IDEAOnline-Betapa pentingnya arti sebuah lingkungan.
Bagaimana pun kehidupan kita tak akan pernah lepas dari lingkungan.
Cintai lingkungan, maka alam pun akan bersahabat dengan kita.
Berbicara masalah lingkungan, saat ini banyak dikumandangkan gerakan “GO GREEN ” dalam rangka mengatasi pemanasan global.
Meski ajakan “GO GREEN ” ini tak henti-hentinya diserukan, tetapi tetap saja masih banyak orang yang tak peduli dan tak melakukannya.
Banyak sebabnya!
Salah satunya ketidakpercayaan masyarakat yang pada akhirnya membuat mereka tidak peduli.
Ada anggapan, “masa hanya begini saja dapat merusak bumi.”
Padahal sekecil apapun perbuatan baik yang dilakukan, tak akan ada yang sia-sia.
Baca Juga: Desain Atap Hijau Kurangi Panas Hingga 30 Derajat, OGRA 2019 Sarana Mewujudkannya!
Tanpa sadar, sehari-hari kita menghambur-hamburkan energi begitu rupa.
Dalam urusan mendesain, menata, dan mengelola rumah misalnya, secara tak sadar kita juga sering membuang-buang energi.
Seberapa banyak sinar matahari telah dimanfaatkan untuk penerangan?
Seberapa besar udara termanfaatkan untuk sirkulasi?
Bagaimana pula kita memanfaatkan tanaman yang terbukti ampuh menyejukkan udara sekitar?
Seberapa cermat kita memilih material yang ramah terhadap lingkungan?
Apakah semuanya sudah kita lakukan dengan pertimbangan yang cermat sehingga hemat?
Baca Juga: Hadirkan Sirkulasi Alami! Atap bisa terangkat, Gunakan Hidrolik
“Hemat” tidak sama dengan “pelit”. Pada “hemat”, ada kebajikan di situ.
Pada “pelit”, yang bersarang adalah kepicikan.
Hemat mengandaikan adanya kesadaran akan sesuatu nilai mulia yang ingin dituju atau dicapai, sedangkan pelit mengandaikan ketidaktahuan akan tujuan.
Rumah hemat energi adalah rumah yang dirancang dengan suatu tujuan.
Rancangannya harus bisa beradaptasi dengan lokasi dan kondisi lingkungan sekelilingnya.
Karena dirancang dengan tujuan tertentu, rumah tersebut juga menjadi hemat biaya dalam pembangunan dan pemeliharaannya. Sekali hemat, dua didapat.
Baca Juga: Tak Hanya Atap, Dinding Rumah Pun Bisa Bocor dan Berjamur Bau Tak Sedap, Atasi dengan Ini
“Hemat energi hanya sekadar teori jika tidak dipraktikkan lewat gaya hidup,” kata Rana Yusuf Nasir, pakar Energi yang juga pendiri Green Building Council Indonesia (GBCI) dalam acara diskusi Smart & Green Building di Pameran Bahan Bangunan IndoBuildTech Expo 2019 di Tangerang, beberapa waktu lalu.
Mewujudkan bangunan hemat energi tentu tak hanya berlaku bagi bangunan rumah namun juga bangunan gedung komersial.
Menurut Rana, bangunan gedung menghabiskan lebih dari sepertiga sumber daya dunia untuk konstruksinya, menggunakan 40 persen dari total energi global dan menghasilkan 40 persen dari total emisi grennhouse gas (GHG).
Padahal, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menginisiasi gerakan green property dengan menerbitkan Permen PUPR No. 1 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung Hijau.
Mandatorinya, bangunan gedung seluas di atas 5.000 m2 harus bersertifikasi Green Building.
Faktanya baru 44 persen gedung baru di Jakarta yang menerapkan konsep itu. Sementara gedung-gedung lama ‘masih tidur’.
Di Jakarta sendiri, lahan hijau tidak lebih dari 10 persen.
Jakarta butuh 650 hektar tambahan lahan hijau dari asumsi 10 persen dari luas Jakarta yang diperkirakan 65.000 hektar.
Bagaimana solusinya?
“Emisi gas rumah kaca harus diturunkan.
Caranya lewat penerapan konsep ‘go green’, termasuk program satu milyar pohon dan gerakan atap ‘hijau’ atau green roof,” ujar Rana.
Atap ramah lingkungan diklaim dapat menambah daya tahan atap rumah atau bangunan karena melindungi dari sinar ultraviolet dengan tumbuhan sebagai pelindung dari cuaca.
Baca Juga: Apartemen Ini Mendapat Sertifikat Greenship, Kriteria Ini Jadi Ukuran
Tatok Prijobodo, Country Director PT Onduline Indonesia, produsen atap hijau Ondugreen di Indonesia, menjelaskan, selain mampu menurunkan suhu udara terutama di perkotaan, berdasarkan studi tahun 2005 oleh Brad Bass dari University of Toronto, penggunaan atap ‘hijau’ juga dapat menyerap hujan, menyediakan zona isolasi bagi penghijauan, mengurangi pendinginan 50 hingga 90% serta mengurangi efek pemanasan global.
“Manfaatnya sangat besar bagi anak cucu kita kelak,” ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (27/8/2019).
“Genting ini diplot mampu menurunkan suhu udara akibat 'urban hear island effect', di mana panas yang terjadi hanya di area kpta saja dibandingkan daerah pinggir kota, akibat aktivitas manusia. Maka, Ondugreen mampu mengurangi biaya energi sampai dengan 50%,” ujarnya.
Baca Juga: Ini Caranya Menikmati Terangnya Matahari di Rumah tapi Tak Kepanasan
“Material atap ‘hijau’ menjadi solusi sekaligus bagian dari sistem arsitektur untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Mengaplikasikan ‘atap hijau’ pada rumah atau bangunan komersial turut menjadikan bumi ini sebagai hunian yang lebih baik,” pungkasnya.
Sementara di Indonesia sendiri, beberapa lembaga turut memberikan apresiasi terkait rancangan bangunan ramah lingkungan.
Salah satunya Onduline Green Roof Award, kompetisi gerakan ‘atap hijau' yang digelar oleh PT Onduline Indonesia.
Pada tahun ke 4 ini sayembara mengangkat tema Tropical Green Roof System.
Seluruh karya masih terbuka untuk didaftarkan hingga akhir Oktober 2019.
Baca Juga: Atasi Panas dan Lembap, Ini Cara Bikin Ventilasi Silang yang Benar!
(*)