Jadikan Taman Hortikultura untuk Terapi Fisik dan Psikis segala Usia dan Status Sosial

Kamis, 30 Juli 2020 | 11:00
Foto Hazen T. and S. Dobbs

Mencium aroma bunga merupakan terapi emosional yang menstimulasi sensorik manusia.

IDEAOnline-Taman dapat menjadi ruang terapi untuk mencegah dan mengurangi stres yang banyak dialami masyarakat modern pada segala usia dan status sosial.

Hal ini diungkapkan oleh Qodarian Pramukanto dari Fakultas Pertanian, IPB, konsultan dalam bidang perencanaan/desain lanskap, seperti taman kota, ruang terbuka hijau, eco-village, eco-city, lanskap budaya, kawasan wisata (ekotourism, agrowisata, wisata bahari) dan rekreasi alam.

Sumber stres yang dialami manusia hadir dari lingkungan buatan (unnatural).

Lingkungan buatan yang hadir di sekitar manusia ini datang secara bertubi-tubi dalam berbagai bentuk gangguan, kompleksitas visual, dan aneka perubahan informasi.

Seringkali semua ini hadir melampaui kapasitas fisik dan psikis manusia untuk bertahan.

Kegagalan individu dalam mencerna, memilah, memecahkan, dan menginterpretasi muatan informasi yang terpapar dalam lingkungan buatan inilah yang menyebabkan stres.

Reaksi stress yang muncul tersebut dapat dicegah atau dikurangi dengan menghadirkan taman.

Taman yang didesain dalam lingkungan dan didominasi unsur tanaman, bersifat tidak kompleks dan berpola alami.

Baca Juga: Empat Tanaman Hias Sukulen Populer Sepanjang Masa, Tahan Panas Maupun Dingin

Terapi hortikultur adalah praktek membudidayaan tanaman buah, sayuran, bunga, herba, semak, dan pohon dalam suatu taman.

Namun, disadari atau tidak, berbagai usaha ”memisahkan” manusia dengan lingkungan alam terus terjadi.

Padahal dalam berbagai segi kehidupan, manusia tidak dapat dipisahkan dari ”sentuhan” alam.

Antara manusia dengan lingkungan terdapat resonansi dalam berbagai respon yang tergantung pada konfigurasi dan ’muatan alam’ yang membentuk karakter lingkungannya.

Menurut Stephen Kaplan dan Rachel Kaplan, ”Otak manusia lebih mudah mencerna informasi yang berasal dari lingkungan alam dari pada informasi yang berasal dari lingkungan buatan. Kebanyakan manusia merasa lebih nyaman dalam lingkungan taman kota yang menyerupai alam bebas seperti padang rumput dengan semak dan aneka pepohonan.”

Walaupun manusia cukup senang berada di lingkungan perkotaan dengan bangunan pencakar langit dan berbagai fasilitas modern, namun akan merasa lebih nyaman dan damai ketika berjalan-jalan di taman, berpetualang di alam bebas, mendaki gunung, atau menikmati pemandangan di pantai.

Menurut Lewis, ”Manusia pada dasarnya senantiasa mencari alam bebas sebagai tempat ’pelarian’ sebab pada hakekatnya ia merupakan bagian dari alam.”

Oleh karena itu, sebagai bagian dari alam, manusia tidak dapat melepaskan diri dari kedekatannya dengan alam.

Sifat kesukaan manusia terhadap alam ini oleh Dr. Edward O. Wilson, biologist dari Universitas Harvard, disebut sebagai biophilia atau the love of nature.

Baca Juga: Bagi Penyuka Sayur dan Buah, Hidroponik Tawarkan 4 Manfaat Ini

Foto Hazen T. and S. Dobbs

Menyiram tanaman merupakan terapi fisik yang menstimulai motorik manusia.

Tumbuhkan Partisipasi Aktif dan Pasif

Keberadaan tanaman dalam taman merupakan bagian dari alam yang dekat dengan kehidupan manusia.

Salah satu wujud kecintaan manusia pada alam adalah melakukan kontak langsung manusia dengan tanaman.

Oleh karena itu upaya mendekatkan hubungan manusia dengan tanaman merupakan salah satu bentuk terapi.

Terapi ini dapat dilakukan baik dalam bentuk partisipasi aktif maupun pasif.

Salah satu bentuk terapi adalah terapi hortikultur (horticultural therapy).

Terapi ini berwujud praktek membudidayaan tanaman buah, sayuran, bunga, herba, semak, dan pohon dalam suatu taman.

Ini dilakukan dalam rangka membangun emosi dan pikiran individu, peningkatan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, serta mengintegrasikan kebun/taman sebagai bagian dari kehidupan modern.

Dalam terapi hortikultur ini individu/masyarakat dilibatkan secara langsung dalam serangkaian kegiatan partisipasi aktif (active participation).

Menyertai kegiatan ini, secara simultan dan interaktif, dilakukan kegiatan dalam bentuk partisipasi sensorik (sensory participation).

Partisipasi aktif tersebut berwujud keterlibatan langsung dalam merawat tanaman yang mencakup kegiatan budidaya tanaman mulai dari menanam benih atau bibit, memelihara (menyiram, memupuk, menyiang), memanen, sampai mengonsumsi hasilnya.

