IDEAOnline-Indonesia memasuki periode musim hujan 2020-2021 pada akhir Oktober 2020.
Puncaknya, diprediksi terjadi antara Januari hingga Februari 2021.
Prediksi awal dan puncak musim hujan ini telah dikeluarkan secara resmi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Sebagian besar wilayah (Indonesia) diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada bulan Januari dan Februari 2021, yaitu sebanyak 248 Zona Musim (72,5 persen)," kata Dwikorita Karnawati sekalu Kepala BMKG.
Dalam menghadapi musim hujan 2020-2021, BMKG telah menyinggung para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk tetap mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi yang bisa mengiringi curah dan intensitas hujan pada musimnya nanti.
Salah satu yang harus diwaspadai adalah potensi bencana banjir, terutama di wilayah-wilayah yang sudah kerap kali mengalami bencana ini.
Para pihak berwenang beserta masyarakat juga diharapkan belajar dari contoh kejadian banjir besar yang terjadi di Jakarta pada awal Januari 2020 lalu.
Apa pelajaran yang disoroti dari banjir Jakarta 2020?
Peneliti Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) M Fakhrudin menyampaikan, banjir dapat terjadi bukan hanya dari potensi curah dan intensitas hujan dari hulu dan hilir yang diakibatkan pengaruh atmosfer.
Baca Juga: Pasca Banjir Kenali Leptospirosis dan Pencegahannya, Sanitasi Buruk Paling Berpotensi Terjangkit
Masalah lain yang harus disoroti adalah diperlukannya upaya lebih jauh lagi dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung untuk mengurangi banjir.
Fakhrudin menuturkan, DAS berfungsi sebagai sistem hidrologi.
Sementara, kondisi DAS di Ciliwung semakin tahun semakin kritis, apalagi potensi banjir dari hulu semakin bertambah besar kuantitasnya.
Perubahan penggunaan lahan akibat urbanisasi di Jabotabek, terutama di Bekasi dan Bogor, juga disebutkan semakin memperparah banjir.
"Prinsipnya air hujan harus diresapkan sebanyak mungkin, sehingga mengurangi aliran sungai dan menambah cadangan air tanah secara masif," kata Fakhrudin dalam diskusi daring bertajuk Banjir di Masa Covid-19: Kesiapsiagaan, Mitigasi dan Pengelolaan Bencana, Rabu (9/9/2020).
Fakhrudin mengatakan, peranan pemerintah dengan konsep zero run off telah mendukung ke arah tersebut.
"Ini menjadi kesempatan bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk berkolaborasi melakukan sesuatu yang kecil, namun efeknya sangat luas sekali, misalnya dengan membuat sumur resapan di setiap rumah warga," ujarnya.
Baca Juga: Fakta tentang Taman Atap, Efektif Simpan Air Hujan, Bantu Cegah Banjir
Tidak hanya itu, Fakhrudin juga menegaskan bahwa peningaktan fungsi hutan juga perlu dikontrol, termasuk pelestarian situ untuk pengendalian banjir.
Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Evaluasi Aliran Sungai, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), M. Saparis Sudaryanto, menekankan perlunya mengenali kembali karakter alam di Indonesia.
"Saat ini semakin banyak banjir bandang dijumpai daerah hulu. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan lahan akibat ketidakpedulian perilaku manusia terhadap lingkungan," jelasnya.
Sedikit saja deviasi atau penyimpangan terjadi, alam akan mencari kestabilan baru dan terjadilah bencana.
Untuk itu, kata dia, KLHKH sangat memperhatikan aspek alam dan perilaku manusia dalam program penanggulangan bencana banjir. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Ambil Pelajaran Banjir Jakarta, Puncak Musim Hujan Diprediksi Januari 2021
#berbagiIDEA