IDEAonline-Bukan hal yang mustahil dapat merasakan sensasi hijau, sejuk, dan tenang di rumah yang berada di tengah kota yang padat dan bising.
Beginilah saat pasangan suami istri bersama-sama merancang dan mewujudkan rumah bagi keluarganya.
Mereka adalah Samuel Sofyan Tsang, yang berprofesi sebagai arsitek, dan sang istri, yang meski bukan seorang desainer interior, memiliki desain dan dekorasi yang sangat baik dan detail.
Melalui rumah ini, mereka ingin menghadirkan kehidupan yang sesungguhnya bagi seluruh anggota keluarga dan memberi prioritas pada kualitas hidup mereka.
Baca Juga: Seluas 117 Meter, Begini Atasi Hunian Sempit dengan Paduan Mural dan Juga Gaya Rustik
Sebuah rumah yang dirancang tak hanya menjadi tempat tinggal.
Rumah ini juga menjadi tempat orang tua mereka beristirahat dan tempat ketiga anak mereka Rozanna dan si kembar Darwin dan Maximilian Tsang, berekspresi dan bermain.
Kenyamanan ini dicapai melalui rumah yang mengusung konsep natural living yang menyeimbangkan kehidupan modern dengan lingkungan alam yang harmonis.
Mewujudkan keseimbangan hidup di tengah kota yang padat dan bising ini dimulai dari ide awal perancangan rumah.
Mereka ingin memiliki kebun atau area hijau, kolam renang pribadi, dan rumah untuk tinggal orang tua dalam konsep guest house.
Juga, diterapkannya free open space untuk sirkulasi di area dapur, ruang makan, ruang keluarga, dan tempat bermain anak.
Hasilnya, sebuah hunian yang lapang dengan sirkulasi udara yang segar, penataan cahaya optimal, dan fungsional ruang yang terintegrasi.
Tercipta pula view yang menakjubkan berupa taman dan kolam renang serta ruang bermain yang mendekatkan anak dan keluarga.
Mereka bagaikan membangun kemah kehidupan yang berada dalam harmoni kehangatan keluarga.
“Kami sangat ingin membuat rumah yang simpel, modern, dan praktis yang dapat menyatu dengan lingkungan tropis di Indonesia,” ujar Samuel yang sebelum pindah ke Indonesia, pernah berdiam di Shanghai dan Sydney.
Baca Juga: Risau Tertular Virus Corona? Teknologi Plasmacluster di Peranti Ini Bisa Mencegahnya dalam 40 Menit
Bangunan rumah yang tinggi yang berada di 1,5 m dari atas permukaan tanah ini menjamin privasi bagi penghuni rumah.
Dari jalan di depan rumah, untuk sampai ke halaman dan dapat menikmati taman hijau dan kolam renang, setiap orang yang datang harus menaiki beberapa anak tangga yang didesain apik sebagai sarananya.
“Kolam renang ini menjadi sesuatu yang khas di area depan rumah.
Saya mendesainnya 20 cm di atas permukaan tanah dengan pinggiran kolam terlihat seperti air terjun yang menyambut,” tambahnya.
Sentuhan khas lain diterapkan pada bukaan jendela yang besar pada fasad rumah dan area tangga.
Lingkungan hijau, area bermain, dan ruang bersama terlihat dominan di rumah ini sehingga menciptakan suasana tenang dan nyaman bagi penghuni rumah untuk melakukan aktivitas pribadinya dan berinteraksi dengan keluarga.
Baca Juga: 3 Tips Dekorasi Kamar yang Berbeda dari Biasanya, Andalkan Kepercayaan Diri!
Ini menambah kesan kontras dengan jalan di luar rumah yang bising dan ramai kendaraan di kawasan Jakarta Selatan, di mana rumah ini berada.
Samuel pun menerapkan beberapa ide praktis yang membuat rumah ini dapat beradaptasi dengan panas dan lembapnya cuaca.
Diterapkannya sistem cross ventilation, langit-langit yang tinggi pada lantai dua, dan ceiling fan untuk mengurangi penggunaan AC.
Secondary skin yang fleksibel di beberapa dinding rumah, yang dibuat dari kayu komposit, membantu menghalangi matahari dan hujan.
Baca Juga: Tampilkan Brand Fashion Ternama, Gaya Klasik di Kamar Anak Ini Bisa Bikin Jatuh Hati
Material alami seperti kayu, batu, dan bambu, banyak diaplikasikan pada finishing rumah.
Ketiga bahan ini memberikan kontras antara hangat dan dingin, serta menjadi strategi yang bisa digunakan untuk menghemat konsumsi energi.
“Rumah ini menjadi rumah terbuka dan modern yang tidak terkesan dingin, tapi memiliki sentuhan kehangatan,” ujarnya.
Samuel berharap setiap orang yang berkunjung dan berada di rumah ini dapat merasa rileks, menemukan sanctuary-nya, habitat atau tempat ternyamannya.
Artikel ini tayang di majalah IDEA edisi 160
(*)