1135 Orang Tewas Akibat COVID-19 Karena Warganya Tak Mau Tinggal di Rumah, Perlukah Indonesia Berkaca dari Kasus Iran?
IDEAonline -Iran menjadi negara ketiga dengan kasus virus corona (Covid-19) tertinggi di dunia setelah China dan Italia.
Dilansir dariTIME.compada Minggu (22/3/2020), pemerintah Iran melaporkan jumlah kasus virus corona di negara ini mencapai17.361 kasus.
Dengan catatan 1.135 orang meninggal dunia.
Bahkan terjadi lonjakan kematian hampir 15% atau 147 orang hanya dalam waktu 24 jam.
Sedihnya,ketika jumlah kasus bertambah, pasar makanan masih dipenuhi oleh pembeli dan jalan raya ramai ketika keluarga bepergian menjelang Tahun Baru Persia.
Padahal China, Italia, Korea Selatan, dan Spanyol, lima negara dengan jumlah kasus virus corona tertinggi di dunia, sudah mengumumkan untuk warganya tinggal di rumah.
Bahkan China dan Italia sudah mengumumkanlockdownatau larangan bepergian.
Melihat hal ini,Wakil Menteri Kesehatan Alireza Raisi mendesak masyarakat untuk menghindari perjalanan dan keramaian.
Khusunya selama dua minggu untuk mencoba mengendalikan virus.
Dia juga mengkritik orang karena tidak mematuhi peringatan untuk tetap di rumah.
"Ini sama sekali bukan situasi yang baik," kataWakil Menteri Kesehatan Alireza Raisi.
Presiden Iran Hassan Rouhani juga mengatakan bahwa pemerintahnya sedang berusaha keras untuk mengurangi penyebaran virus corona.
Sebagai contoh, selama berminggu-minggu, para pejabat memohon para ulama untuk menutup kuil Syiah yang ramai untuk menghentikan penyebaran virus.
Tapi pemerintah baru berhasil melakukannya pada Minggu ini.
"Tentu saja sulit untuk menutup masjid dan tempat-tempat suci, tetapi kami berhasil."
Iran juga mengatakan akan menutup masjid untuk sholat Jumat bersama selama tiga minggu berturut-turut.
Negara-negara Muslim lainnya juga melakukan hal serupa, termasuk Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab.
Baca Juga: Kasus DBD Ikut Memburuk Sejak 2020, Atasi dengan 4 Trik Ini untuk Usir Nyamuk di Rumah
Iran bukanlah satu-satunya negara Timur Tengah yang berjuang melawan virus corona.
Jutaan orang di Timur Tengah berada di bawah jam malam, karantina atau pengurungan total.
Namun warga mereka lebih patuh.
Contoh Mesirmemberlakukan penutupan di kota resor Laut Merah, Hurghada. Semua pekerja di hotel dan lokasi wisata di Sharm el-Sheikh, Luxor dan Aswan diperintahkan untuk karantina sendiri selama 14 hari.
Di ibukota Kairo, kedai kopi dan restoran ditutup di kota berpenduduk lebih dari 20 juta, dengan pasukan keamanan berpakaian preman menyuruh orang pulang.
Di Israel, yang melaporkan 427 kasus, pihak berwenang menempatkan negara itu dalam mode hampir mati, memerintahkan puluhan ribu ke karantina rumah, mengubah hotel yang tidak digunakan menjadi rumah sakit dan mendirikan pusat pengujian drive-through (seperti Korea Selatan).
Lalu Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengumumkan penghentian semua kegiatan di luar dan mendesak penduduk Betlehem untuk tinggal di rumah..
Di Irak, jam malam selama seminggu dimulai di Baghdad, memungkinkan pejalan kaki di jalanan hanya untuk membeli makanan dan obat-obatan yang diperlukan.
Polisi bersenjata berpatroli di kota dan membuat penghalang jalan.
Di Arab Saudi, mereka yang berada di sektor publik dan swasta diminta untuk bekerja dari rumah selama dua minggu.
Hanya staf penting untuk layanan pengiriman makanan, toko kelontong, apotek, perawatan kesehatan dan keamanan yang tidak bekerja dari rumah.
Artikel ini pernah tayang diIntisari onlinedengan judul Warganya Bandel Tak Mau Tinggal di Rumah, Jumlah Kematian Akibat Virus Corona di Iran Capai 1.135 Kasus, Pelajaran untuk Indonesia
(*)