IDEAonline -Air kemasan botol sekarang dapat dengan mudah dibeli di mana saja.
Di rumah bahkan kita menjadikan botol plastik ini sebagai penampung air di kulkas.
Botol plastik ukuran besar juga tak jarangdigunakan kalaakan berpiknik dengan keluarga.
Karena demi alasan lingkungan, kita memilih untuk mengisi ulang botol minum plastik yang dipunya.
Namun tahukah kamu hal tersebut ternyata bisa sangat berbahaya, lho!
Yap, kendati warna air tidak berubah dan rasanya pun sama, ternyata ada bahaya meminum air isi ulang di botol plastik.
Benarkah?
Baca Juga: 90% Anak Muda Indonesia Khawatirkan Dampak Krisis Iklim, Ini Hasil Surveinya!
Yuk kita simak faktanya berikut ini.
Bisa Tingkatkan Risiko Kanker
Melansir laman Kompas.com, bahan kimia pembuat botol yang terdiri dari polikarbonat, Bisphenol A (BPA) ternyata bisa larut ke air.
Tentu hal ini sangat membahayakan tubuh karena bisa memicu berbagai penyakit.
Di antaranya penyakit endokrin yang berhubungan dengan kesuburan, meningkatkan risiko kanker seperti payudara dan prostat.
Bahkan tak hanya itu saja, menurut studi di Frontiers in Chemistry 93 persen botol air mengandung partikel kecil plastik.
Baca Juga: Kata Ahli: Agar Efektif, Masker Kain Harus Dicuci dengan Mesin Cuci setiap kali Habis Dipakai
Botol plastik berisi air
Parahnya lagi, para peneliti juga menemukan jumlah bakteri pada air isi ulang di botol plastik mencari 313.499 unit pembentuk koloni.
Angka ini tentu membuktikan betapa bahayanya mengonsumsi air isi ulang di botol.
Selain itu, saat hendak minum air kemasan ada baiknya kita melihat bagian bawah botol.
Melansir laman Brightside, selalu ada deretan angka dan huruf sebagai tanda jenis botol.
Untuk botol plastik berlabel nomor 1 (PET atau PETE) hanya bisa digunakan satu kali saja.
Jadi jika menemukan angka ini, jangan pernah mengisi ulang air ke dalamnya karena bisa menimbulkan banyak bahaya.
#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork
(*)
Artikel ini telah tayang di Gridhype.id dengan judulWajib Tahu, Ini Bahaya Mengisi Ulang Air di Botol Plastik, Bisa Tingkatkan Risiko Kanker?