Waspada Kerusakan Paru-paru bagi Yang Masih Suka Memasak dengan Kayu Bakar

Selasa, 15 Desember 2020 | 22:47
Kompas.com

ilustrasi hasil pemeriksaaan paru-paru.

IDEAOnline-Kayu sebagai bahan bakar atau biomassa untuk memasak masih digunakan oleh sebagian besar orang di seluruh dunia.

Tahukah kamu, bahwa ternyata memasak dengan kayu bakar dapat menimbulkan kerusakan paru-paru?

Sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia memasak dengan biomassa, sebagian besar berasal dari kayu.

Polutan yang dihasilkan dari aktivitas memasak menggunakan biomassa ternyata berkontribusi besar pada 4 juta kematian per tahunnya akibat penyakit terkait polusi udara rumah tangga.

Dilansir dari Science Daily, Jumat (27/11/2020), hasil analisis CT scan menunjukkan ornag yang memasak dengan bahan bakar biomassa seperti kayu, berisiko menderita kerusakan pada organ paru-paru.

Sebab, menurut penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Radiological Society of North America (RSNA), mereka menghirup konsentrasi polutan dan racun bakteri yang berbahaya.

Transisi penggunaan bahan bakar biomassa ke bahan bakar gas cair sebagai pembakaran yang lebih bersih telah banyak diserukan inisiatif kesehatan masyarakat.

Namun, masih banyak rumah tangga yang terus menggunakan bahan bakar biomassa, yakni kayu bakar untuk memasak.

Salah satu penyebabnya yakni kendala finansial dan keengganan untuk mengubah kebiasaan, serta kurangnya informasi tentang dampak asap biomassa pada kesehatan paru-paru.

"Penting untuk mendeteksi, memahami dan membalikkan perubahan awal yang berkembang sebagai respons terhadap paparan kronis dari emisi bahan bakar biomassa," kata rekan penulis studi Abhilash Kizhakke Puliyakote, Ph.D., peneliti postdoctoral dari University of California San Diego School of Medicine.

Studi multidisiplin ini dipimpin oleh Eric A. Hoffman, Ph.D., di University of Iowa bekerja sama dengan para peneliti dari Institut Sains dan Teknologi Periyar Maniammai.

Para peneliti ini menyelidiki dampak polutan kompor pada 23 orang yang memasak dengan bahan bakar gas atau kayu cair biomassa di Thanjavur, India.

Udara terperangkap dalam paru-paru Dalam studi tersebut, para peneliti mengukur konsentrasi polutan di rumah dan kemudian mempelajari fungsi paru-paru individu, menggunakan tes tradisional seperti spirometri.

Selanjutnya, dilakukan CT scan canggih untuk membuat pengkuran kuantitatif.

Baca Juga: Memasak Pun Harus Benar, Makanan Gosong Picu Kanker, Mitos atau Fakta?

Shopee

Misalnya mereka memperoleh satu pemindaian saat orang tersebut menghirup dan pemindaian lainnya setelah mereka menghembuskan napas.

Kemudian peneliti mengukur perbedaan antara gambar untuk melihat bagaimana fungsi paru-paru.

Berdasarkan analisis tersebut, mereka yang memasak dengan biomassa kayu terpapar polutan dan endotoksin bakteri dengan konsentrasi lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan gas minyak cair.

Peneliti juga mengungkapkan mereka yang menggunakan biomassa kayu, memiliki tingkat air trapping yang jauh lebih tinggi di paru-paru.

Air trapping adalah kondisi terperangkapnya udara di dalam organ pernapasan yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru.

"Air trapping terjadi saat pertukaran udara di bagian paru-paru tidak terjadi secara efektif, jadi saat Anda menghirup udara, Anda tidak mendapatkan cukup oksigen ke wilayah itu dan menghilangkan karbondioksida," kata Dr. Kizhakke Puliyakote.

Bagian di dalam paru-paru pada akhirnya yang mengalami air trapping akan menganggu pertukaran gas atau sirkulasi udara antara oksigen dan karbondioksida di dalam organ paru.

Para peneliti menemukan subset yang lebih kecil dari pengguna biomassa yang memiliki tingkat air trapping yang sangat tinggi dan mekanisme jaringan yang abnormal.

Pada sekitar sepertiga kelompok, lebih dari 50 persen udara yang mereka hirup terperangkap di paru-paru mereka.

"Peningkatan sensitivitas dalam subkelompok juga terlihat dalam studi lain pada perokok tembakau, dan mungkin ada dasar genetik yang membuat beberapa individu lebih rentan terhadap lingkungan mereka," jelas Dr. Kizhakke Puliyakote.

Hasil CT scan menambahkan informasi penting tentang efek asap pada paru-paru yang dikesampingkan dalam tes konvensional.

"Tingkat kerusakan dari bahan bakar biomassa tidak dapat ditangkap dengan baik oleh tes tradisional," kata Dr. Kizhakke Puliyakote.

Oleh sebab itu, diperlukan teknik yang lebih canggih dan sensitif seperti CT scan, untuk bisa mendeteksi efek asap pada organ paru.

Dengan menggunakan teknik CT scan yang lebih sensitif, dapat mendeteksi perubahan regional yang halus sebelum berkembang menjadi penyakit yang parah.

Dr. Kizhakke Puliyakote menambahkan bahwa kurangnya emfisema dalam kelompok studi menunjukkan, paparan asap biomassa mempengaruhi saluran udara kecil di paru-paru.

Kendati demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami proses penyakit yang terjadi di paru-paru akibat paparan polutan biomassa ini.

"Untuk orang yang terpapar asap biomassa dalam waktu yang lama, sangat penting untuk memiliki penilaian lengkap fungsi paru oleh profesional perawatan kesehatan untuk memastikan bahwa setiap potensi cedera dapat diatasi dengan intervensi yang tepat," saran Dr. Kizhakke Puliyakote.

Sementara studi difokuskan pada memasak dengan biomassa, temuan tersebut memiliki implikasi penting untuk memahami dampak paparan asap biomassa dari sumber lain, termasuk kebakaran hutan. Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Hati-hati, Memasak dengan Kayu Bakar bisa Sebabkan Kerusakan Paru-paru

#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork

(*)

Tag

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber kompas