pintu Baja JBS Urban Terjangkau dengan 1,5 Jutaan
Taman benar-benar dimanfaatkan, salah satunya tadi, sebagai tempat bermain anak. Selain itu, taman juga kerap digunakan sebagai kelas terbuka untuk prenatal class.
Berangkat dari Gaya Hidup
“Selain sebagai arsitek, saya juga berprofesi sebagai doula, pendamping persalinan. Jadi, saya sering mengadakan kelas di sini, yoga misalnya,” sebut Irma.
Baca Juga: Tampilan Alami, Begini Bila Kamar Mandi Lahan Terbatas Disatukan dengan Vertikal Garden
Hal lain yang mendukung terjadinya taman aktif adalah keberadaan taman yang langsung tersambung dengan ruang dalam. Antara taman dan living room dibatasi dengan pintu-pintu kaca.
Sehingga, tidak terbatas secara visual dan taman jadi lebih mudah diakses. “Kebiasaan hidup kita adalah menghabiskan waktu di dalam ruang.
Kami ingin mengubah persepsi itu. Ruang luar juga bisa dinikmati.
Salah satu caranya dengan menghubungkan ruang luar dengan dalam. Jadi, kita seolah berada di luar padahal masih di dalam ruangan,” jelas Alfi.
Berangkat dari Gaya Hidup
Taman yang langsung tersambung dengan ruang makan, living room, dan foyer ini juga secara tak langsung menciptakan zoning ketika ada tamu yang datang.
“Teman-teman kami, sesama keluarga muda, sering datang ke sini. Taman yang seperti ini secara tak langsung menciptakan zoning.
Para ayah biasanya ada di foyer, para ibu di ruang makan, dan anak-anak di taman.
(*)