Beli Rumah Baru untuk Investasi, 6 Hal yang Harus Dipertimbangkan

Jumat, 15 Januari 2021 | 08:58
kompas.com

Ilustrasi investasi properti.

IDEAOnine-Setiap orang pasti mengharapkan tingkat pengembalian (return) saat membeli properti untuk investasi, termasuk rumah baru.

Namun faktanya, return dapat menjadi positif alias untung atau kemungkinan menjadi negatif alias rugi.

Kiat apa saja yang diperlukan untuk membelinya?

1. Lokasi

Pilihlah lokasi yang dekat dengan pusat perdagangan, pusat perbelanjaan, dan dekat sekolah.

Di saat lalu lintas makin padat seperti ini dan kemacetan terjadi di mana-mana tidak hanya di pusat kota tapi juga sampai ke kota-kota pinggiran, maka sebaiknya ukuran dekat di sini bukan berbicara jarak lagi namun bicara waktu tempuh.

Berapa lama perjalanan untuk mencapai suatu lokasi yang kamu tuju dari lokasi rumah, bukan berapa jauh (km) jaraknya.

2.Reputasi pengembang

Mengingat regulasi pemerintah di Indonesia untuk perlindungan konsumen pembeli properti masih lemah, maka sebaiknya kamu melihat reputasi pengembang.

Pilih pengembang yang terpercaya.

Hal ini bisa dilihat dari proyek-proyek yang sudah ditangani, kerja sama dengan banyak bank, dan track record-nya.

Selain mengamankan uang yang sudah kamu bayarkan dan mendapat jaminan proyek akan terbangun sesuai waktu yang ditentukan, memilih pengembang yang punya reputasi baik, juga akan memudahkan kamu saat ingin menjual kembali rumah yang kamu punya.

Untuk menjelaskan kepada calon pembeli pun akan lebih mudah, karena biasanya proyek yang ditangani oleh pengembang bereputasi baik dikenal oleh masyarakat luas.

Baca Juga: Begini Trik Cerdas Mengurangi Risiko ketika Membeli Lahan Kosong

kompas.com

Ilustrasi properti.

3. Pelajari kontraknya

Hal ini menyangkut perpajakan dan biaya-biaya apa saja yang harus kamu tanggung.

Karena sifatnya untuk investasi, maka kamu harus selalu berpikir untuk selalu mendatangkan keuntungan setiap tahun.

Hitung dengan cermat berapa biaya balik nama, PBB per tahun, dsb.

Jangan sampai uang-uang yang harus kamu bayarkan ini menjadikan kamu tak memperoleh untung apa-apa setiap tahunnya.

4. Waktu yang tepat

Kapan harus membeli? Timing ini harus ditentukan secara tepat.

Untuk rumah baru, waktu paling tepat untuk membeli adalah pada saat launching atau saat early bird.

Intinya belilah rumah baru di saat yang paling awal.

Membeli rumah saat early bird akan memberi keuntungan paling besar bagi kamu sebagai konsumen.

Di saat itulah pengembang menjual rumahnya dengan HPP (Harga Pokok Penjualan).

Harga rumah ini bisanya sudah mencakup bunga bank, biaya pembangunan, dan pengembang tak mengambil profi t di sana.

Biasanya, setelahnya pengembang akan berpromosi dengan harga-harga berikutnya yang sudah dinaikkan.

Jangan kaget juga bila ternyata nantinya harga akhir (paling ahir) bisa 2 kali lipat dari harga awal yang kita bayarkan.

Sebnarnya beli di saat akhir juga masih tetap untung tapi keuntungannya tak akan sehebat jika beli di early bird.

Ini karena harga properti kenaikannya 2 kali infl asi. akan naik terus, tak akan turun.

Baca Juga: Membeli Rumah adalah Pilihan Cerdas Milenial di Saat Pandemi, Desain seperti Apa yang Cocok untuk Gaya Hidup Mereka?

kompas.com

Ilustrasi investasi properti.

5. Pendanaan

Investasi properti adalah satu-satunya investasi yang bisa pakai duit orang lain.

Secara umum kita mengenal 3 jenis pendanaan dalam membeli rumah yaitu melalui KPR (Kredit Pemilikan Rumah), cicilan pengembang, dan tunai keras.

Cicilan pengembang persyaratannya sangat mudah tapi lebih tinggi 10-20% dibanding dengan KPR.

Meski lebih menguntungkan, kenapa orang sering enggan menggunakan KPR?

Tercatatnya nama kita di pajak dan secara otomatis ketika mengambil KPR dan proses yang cukup ribet (dibanding dengan cicilan pengembang), sering menjadi alasan utama.

Kelebihan lain menggunakan cicilan pengembang, sebelum rumah yang kamu beli terbangun pun, kamu bisa menjual (melepas) kembali rumah itu ke pihak ke-3.

Sehingga dalam waktu singkat, kamu bisa mendapat keuntungan dan menerima uang kontan dari properti yang kamu jual.

Meski, nama yang tercantum dalam pengangsur cicilan tetap nama kamu.

Pembayaran dengan tunai keras sebaiknya hindari, meski kamu punya uang.

Karena uang sejumlah itu bisa kamu belikan 3 properti yang sama dengan proses cicilan, dan nantinya kita bisa lepas lagi di tengah jalan agar kamu dapat uang tunai kembali.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Milenial Enggan Membeli Rumah, Termasuk Kamu?

kompas.com

Ilustrasi properti.

6.Tujuan

Akan diapakan rumah setelah menjadi milikmu?

Kamu sewakan, atau kamu diamkan, atau kamu robohkan dan diganti dengan jenis bangunan baru (vila, kios, dsb)?

Hal ini tergantung pada tujuan investasimu.

Tujuan berinvestasi, harus ditetapkan sejak awal karena akan menentukan langkah selanjutnya saat rumah sudah menjadi milikmu.

Ada 2 jenis tujuan, untuk mendapatkan pemasukan atau untuk peningkatan modal.

Jika pertimbangannya untuk memeroleh pemasukan, kamu harus hitung cermat hal-hal seperti ini: cicilan yang harus dibayar, harga sewa rumah ketika kamu sewakan, berapa uang akhir yang kamu terima nantinya (harga sewa-cicilan rumah).

Hitungan akhirnya harus positif.

Untuk rumah, jika disewakan saja biasanya pemasukannya bisa negatif.

Kalau tujuannya peningkatan modal, biasanya berdasarkan pengambilan untung yang lebih besar.

Misalnya rumah yang kamu beli harganya Rp30 juta, ternyata ditawar orang dengan nilai fantastis dalam waktu tidak lama sebesar Rp60 juta, maka sebaiknya rumah itu kamu lepas saja, dan uangnya dibelikan rumah lagi.

Baca Juga: Jika Membeli Rumah Tanpa Disertai IMB, Solusi dan Cara Mengurusnya!

#BerbagiIDEA

Editor : Maulina Kadiranti