Bisakah Diterapkan di Seluruh Indonesia Penggunaan Bakteri Wolbachia untuk Tekan DBD?

Minggu, 20 September 2020 | 21:06
tribunnews

Nyamuk Aedes aegypt berkeliaran di siang hari.

IDEAOnline-Bakteri Wolbachia pipientis yang dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes aegypti berhasil menekan angka kasus infeksi demam berdarah dengue (DBD) hingga 77 persen.

Temuan ini menjadi harapan bagi upaya eliminasi DBD di Tanah Air.

Proyek World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta telah dilakukan sejak 2011. Riset ini merupakan bagian rekayasa teknologi bakteri Wolbachia global yang dilakukan di 12 negara.

Berkaitan dengan hasil riset ini, Dr Tedjo Sasmono, Kepala Unit Penelitian Dengue di Eijkman Institute of Molecular Biology mengungkapkan apresiasi atas hasil uji klinis penggunaan nyamuk Aedes ber-Wolbachia untuk menanggulangi DBD.

"Sejauh pengamatan saya, penelitian tersebut sudah dilakukan menurut aturan uji klinis internasional dan data yang didapatkan juga cukup solid dan pasti nantinya akan dipublikasikan di jurnal ilmiah Internasional bereputasi tinggi," kata Tedjo.

Lantas, apakah bisa diterapkan di wilayah Indonesia lainnya?

Riset nyamuk A. aegypti yang diinfeksi bakteri Wolbachia baru dilakukan di Yogyakarta, khususnya wilayah Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.

Tedjo mengatakan, apabila teknologi ini diaplikasikan di daerah lain, hasilnya diprediksi akan sama.

Misalnya di kota lain di pulau Jawa yang mirip dengan Yogyakarta dalam hal iklim dan kondisi geografis.

"Namun memang luasan daerah tersebut juga harus diperhatikan, karena semakin luas daerahnya berarti akan perlu semakin banyak pelepasan nyamuk ber-Wolbachia," terang Tedjo.

Baca Juga: Di Tengah Berkembangnya Corona, DBD Merebak Lagi, Ini Bagian Rumah yang Berpotensi Jadi Habitat Nyamuk Aedes Aegypti

crownpest.com
crownpest.com

Nyamuk Aedes Aegepty penyebab Deman Berdarah Dengue (DBD) menyerang siapa saja, tanpa kecuali.

Selain itu, Tedjo mengatakan juga perlu adanya keterlibatan masyarakat dan monitoring keefektifan teknologi nyamuk ber-Wolbachia.

Berkaca dari pengalaman di negara lain seperti Australia, Brasil, dan Vietnam, penggunaan teknologi Wolbachia disebut Tedjo terbukti bisa menurunkan kasus dengue.

Di Brasil, kasus DBD turun sebesar 70 persen dan di Vietnam angka kasusnya turun 86 persen.

"Jadi data tersebut juga membuktikan keefektifan teknologi ini untuk menurunkan kasus dengue," katanya.

Tedjo berkata, karakteristik nyamuk Aedes aegypti secara umum memiliki sifat yang sama antara satu daerah dengan daerah lainnya.

"Jadi diharapkan juga tidak akan ada perbedaan signifikan dari sifat nyamuknya yang menyebabkan perbedaan hasil," ungkapnya.

Penelitian Dalam pemberitaan Harian Kompas edisi Kamis (27/8/2020) dengan judul Riset "Wolbachia" Tekan Kasus DBD, ketua proyek WMP Yogyakarta Adi Utarini mengatakan, dalam risetnya tim memasukkan bakteri Wolbachia pipientis ke tubuh nyamuk Aedes aegypti.

Tim awalnya melepaskan nyamuk yang diinfeksi bakteri Wolbachia hanya di Sleman dan Bantul, Yogyakarta dalam skala terbatas.

Kemudian pada 2017, nyamuk A. aegypti yang terinfeksi bakteri dilepas dalam skala besar di Kota Yogyakarta dan Bantul. Riset ini melibatkan 8.200 responden.

Itu untuk melihat efektivitas nyamuk ber-Wolbachia. "Melalui persetujuan masyarakat, wilayah penelitian dibagi dua.

Ada 12 kluster yang mendapat nyamuk dengan Wolbachia dan 12 area kontrol," kata Utari seperti dikutip Harian Kompas.

Baca Juga: Tanaman Hias Pengusir Nyamuk Demam Berdarah, Ini Jenis-jenisnya

Nyamuk Aedes Aegypti.

Pelepasan nyamuk dilakukan secara bertahap selama delapan bulan.

Saat populasi nyamuk dengan Wolbachia dianggap tinggi, tim memantau kasus DBD di area tersebut pada Februari 2019 hingga Maret 2020.

Selain melepas nyamuk, tim juga mendorong warga membersihkan lingkungan agar tak jadi sarang nyamuk.

"Hasilnya, selama 27 bulan riset, amat dramatis. Ada penurunan 77 persen kejadian dengue di wilayah yang mendapat nyamuk DBD dengan bakteri Walbachia," tutur Prof Uut.

Penurunan kejadian ini amat berarti dalam pengendalian DBD di Indonesia. Bakteri Wolbachia Dilansir VOA Indonesia, Kamis (26/8/2020),

Wolbachia pipientis adalah bakteri yang hidup alami di sekitar 60-70 persen serangga, tetapi tidak ditemukan di nyamuk Aedes aegypti.

Seorang peneliti dari Australia menemukan fakta, bakteri Wolbachia dapat memutus replikasi virus dengue, sehingga tidak dapat ditularkan oleh nyamuk.

Keuntungan lain, nyamuk yang sudah ber- wolbachia akan mewariskan bakteri itu ke generasi selanjutnya.

WMP Yogyakarta sendiri merupakan kolaborasi antara World Mosquito Program-Monash University, Universitas Gadjah Mada ( UGM) dan Yayasan Tahija.

Sejak 2011, para ahli bekerja sama dalam proyek yang awalnya bernama Eliminate Dengue Project (EDP) itu.

Penelitian ini menyasar 35 dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta dengan populasi 312 ribu orang.

"Diperkirakan terdapat 7 juta kasus demam berdarah setiap tahunnya. Hasil penelitian RCT tersebut menunjukkan dampak signifikan dari metode wolbachia dalam menurunkan demam berdarah di wilayah perkotaan,” kata Adi Utarini. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Bakteri Wolbachia Sukses Tekan DBD, Bisakah Diterapkan di Seluruh Indonesia?

Baca Juga: Cara-cara Sederhana Mencegah Penularan Penyakit oleh Nyamuk di Rumah

#berbagiIDEA

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber : kompas