Sedangkan stimulasi sensorik yang menyertai kegiatan di atas dilakukan dalam bentuk pengamatan keindahan tanaman di taman, mencium aroma aneka tanaman obat/herbal, menyentuh kelembutan daun, bunga, buah, atau bagian tanaman, mencicip buah dan sayuran.

Baca Juga: Libatkan Anak Saat Lakukan Aktivitas Berkebun, Ini Manfaatnya!

dok. i.pinimg.com

Manjakan diri di taman rumah akan menjadi terapi psikis yang bikin perasaan nyaman.

Terapi Fisik dan Psikis

Taman yang didesain untuk terapi hortikultur tersebut merupakan bentuk praktek biophilia.

Istilah hortikultur sebagai bentuk terapi merupakan tindakan dan proses membudidayakan tanaman yang dimulai dari memilih benih/bibit, menyemai, menanam, memelihara (menyiram, memupuk, menyiang), hingga memanen, pengolahan pascapanen, dan mengonsumsi.

Dalam konteks terapi, tindakan dan proses tersebut merupakan bentuk kedekatan dan ketergantungan manusia pada alam yang mencakup praktek terapi fisik dan terapi peningkatan kualitas hidup.

Terapi fisik berkaitan dengan aktivitas pemanenan (harvesting), mengolah dan mengkonsumsi produk hortikultur.

Sedangkan terapi peningkatan kualitas hidup, berkaitan dengan aktivitas yang menstimuli aspek emosional (psiko-fisiologis) dan psikologis.

Terapi fisik meliputi kegiatan memanen dan mengonsumsi buah dan sayuran sebagai sumber karbohidrat, vitamin, dan anti-oksidan; memanen bunga, memanen tanaman atau bagiannya sebagai obat/herbal; dan ”memanen” oksigen serta udara bersih melalui penyerapan CO2 dan polutan udara.

Baca Juga: 7 Kriteria Anak Autis dan Terapi Warna yang Tepat Menurut Psikolog

Stimulasi aspek psiko-fisiologis melalui panca indra ini turunkan stres dan kegelisahan.

Terapi emosional berkaitan dengan kegiatan stimulasi sensorik.

Terapi ini menstimuasi organ sensorik melalui mekanisme pengenalan informasi dari luar tubuh yang masuk melalui panca indra, mengevaluasi di dalam otak, dan merespon dalam bentuk tindakan tertentu.

Partisipasi sensorik yang dilakukan dalam terapi ini meliputi kegiatan mengamati keindahan melalui indra penglihatan/sight, mencium aroma melalui indra pencium/smell, meraba dan menyentuh melalui indera tactile/touch, mendengar kehadiran satwa di taman melalui indra auditory (hearing), dan mencicip dan merasa melalui indera taste dari daun, bunga, buah, dan tanaman beserta bagiannya.

Stimulasi aspek psiko-fisiologis melalui panca indra ini membangkitkan suasana dan pola keteraturan alami yang akan berpengaruh dalam menurunkan tingkat stres dan kegelisahan.

Sementara itu, praktek terapi hortikultur untuk menstimualsi aspek psikologis dilakukan dalam bentuk aktivitas yang berkaitan dengan perawatan (nuturing).

Kegiatan merawat tanaman dalam praktek budidaya tanaman menjadi media terapi.

Baca Juga: Potpourri Wewangian Kering dalam Ruang, Begini Cara Membuatnya

dok. botchaftwien.com
dok. botchaftwien.com

Ilustrasi-Taman untuk anak-anak .

Interaksi yang terjadi dalam tindakan membudidayakan tanaman hortikultur memberikan suatu pengalaman emosional atas proses pertumbuhan tanaman dalam setiap fase pertumbuhannya.

Mulai dari benih/bibit, tanaman muda, tanaman dewasa, berbunga, berbuah, hingga panen yang mengakhiri siklus hidup tanaman.

Melalui pengamatan terhadap pola pertumbuhan tanaman akan diperoleh pemahanan akan adanya keseimbangan yang perlu dipertahankan dalam merawat tanaman.

Setiap tahap dalam siklus hidup tanaman terjadi perubahan yang kontinu.

Mempertahankan stabilitas perubahan yang dinamis dalam pola pertumbuhan tanaman merupakan bentuk interaksi langsung antara manusia dan tanaman.

Tanpa perubahan yang kontinu, tanaman tidak dapat bertahan hidup.

Tanaman perlu mendapat zat hara dan air yang cukup dan berkala untuk pertumbuhannya.

Tanaman harus berbunga untuk dapat menghasilkan biji sebagai organ penerus keturunannya.

Biji harus mempunyai organ pemencar untuk dapat menyebar. Pada tanaman tertentu, untuk dapat tumbuh lapisan pelindung biji yang tebal harus dihilangkan agar dapat berkecambah, dan memulai siklus hidupnya.

Pemahaman atas fenomena alam yang dapat dipelajari melalui siklus hidup dalam merawat tanaman ini menyadarkan manusia akan adanya analogi serupa dalam siklus hidup manusia.

Baca Juga: Desain Bisa Jadi Terapi Anak Berkebutuhan Khusus, DO’s and DON’T’s

#BerbagiIDEA #Berbagicerita #BisadariRumah #GridNetwork

(*)

Tag

Editor : Maulina Kadiranti