Mutasi Virus Pemicu Tsunami Covid-19 di India Tak Terdeteksi PCR? Ini kata Ahli

Sabtu, 01 Mei 2021 | 14:00
kompas.com

Ilustrasi pemeriksaan PCR.

IDEAOnline-Belajar dari lonjakan kasus Covid-19 di India, Ahli Biologi Molekuler, Ahmad Utomo mengimbau perlunya penguatan koordinasi antara tim genom surveilans dan tim epidemiologi di Indonesia, sehingga bisa membuat korelasi antara prevalensi varian virus corona dengan lonjakan kasus.

Seperti diketahui, tsunami Covid-19 di India semakin mengganas dan negara ini telah mencatatkan rekor kasus Covid-19 harian terbanyak di dunia.

India melaporkan angka kasus Covid-19 tertinggi dalam satu hari pada Kamis (22/4/2021) lalu mencapai 314.835 kasus.

Baca Juga: Sering Pamer Kekayaan Ternyata Pekerjaan Aslinya Adalah Seorang Pengasuh Lansia, Rumah Barbie Kumalasari yang Berada di Gang Sempit Malah Jadi Sorotan

Baca Juga: Wow! Teknologi Pencahayaan Makin Canggih Saja, Bisa Buka-Tutup Tirai

Angka tersebut telah membuat negara berpenduduk hampir 1,4 miliar orang itu menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan rekor kasus Covid-19 tertinggi setelah Amerika Serikat.

Sebuah video beredar di YouTube, menunjukkan mutasi virus corona di negara tersebut semakin parah.

Bahkan, strain virus corona penyebab Covid-19 yang bermutasi di India disebut tidak dapat terdeteksi oleh tes PCR, yang menjadi tes standar untuk mendeteksi infeksi.

Disebutkan dalam video tersebut, bahwa varian baru virus corona yang bermutasi di India langsung menempel di paru-paru dan tidak menempal pada rongga hidung.

Akibatnya, saat dilakukan tes usap menggunakan PCR, baik di hidung maupun tenggorokan, virus SARS-CoV-2 tidak terdeteksi dan memberikan hasil negatif Covid-19.

Baca Juga: Warga Tak Puas dengan Gelagat Ibu Wati dalam Video Klarifikasi Babi Ngepet di Depok, Ketua RT: ‘Lingkungan Sekitar Minta Ibu Wati Diusir dari Kampung Sini’

Baca Juga: Ditemukan di 10 Negara Lain, Varian B.1.617 di India Punya Semua Ciri Khas Virus yang Sangat Berbahaya

ANTARA FOTO/REUTERS/DANISH SIDDIQUI

Kremasi masal korban tewas akibat terinfeksi virus corona (COVID-19), terlihat di sebuah lapangan krematorium di New Delhi, India, Kamis (22/4/2021). Gambar diambil menggunakan drone.

Menanggapi hal ini, Ahmad mengungkapkan bahwa perlu menunggu data yang lebih banyak untuk bisa memastikan apakah benar virus corona tidak terdeteksi lewat PCR Test.

"Kita masih harus menunggu data yang lebih banyak, karena reseptor ACE2 yang akan ditempel virus ada di rongga napas (pernapasan) atas, yakni hidung dan tenggorokan, serta rongga napas bawah," ungkap Ahmad seperti dikutip dari Kompas.com, Sabtu (24/4/2021).

Kendati demikian, perihal kasus tes usap di India yang menggunakan RT-PCR namun tak dapat mendeteksi virus corona penyebab Covid-19 di rongga pernapasan atas, Ahmad menduga hal itu kemungkinan terjadi terkait isu teknis.

"Seperti pengambilan sampel tidak akurat, sehingga terkesan negatif palsu," kata Ahmad.

Lebih lanjut Ahmad mengatakan bahwa diagnostik kit atau perangkat diagnostik PCR saat ini, semestinya sudah bisa mendeteksi varian baru virus corona. Kecuali, kata dia, jika alat tes corona tersebut hanya untuk menargetkan gen S atau protein spike.

Protein spike adalah bagian dari virus corona yang berbentuk paku, yang berfungsi untuk menempelkan diri dan menginfeksi sel inang.

"Di Indonesia, biasanya tidak menggunakan gen S, tapi gen (protein virus corona) lain dari si virus seperti RdRP ORF1 atau N," jelas Ahmad.

Baca Juga: Tsania Ceritakan Sempat Suapi Buah Hati Saat Keluar Kamar, Namun Sia-sia Saat Pengacara Atalarik Datang, Warganet Malah Ingatkan Kasus Maia Estianty

Baca Juga: Benarkah PCR Covid-19 di Dua Lokasi Berbeda, Hasilnya Bisa Tak Sama?

Kompas.com
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp

Ilustrasi-PCR test di GSI Lab , Cilandak,(3/10/2020).

Sebab, kata Ahmad, mutasi virus yang terjadi pada gen S atau protein spike, memang dapat mengurangi keakuratan dari alat tes PCR, terutama yang menargetkan protein virus tersebut.

Mutasi virus corona di India yang diduga membuat virus SARS-CoV-2 tidak terdeteksi alat PCR, Ahmad mengatakan kemungkinan dugaan terkait teknis pengambilan sampel.

Sebab, dengan tingginya kasus Covid-19 yang melonjak tajam di India, yakni dengan lebih dari 200.000 kasus per hari, dapat saja membuat petugas kesehatan pengambil sampel kewalahan, sehingga memengaruhi hasil tes Covid-19.

Belajar dari Covid-19 di India yang melonjak tajam, bahkan disebut tsunami Covid-19 menghantam negara ini, Ahmad mengimbau perlunya penguatan koordinasi antara tim genom surveilans dan tim epidemiologi di Indonesia, sehingga bisa membuat korelasi antara prevalensi varian virus corona dengan lonjakan kasus. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Covid-19 di India, Benarkah Mutasi Virus Corona Tak Terdeteksi PCR?

#BerbagaiIDEA

Tag

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber kompas