Ahli Pastikan Vaksin Covid-19 Efektif Bahkan untuk Virus SARS-CoV-2 yang Bermutasi, Cek Faktanya!

Kamis, 07 Januari 2021 | 20:03
Kompas.com

Ilustrasi mutasi virus SARS-CoV-2.

IDEAOnline-Ahli meyakinkan bahwa vaksin Covid-19 masih tetap bisa efektif meskipun virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 telah banyak bermutasi, dan menjelaskan beberapa fakta lainnya dari vaksin Covid-19 ini.

Hal ini disampaikan oleh Vaksinolog sekaligus Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Dirga Sakti Rambe dalam dialog produktif bertema “Ungkap Fakta Vaksin, Jangan Tertipu Hoaks” yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (29/12/2020).

Berikut 6 fakta menjawab hoaks atau informasi palsu tentang Covid-19 yang masih beredar di masyarakat hingga saat ini.

1. Vaksin efektif meski virus bermutasi.

Dijelaskan Dirga, semua virus termasuk SARS-CoV-2 itu pasti bermutasi.

Supaya tidak bermutasi terus-menerus, maka harus diminimalisir atau dihentikan penyebaran penyakitnya.

"Alhamdulillah, sampai saat ini mutasi-mutasi yang ada itu tidak berdampak pada efektivitas vaksin," jelas Dirga.

Meskipun demikian, efektivitas vaksin Covid-19 berlaku untuk saat ini, tetapi jika penularan masih tetap masif terjadi, maka tidak diketahui keadaan yang sama apakah akan berlaku di satu tahun lagi atau di tahun-tahun berikut.

"Tapi kita tidak tahu, satu tahun lagi bagaimana dampak dari mutasi virus ini," tutur dia.

Oleh karena itu, melakukan segala upaya pencegahan adalah tindakan terbaik yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi risiko dampak mutasi dan kemunculan varian baru virus tersebut di kemudian hari.

2. Vaksin tidak sebabkan partisipan sakit.

Jika kamu adalah salah satu yang meyakini bahwa pemberian vaksinasi Covid-19 itu nantinya akan membuat kamu justru terinfeksi Covid-19, maka sebaiknya mulailah berubah pikiran karena pernyataan itu hanyalah hoaks atau keliru saja.

Dirga menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 tergolong dalam jenis vaksin mati.

"Vaksin mati artinya vaksin yang diberikan kepada tubuh kita tidak ada risiko, atau risikonya nol untuk menyebabkan penyakit," kata Dirga.

Sehingga, Ia menegaskan, dari pembuatan vaksin berasal dari virus yang dimatikan ini tidak mungkin ada orang yang setelah diberikan vaksinasi corona malah menjadi jatuh sakit.

"Itulah keunggulan dari vaksin mati," ucap dia.

Baca Juga: Berikut Kelompok yang Tidak Boleh Disuntik Vaksin Covid-19

Kompas.com
SHUTTERSTOCK/Bojan Milinkov

Ilustrasi vaksinasi lansia, vaksin untuk lansia.

3. Vaksin tidak sebabkan fenomena ADE.

Selain menyebabkan terinfeksi, ada juga jenis hoaks lainnya tentang vaksin Covid-19 ini yaitu vaksin dapat menyebabkan fenomena Antibody-dependant enhancement (ADE).

Sebagi informasi, ADE adalah fenomena yang mungkin terjadi pada pemberian antibodi (vaksin atau antibodi lain) berupa reaksi yang memperkuat infeksi, sehingga terjadinya suatu kejadian imunopatologis yang berat.

Dirga mengingatkan masyarakat untuk tidak khawatir akan adanya fenomena ADE pada vaksin Covid-19.

"Tapi ternyata ADE dalam berbagai penelitian dan uji klinik vaksin Covid-19 ini tidak terbukti. Sampai sekarang pada semua merek vaksin Covid-19, risiko ini tidak terjadi," jelasnya.

4. Vaksin Covid-19 aman.

Perlu diingat bahwa hingga saat ini semua kandidat vaksin Covid-19 terus diawasi dan dilakukan pengujiannya sampai benar-benar terjamin efektivitas atau khasiat, keamanan dan mutunya.

Oleh karena itu, jika ada kandidat vaksin Covid-19 yang belum terbukti khasiat atau efikasi vaksin, keamanan dan mutu, jelas sekali kandidat vaksin ini tidak akan diberikan izin penggunaan dari pihak yang berwenang, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk negara Indonesia.

Menurut Dirga, profil keamanan dari proses uji klinik seluruh merek atau kandidat vaksin Covid-19 dilakukan dengan sangat baik.

Sehingga, tidak ada efek samping yang sangat serius sejauh uji klinik dilakukan.

Untuk pembuatan vaksin Covid-19 sendiri, Dirga mengungkapkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerapkan standar efektivitas vaksin virus corona yakni 50 persen.

"Dari WHO menetapkan syarat minimal efikasi vaksin Covid-19 itu 50 persen sudah bagus," ujarnya.

Baca Juga: 4 Hal Penting Diketahui Terkait Varian Baru Covid-19 Inggris, Karakter hingga Vaksin

Kompas.com

Ilustrasi - Mutasi virus corona.

5. Setiap negara tidak harus beda vaksin.

Dokter Dirga menilai keliru jika ada pendapat bahwa setiap negara harus memiliki vaksin yang berbeda.

"Nanti data-data uji klinik berbagai negara akan dianalisis secara bersamaan, sehingga dari situ kita bisa menyimpulkan gambaran utuh bagaimana tingkat keamanan dan efektivitasnya".

6. Jangan takut KIPI.

Jika Anda pernah mendengar adanya potensi kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) akibat dari pemberian vaksin Covid-19, maka tidak perlu risau dan tak usah takut.

Sebab, KIPI akibat imunisasi memang bisa saja terjadi, tetapi seperti imunisasi lain pada umumnya KIPI yang terjadi berifat ringan, dan justru manfaat dari vaksin virus corona jauh lebih besar daripada itu.

"Jadi vaksin Covid-19 ini akan melindungi kita dari terdampak Covid-19 yang bergejala, termasuk Covid-19 yang berat, sampai menghindari kematian akibat Covid-19," tegasnya.

Akan tetapi, meskipun KIPI tidak perlu dikhawatirkan, masyarakat juga diminta harus jujur dalam mengungkapkan kondisi kesehatannya sebelum menerima vaksinasi Covid-19 ini.

"Jadi sebelum vaksin itu diberikan sudah ada proses pengamatan. Jadi dokter atau tenaga kesehatan akan bertanya dulu pada hari itu apakah Anda sehat, ada penyakit lain atau tidak, ada riwayat atau tidak," kata Dirga.

"Masyarakat tidak usah khawatir, selama memenuhi syarat orang itu layak menerima vaksinasi," imbuhnya. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul 6 Fakta Vaksinasi Covid-19, Vaksin Efektif Meski Virus Corona Bermutasi

#BerbagiIDEA

Editor : Maulina Kadiranti