Cegah Banjir dengan Konservasi Air, Green Building Concept Jawabannya

Jumat, 03 Januari 2020 | 13:34
www.mcphersonarchitecture.com

Atap beton bisa dimanfaatkan untuk green roof dengan menggunakan pepohonan.

IDEAOnline-Musim hujan tiba dan banjir terjadi mengawali pembukaan tahun 2020.

Selain titik banjir yang semakin banyak dan besarnya air yang menggenangi permukiman warga dan fasilitas publik, menimbulkan begitu banyak kerugian baik material dan in- material, bahkan korban jiwa.

Sebelumnya, saat musim kemarau begitu panjang dirasakan, berbagai permasalahn pun dirasakan warga.

Suhu udara sedemikian panas serta polusi terjadi di mana-mana.

Kontribusi emisi CO2 di sektor bangunan adalah yang terbesar jika dibanding sektor industri dan transportasi.

Harus ada effort di sektor bangunan properti untuk menghindari kerusakan bumi di masa datang.

Bangunan menyumbang emisi terbesar dari penggunaan energi yang berlebihan dengan penyalaan lampu di siang hari, AC yang terus hidup padahal tidak ada penghuninya, serta peralatan elektronik yang terus menyala.

Baca Juga: Saluran Air Tersumbat Sebabkan Banjir, Sistem Pemipaan Ini Jadi Solusi

Green architecture memerhatikan konservasi air, pemilihan material, dan desain ramah lingkungan.

Mengatasi banjir, panas, dan polusi, penciptaan konsep bangunan hijau menjadi solusi.

Konsep bangunan hijau adalah bangunan di mana dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, serta dalam pemeliharaannya memerhatikan aspek-aspek lingkungan dan berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan.

Suatu bangunan dapat disebut sebagai bangunan hijau kalau sudah memenuhi syarat-syarat atau kriteria yang ada di dalam sistem peringkat yang saat ini sedang disusun oleh Konsil Bangunan Hijau Indonesia (Green Building Council Indonesia/ GBCI).

GBCI didirikan oleh sekelompok profesional di Indonesia yang sadar lingkungan untuk diterapkan dalam pola hidup dan lingkungan demi masa depan yang berkelanjutan.

Diawali oleh 7 inisiator yang kemudian bergabung dengan 43 orang profesional dengan latar belakang profesi yang beragam.

Ke-50 orang inilah yang kemudian disebut core founder dengan tujuan utamanya membentuk organisasi GBCI yang diakui secara resmi oleh World Green Building Council dan menyusun sistem penilaian untuk acuan bangunan hijau di Indonesia.

Baca Juga: Cegah Banjir dari Rumah, Ini Cara Meresapkan Air agar Tak Menggenang

Dok. Onduline

Pemilihan lokasi bangunan selayaknya dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Enam Kriteria

Ada eman kriteria yang menjadi rujukan utama dalam penilaian GBCI untuk menetapkan sebuah bangunanan berkonsep green.

1.Tata Kelola Penggunaan Lahan

Menghindari pembangunan yang berdampak besar kepada lingkungan dan mempertimbangkan keberlangsungan ekosistem dengan pemilihan lokasi yang mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Contoh implementasinya adalah: membangun di lokasi yang sudah tersedia infrastruktur dan masuk dalam RUTR Kabupaten /Kota (diakui).

Atau membangun di lahan yang bernilai negatif (bekas bangunan dengan/tanpa dampak negatif maupun tidak terpakai).

2.Efisiensi Energi dan Pendingin Ruangan

Contoh implementasinya adalah: mendorong penggunaan pencahayaan alami yang optimal untuk mengurangi konsumsi energi dan didukung oleh desain pencahayaan alam maksimal.Mendorong penggunaan ventilasi yang efisien di area publik dan membuat infiltrasi udara luar ruangan untuk efisiensi energi.

Baca Juga: Enam Hal tentang Taman Vertikal, Cara Praktis Hijaukan Rumah (1)

Baca Juga: Enam Hal tentang Taman Vertikal, Cara Praktis Hijaukan Rumah (2)

KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D
KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D

Genangan air hujan dalam jumlah yang besar sebabkan banjir. Resapan air harus dipikirkan saat membangun.

3.Konservasi Air

Intinya adalah mengurangi beban jaringan drainase kota akan limpasan air hujan (kuantitas dan kualistas) dengan sistem air hujan terpadu.

Implementasinya adalah: melakukan water recycle, water reuse, water recharge, penghijauan di lingkungan bangunan, dan penggunaan paving block agar air terserap ke dalam tanah.

Pelaksanaan konservasi air dalam segala hal akan menjadi solusi banjir seperi yang terjadi saat ini.

4.Sumber dan Kualitas Material Bangunan

Contoh implementasinya adalah: menggunakan bahan hasil fabrikasi yang materialnya ramah lingkungan dalam proses produksinya (less waste, less space, recycle, dan reuse).

Menggunakan kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal usulnya untuk melindungi kelestraian hutan (renewable).

5.Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruang

Implementasi yang bisa dilakukan contohnya: menjaga kenyamanan thermal ruangan pada kondisi yang stabil.

Menjaga tingkat kebisingan di dalam ruangan pada tingkat yang optimal.

Baca Juga: Ciptakan Rumah Hemat Energi Bisa Selamatkan Bumi, Dukung Go Green!

Ilustrasi Rabani Kusuma

Manajemen air termasuk pengelolaan saluran air bersih dan kotor dengan cermat.

6.Manajemen Pengelolaan Lingkungan dan Bangunan

Contoh implementasinya adalah memfasilitasi pengontrolan pengguanaan air sehingga dapat menjadi penerapan manajemen air yang baik.

Mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan yang bersumber dari dalam tapak.

Pada sebuah kesempatan, Naning S Adiwoso, ketua GBCI, mengungkapkan bahwa konsep green building ini akan menjadi sebuah kebutuhan dan gaya hidup karena ini menyangkut masa depan dan keberlangsungan kehidupan di bumi.

Untuk itu, upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat termasuk pengembang sebagai penggerak pembangunan terhadap pembangunan gedung ramah lingkungan perlu terus diperjuangkan.

Lebih lanjut Naning mengungkapkan bahwa green building concept bukanlah sekadar tren, bukan sekadar isu teknologi, namun dia adalah sebuah perubahan cara berpikir, kebiasaan, dan perilaku.

Baca Juga: Green Carport Sejukkan Rumah, Cara Pilih Tanaman dan Rencanakan Rambatan

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya