IDEAonline-Memiliki penggemar lintas umur, lintas negara, Dionisius (Didi) Prasetyo yang dikenal dengan nama panggung Didi Kempot layak disejajarkan dengan K-POP oleh pengamat musik Benz Leo.
Kabar meninggalnya almarhum yang begitu tiba-tiba membawa kedukaan yang mendalam bagi keluarga dan seluruh Sobat Ambyar-nya di mana pun berada.
Banyak penggemar menuliskan perasaannya atas kabar duka ini, baik melalui status di akun pribadinya atau sekadar berkomentar atas berita yang beredar tentang kepergian maestro campursari ini.
Seperti yang ditulis Nana Listyani di status Fbnya pagi ini yang juga menyertakan quote dari Romo Sindhunata.
Ambyar tenan...
Arep nulis ra kewetu. Farewell, mas Dionisius Prasetyo.
*Romo Sindhunata Quote's:*
*Penyanyi campur sari bisa dadi fenomen tentang ambyare jaman. Virus corona niki jane rak nggih lakon ambyare ambyar. Sak agama agamane ambyar. Uripe Didi Kempot pungkasane nggih mung ambyar. Mulih dadi awu. Didi Kempot kados mboten mung ngramal jaman. Ning ngramal ambyare uripe dhewe.*
Sementara itu di akun FB penggemar lain, Hermawan Aswindarto menulis di salah satu komentar.
Wong apik...cepet ditimbali... #ambyaaaarsaklawase
Selain dua orang ini, tentu banyak lagi para Sobat Ambyar mengekspresikan perasaannya.
Mengenang Didi Kempot, ada beberapa orang mungkin masih bertanya-tanya tentang asal muasal nama “Kempot” ada di belakang nama panggung seniman yang bernama asli Dionisius (Didi) Prasetyo ini.
Dilansir dari tribunnews.com, penyanyi campursari ini pernah bercerita tentang asal nama “Kempot” pada namanya.
Menurutnya Kempot merupakan sebuah singkatan dari “Kelompok Penyanyi Trotoar”.
Hal ini dikatakannya saat menjadi bintang tamu dalam acara Ngobrol Bareng Musisi (Ngobam) dan diunggah di kanal youtube Gofar Hilman pada Minggu (21/7/2019).
Dijelaskan Didi Kempot, asal mula dari Kelompok Penyanyi Trotoar ini beraal dari ngamen di jalanan.
“Ngamen di jalanan sebelum saya kenal rekaman, saya ngamen di Keprabon dulu pertama kali, di Solo ada tempat nasi liwet Keprabon. Habis itu kita hijrah ke Jakarta coba-cobain nasib kumpul di Bunderan Slipi dulu, di situlah kita buat komunitas, timbullah kelompok penyanyai trotoar,” ungkap Didi Kempot.
Sampai meninggalnya, Didi Kempot tinggal di Solo, di Jl. Mataram, Banjarsari, tak jauh dari rumah Bapak Joko Widodo, Presiden RI.
Berita terakhir, jenasah Didi Kempot akan dibawa langsung ke rumah Didi Kempot yang di Ngawi, Jawa Timur dan akan dimakamkan di pemakaman di Ngawi, dekat dengan pusara keluarga almarhum yang sudah meninggal.
(*)