IDEAOnline-Sungguh sayang bila lahan hunian hanya menyuguhkan estetika tanpa fungsi yang berarti.
Padahal dengan kreativitas dan usaha, area luar di sekitar rumah bisa dijadikan gudang obat tradisional.
Obat tradisional sudah digunakan turun temurun oleh nenek moyang sebagai obat dan imun tubuh.
Tak hanya di Indonesia, data WHO (World Health Organsation) menunjukkan 80 % penduduk dunia turut memanfaatkan material tanaman obat guna menunjang kesehatannya.
Kebiasaan mengonsumsi jamu alias herbal medicine memang telah menjadi tradisi sejak lama.
Kearifan lokal ini terjaga berkat informasi dan ilmu pengetahuan yang disampaikan secara turun temurun.
Di tengah pemberitaan tentang virus Corona, rimpang atau empon-empon sebagai salah satu hasil tanaman obat, kembali disebut-sebut berkhasiat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kuat menangkal berbagai penyakit.
Baca Juga: Menurut Studi Kemenkes, 4 Tanaman Ini Bisa Juga Jadi Obat Tradisional!
Graciana Lestari dalam tulisannya di buku Tanaman Obat Keluarga, menyebutkan bahwa khasiat tanaman obat terbukti efektif meningkatkan kesehatan masyarakat sebagai upaya preventif, promotif, dan kuratif.
Obat tradisional yang dihasilkan dari tanaman obat ini, selain mudah diperoleh dan diracik, juga minim efek samping asalkan digunakan secara tepat dan benar.
Apalagi kisaran rupiah yang dikeluarkan untuk mendapatkannya jauh lebih sedikit ketimbang obat-obatan kimia.
Efek samping obat alami atau obat tradisional tidak sama dengan obat kimiawi.
Pada tanaman obat terdapat satu mekanisme penangkal atau mampu mentralkan efek samping tersebut, yang polpuler dengan istilah SEES (Side Effect Eleminating Subtanted).
Baca Juga: Urban Farmer House, Inspirasi Desain untuk Berkebun di Rumah
Baca Juga: Tidak Perlu Membeli, Inilah Cara Mudah Menanam Tanaman Herbal di Rumah
Penggunaan dalam jangka panjang pun menimbulkan efek samping relatif kecil sehingga dianggap lebih aman dari obat modern.
Ramuan tradisonal bersifat konstruktif sehingga hasil optimal diperoleh bila herbal dikonsumsi secara rutin.
Karena sifatnya ini, herbal kurang cocok diterapkan sebagai pengobatan utama pada penyakit infeksi yang bersifat akut.
Beberapa kelemahan yang dicatat dalam buku ini adalah bahan baku obat tradisional ini belum terstandarisasi, efek farmakologisnya lemah, bersifat higroskopis dan volumnies, mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme, dan tidak semua bahan dan ramuan telah teruji secara klinis atau pra-klinis.
(*)