IDEAOnline-Dalam sebuah presentasi di acara Syaembara Desain Rumah Urban, Ridwan Kamil,arsitek, menyampaikan beberapa hal terkait masyarakat urban, bagaimana tinggal di Kota Urban, dan arsitektur yang baik sebagai kunci kehidupan yang berkualitas.
Ketika kita memutuskan untuk tinggal di kawasan perkotaan atau kawasan urban, berarti kita juga harus siap menerima kepadatan yang terjadi.
Entah itu karena banyaknya individu yang berinteraksi di lingkungan yang sama dengan kita, atau kepadatan yang terjadi karena tempat tinggal kita saling berdekatan satu sama lainnya.
Kepadatan tersebut terlihat dengan jelas pada tata ruang di kota.
Tak jarang ditemui, di sebuah kawasan terdapat gedung-gedung perkantoran tinggi atau apartemen puluhan lantai bersebelahan dengan sebuah kampung warga asli atau rumah kecil yang luasnya tak lebih dari 100 meter persegi.
Baca Juga: Urban Farmer House, Inspirasi Desain untuk Berkebun di Rumah
Atau bahkan, kepadatan terlihat pada aktivitas yang semakin membludak, meluber dari trotoar hingga jalan raya.
Selanjutnya, menjadi urban adalah siap menghadapi intensitas sosial antarsesama.
Perilaku ini dapat terlihat dari beberapa kebiasaan yang terjadi di kota, seperti mudik pada saat hari raya, dan juga kemacetan yang terjadi setiap harinya di kota.
Intensitas sosial tersebut, tak hanya terjadi pada saat-saat tertentu saja, namun bisa juga terjadi setiap saat.
Karena pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial, yang membutuhkan orang lain untuk berinteraksi dan merasakan hidup.
Sebagai kaum urban, hal-hal demikian tentunya dialami setiap harinya, saat memutuskan untuk menjadi urban.
Baca Juga: Fasad Beraksen Semen dan Vegetasi
Urban Jakarta
Sebagai sebuah kota urban yang terus bergejolak dan mengalami perubahan secara cepat, Jakarta seharusnya mampu mengatasi segala macam persoalan yang terjadi pada kehidupan urban yang terdapat di dalamnya.
Persoalan tersebut muncul karena orang-orang yang menjalani hidup urban mudah sekali dilanda stres.
Karenanya, sudah seharusnya bagian-bagian dari kota Jakarta dirancang dengan baik, agar dapat mengurangi stres yang terjadi pada penduduknya.
Bagaimanapun, kehidupan urban berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia yang menjalaninya.
Kualitas hidup yang menurun bisa dilihat dari kenyataan bahwa Jakarta makin panas.
Ini disebabkan bangunan lebih banyak dibandingkan pohon hijau.
Harus diakui pula pepohonan hijau semakin susah dilihat di tengah “hutan” beton Jakarta.
“Melalui arsitektur yang baik persoalan urban di kota-kota besar dapat diatasi,” ujar Ridwan Kamil.
Lantas seperti apa aritektur yang baik menurut pandangan Ridwan Kamil yang kini menjadi Gubernur Jawa Barat ini?
Baca Juga: Material Alternatif untuk Rumah Urban, Kepoin Yuk Apa Saja Jenisnya!
Arsitektur yang baik harus memiliki nilai-nilai tertentu, sebagai berikut.
Merespon Hijau
Arsitektur yang baik harus dapat merespon isu-isu penyelamatan lingkungan, bahaya global warming, serta hilangnya tanaman hijau di perkotaan.
Merespon Kenyamanan
Penghuni rumah tentunya mengharapkan kenyamanan yang sesuai agar betah berada di rumah, dan tidak lagi terganggu dengan stres karena rutinitas.
Baca Juga: Green Carport Sejukkan Rumah, Cara Pilih Tanaman dan Rencanakan Rambatan
Merespon Tetangga
Lingkungan sosial merupakan faktor yang harus dipertimbangkan oleh arsitek ketika akan merancang sebuah bangunan.
Misalnya, saat akan membangun rumah tinggal, maka tetangga seharusnya mendapat porsi untuk saling silaturahmi agar dapat tercipta komunikasi yang baik.
Merespon Keterjangkauan
Di tengah naiknya harga bahan-bahan bangunan, pembangunan yang baik adalah pembangunan yang hemat dan proporsional agar pemilik bangunan tidak dipusingkan oleh harga dan sesuai dengan anggaran yang dimiliki.
“Nilai-nilai tersebut merupakan nilai yang bisa membuat kehidupan urban menjadi lebih baik,” imbuhnya.
Baca Juga: Bebas Bau di Wastafel, Ini Green Sanitasi Air Bersih dan Kotor