Perubahan Baik Ini Terjadi pada Banyak Orang selama Setahun Berada di Rumah

Kamis, 18 Maret 2021 | 20:39
Kompas.com

Ilustrasi olah raga di rumah.

IDEAOnline-Setelah setahun menjalani hidup serba terbatas dan tidak bisa seperti dulu lagi, apa saja sih yang berubah?

Psikolog sosial Hening Widyastuti mengatakan perilaku masyarakat selama setahun terakhir, jelas berubah.

Memang awalnya banyak masyarakat yang shock, tidak percaya, dan masih menolak untuk mengikuti kebijakan pemerintah.

"Namun pada akhirnya, karena terpaksa dan situasi, hal yang terus dilakukan setiap hari akhirnya menjadi kebiasaan yang secara tidak langsung akan menetap dan akan terus dilakukan," kata Hening yang dirilis Kompas.com, Senin (15/3/2021).

3 hal yang berubah menurut Hening adalah sebagai berikut.

1. Kesehatan

Dari sisi kesehatan, Hening melihat kini masyarakat Indonesia lebih peduli.

"Yang tadinya kita enggak terlalu care, mau enggak mau sampai ke pelosok pelosok, masyarakat lebih peduli dengan sesuatu yang hygiene, sesuatu yang bersih, pola hidup yang sehat, kemudian olahraga," kata Hening.

"Dulu mungkin enggak banyak orang yang (melakukan itu). Kini hampir semua orang sangat memerhatikan pola hidup sehat. Olahraga rutin, pola makan diperhatikan dari mulai sayur mayur, vitamin, dan sebagainya."

Baca Juga: Enam Cara Berolah Raga di Rumah Anti Malas Lagi di Masa Pandemi

Kompas.com
Shutterstock

Ilustrasi-Banyak orang lebih produktif bekerja di rumah.

2. Ekonomi

Dari segi ekonomi, Hening melihat banyak ekonomi kreatif yang tumbuh.

"Karena kita kondisinya kepepet, situasi ekonomi sulit. Nah secara psikologis itu, kalau person sudah terdesak, kreatifnya akan muncul," kata Hening.

Pada akhirnya, hal-hal yang sepele dan dulunya tidak terlihat di depan mata, kini benar-benar digeluti masyarakat.

"Jadi hal-hal kecil apapun itu, menjadi sesuatu yang sifatnya kreatif, dieksplor, jadi duit semuanya. Jadi benar-benar ekonomi kreatif pada akhirnya," imbuh dia.

Hal ini pun dilakukan semua kalangan.

Baik itu segmen ibu rumah tangga, pekerja kantor, remaja, bahkan anak-anak.

Situasi pandemi yang serba terbatas ini disebut Hening membuat pola pikir masyarakat jadi lebih kreatif.

Apapun bisa menjadi suatu karya yang dihargai.

Baik dihargai secara finansial ataupun non-finansial.

"Tapi pada dasarnya, kondisi pandemi yang serba sulit ini membuat manusia lebih kreatif. Masyarakat Indonesia lebih kreatif."

Baca Juga: Menaruh Meja Kerja di Kamar Tidur Bisa Saja! Ini Tips Menatanya

Kompas.com
Shutterstock via Kompas.com

Ilustrasi bercocok tanam atau berkebun.

3. Sosial

"Dari sisi sosial, memang kita tidak bisa hidup seperti dulu lagi. Grubyak grubyuk, buat acara, ngundang orang seenaknya tanpa memikirkan masker, jaga jarak, dan sebagainya," kata Hening.

"Kalau sekarang, orang harus memikirkan sekian kali untuk mengadakan acara arisan, hajatan, rapat kantor, dan sebagainya."

Meski setahun belakangan sangat berat, tapi Hening menilai bahwa pandemi sebetulnya memiliki sisi baik dan menarik untuk dilihat.

Kejenuhan di tengah pandemi, salurkan hobi Memang ada kejenuhan dan kebosanan karena pandemi ini.

Kendati demikian, manusia tetap berusaha mencari jalan keluarnya.

Sebagai contoh, saat ini banyak kita melihat orang-orang mulai memiliki hobi baru.

Entah itu berkebun, bersepeda, memasak, dan lainnya. Ini merupakan jalan keluar yang dipilih setiap individu untuk mengatasi rasa jenuh dan bosan dengan aktivitas yang sama setiap harinya.

"Pada akhirnya, kalau saya lihat, individu itu pintar-pintar untuk mengakali dirinya sendiri supaya tidak jenuh. Entah dia gardening, jalan pagi atau pergi sama komunitas keliling naik sepeda walau cuma setengah jam. Masing-masing individu berbeda-beda cara mengatasinya," ungkapnya.

"Yang awalnya kebosanan sifatnya stuck dan bingung, blunder, tidak tahu harus bagaimana, nah kondisi berikutnya orang akan menemukan pola untuk mengatasi hal itu. Ini sesuatu yang baik."

Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Setahun Aktivitas di Rumah, Psikolog Nilai Ada 3 Hal yang Berubah

#BerbagiIDEA

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber : kompas