IDEAOnline-Semen dikenal orang sejak berabad-abad silam sebagai bahan perekat bangunan, konon sejak jaman Logam, jaman Mesir kuno, Romawi, Mesopotamia, sampai jaman kerajaan di Indonesia.
Dari semen sederhana yang didapat dari bahan alam aktif dan dihaluskan, kemudian berkembang memanfaatkan tanah liat yang dibakar, membuat kapur bakar yang dicapur dengan tanah liat bakar, sampai menjadi semen portland atau semen modern yang pertama kita kenal pada abad 19 silam, oleh Yoseph Apsdin, seorang Tukang Batu di Inggris.
Bahkan semen portland sekarang, sudah banyak disempurnakan menjadi semen blended, dengan menambahkan bahan-bahan mineral tertentu seperti pozolan, kapur, slag, ash, dsb yang sengaja dipakai untuk memperbaiki sifat-sifatnya semen portland.
Selain itu juga dikembangkan semen-semen khusus sesuai kegunaan dan kebutuhan aplikasinya seperti semen tahan sulfat, semen low hidration, semen sumur minyak, dsb.
Semen dibuat dari bahan baku utama batu kapur yang mengandung kalsium karbonat dan tanah liat atau tanah lempung yang mengandung kombinasi silikat-aluminat.
Selain bahan utama kadang masih diperlukan bahan lain yaitu pasir silika yang mengandung silika dan pasir besi yang mengandung ferrite atau oksida besi.
Baca Juga: Jika Memilih Olahan Semen dan Batu Alam untuk Pagar, Ini Inspirasinya!
Seluruh bahan dengan komposisi tertentu kemudian dipecah-haluskan sampai seperti bedak dan dibakar dengan bahan bakar batubara, minyak atau gas alam sampai pada temperatur 1450 derajat Celsius dalam tungku putar.
Setelah membentuk bakal semen yang berupa Clinker, kemudian didinginkan dengan udara.
Selanjutnya dilakukan penggilingan bersama Gipsum dan bahan mineral lain dengan komposisi tertentu, sampai kehalusan 45 micron, sehingga menjadi produk bubuk berwarna abu-abu hijau yang biasa disebut semen.
Di Indonesia, produk semen sudah distandarkan wajib dalam Standar Nasional Indonesia atau SNI.
Semen mudah digunakan untuk beragam aplikasi produk bangunan, meski demikian apabila salah penggunaan, tentunya akan mengurangi manfaat optimalnya.
Semen jika ditemukan dengan air dalam jumlah yang cukup akan saling berikatan kimia membentuk Pasta Semen yang mengandung senyawa baru yaitu Semen Hidrat.
Pada awalnya lunak, perlahan-langan dapat mengeras dan pada akhirnya membatu. Semen, pasir dan air bila disatukan akan menjadi Mortar.
Baca Juga: Agar Lantai Semen Ekspos ‘Jadul” Mengilap, Ini yang Harus Dilakukan
Selanjutnya semen, pasir, batu pecah dan air bila disatukan akan menjadi Beton.
Pasta semen biasanya digunakan untuk acian memperhalus dinding, lantai, pasang keramik, pengisi nat keramik, dsb.
Mortar umumnya dipakai untuk merekatkan pasangan bata, lepoan dinding, pasangan keramik, pondasi batu, dsb.
Sedangkan Beton biasa dipakai untuk struktur seperti kolom, slop, balak, kolom praktis, lantai dak, pondasi lapak, dsb.
Pada aplikasi tertentu, semen dapat dicampur dengan bubuk kalsium dan lem bangunan untuk memplamir dinding sebelum dicat.
Semen juga bisa dicampur dengan bubuk bata merah dan bubuk kapur padam untuk pasangan bata.
Bahkan semen dipadukan dengan bubuk pozolan dan atau abu batu dipakai oleh pabrikan beton siap pakai.
Pada industri roof (atap) dan partisi, semen dipadukan dengan kalsium, flake, bubuk silika, serat kertas, asbestos dan bahan lain.
Dapatlah dipahami bahwa aplikasi semen selalu dipadukan dengan bahan lain sesuai kebutuhan proses atau untuk mendapatkan sifat produk tertentu.
Selain cara pakai semen yang benar, juga perlu diperhatikan cara penyimpanan tidak bercampur dengan bahan cair, tidak terkontak air, ruangan yang kering, dan menjaga keutuhan kemasan.
Selama tidak terkontak air (kering); semen akan awet selama bertahun tahun, tidak mengenal kadaluarsa, dengan mutu yang tetap konsisten.
Sampai sekarang semen masih menjadi salah satu bahan bangunan yang tak tergantikan.
Baca Juga: Plus Minus Material Plafon: Tripleks, Papan Fiber Semen, dan Gipsum
#berbagiIDEA