Agar Efektif Cegah DBD, Lakukan Fogging dengan Tepat, Begini Caranya!

Selasa, 03 November 2020 | 22:52

Ilustrasi proses fogging.

IDEAOnline-Tindakan pengasapan atau fogging menjadi andalan untuk membasmi nyamuk Aedes aegypti penyebar virus demam dengue.

Sayangnya cara ini sering tidak efektif.

Setelah fogging dilakukan seringkali masih bermunculan kasus demam berdarah dengue (DBD) baru.

Peneliti Perubahan Iklim dan Kesehatan Lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) DR. Budi Haryanto, SKM, MSPH, MSc mengatakan, munculnya kasus DBD baru mungkin saja karena fogging yang dilakukan ternyata tidak efektif membasmi nyamuk.

“Fogging yang dilakukan selama ini apa sudah dicek pemakaiannya benar atau enggak. Secara teknis harus cermat, baik alat hingga waktunya,” ujar Budi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/2/2016).

Menurut Budi ada beberapa penyabab fogging menjadi tak ampuh membasmi nyamuk.

1.Dosis

Budi mengtakan, dosis yang dimasukkan ke dalam mesin fogging harus tepat.

Hasil pembakaran insektisida seperti malathion dan solar akan mengeluarkan asap yang seharusnya membuat nyamuk mati jika dosisnya tepat.

Jika tidak, nyamuk hanya pingsan kemudian hidup kembali.

“Kalau dosisnya tepat maka yang keluar asap. Kalau dosis enggak tepat, yang keluar hanya minyak. Lantai licin (setelah fogging), kalau seperti sudah itu jelas dosisnya enggak tepat,” jelas Budi.

Baca Juga: Nyamuk Demam Berdarah Merajalela di Musim Hujan dan Tak Mati Saat Kemarau, Ini Penjelasannya!

Kompas.com
KOMPAS /AGUS SUSANTO

Ilustrasi pengasapan mencegah demam berdarah.

2. Mesin fogging

Meski mesin fogging sangat sederhana, perlu juga diperhatikan kulitas alat yang akan digunakan.

Petugas yang mengunakan mesin fogging sebaiknya mengecek terlebih dahulu lubang alat pemercik atau nozzle.

Jika mesin fogging sudah terlalu lama dan nozzle tidak diganti, maka asap yang dikeluarkan tidak optimal.

3. Radius

Nyamuk akan terbang sejauh sekitar 140 meter dari tempat mengigit korbannya.

Untuk itu, penyemprotan pun seharusnya dilakukan minimal radius 140 meter atau sekitar 200 meter dari lokasi rumah pasien DBS.

“Nyamuk kalau gigit kan cuma orang di sekitarnya aja. Makanya perlu difogging sampai 200 meter, nyamuk ini enggak ke mana-mana,” jelas Budi.

4. Waktu

Fogging harus dilakukan segera mungkin atau setidaknya satu sampai dua hari setelah ditemukan warga yang terkena DBD.

Jika tidak, sama saja telah memberi kesempatan nyamuk pembawa virus untuk menularkan ke lebih banyak orang lagi.

Baca Juga: Ini Alasan Kondisi setelah Banjir Surut Paling Rawan Buat Kesehatan

Ilustrasi proses fogging.

Menurut Budi, nyamuk Aedes aegypti bisa kembali mengigit tiga sampai lima hari kemudian.

“Jadi jangan kelamaan, harus uber-uberan dengan nyamuk yang mau mengigit lagi,” kata Budi.

Selain itu, penyemprotan seharusnya dilakukan saat nyamuk-nyamuk tersebut sedang istirahat, misalnya pagi atau siang hari.

Budi menjelaskan, nyamuk Aedes Aegypti aktif pada pukul 08.00-11.00 dan sekitar pukul 14.00-17.00.

Jika fogging dilakukan saat jam aktif, maka nyamuk akan bergerak lebih gesit untuk menghindar.

5. Sosialisasi

Sosialisasi penting dilakukan dengan jelas agar tidak ada rumah yang tidak bersedia dilakukan penyemprotan.

Menurut Budi, jika ada satu rumah yang tidak mau fogging, dikhawatirkan nyamuk dewasa tetap hidup di rumah tersebut.

Perlu ada koordinasi antara pihak RT dan RW ketika akan dilakukan foging.

“Paling enggak seminggu sebelumnya sudah dikasih tahu, dijelaskan mengapa perlu fogging biar yang punya rumah siap,” imbuh Budi. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Ini Penyebab “Fogging” Tak Ampuh Basmi Nyamuk DBD.

#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork

(*)

Tag

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber kompas